Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Minggu, 03 Jul 2022 20:20 WIB

DOMESTIC DESTINATIONS

Tradisi Unik Suku Osing: Satu Desa Jemur Kasur Bareng-bareng

Ardian Fanani
detikTravel
Tradisi Unik Warga Banyuwangi Dalam Bersih Desa Mepe Kasur
Foto: Ritual Suku Osing (Ardian Fanani/detikcom)
Banyuwangi -

Suku Osing di Banyuwangi punya tradisi unik yaitu menjemur kasur bareng-bareng satu desa. Kasur mereka berwarna seragam, hitam merah. Apa maksudnya?

Tradisi itu dikenal sebagai Mepe Kasur (menjemur kasur). Sepanjang jalan Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, terlihat berjejer kasur yang sedang dijemur, Minggu (3/7/2022).

Mepe kasur ini adalah rangkaian kegiatan bersih desa setempat. Ritual Mepe Kasur dilakukan sejak pagi hingga siang hari. Ribuan kasur berwarna hitam dan merah ini dijemur berjejer di depan rumah warga. Terlihat sesekali warga membersihkan debu di kasur dengan cara memukul-mukul kasur tersebut dengan penebah dari rotan.

Warna kasur di desa ini sama, yakni merah dan hitam. Warna ini ternyata melambangkan keberanian dan keabadian.

"Merah itu berani. Sementara warna hitam itu kelanggengan atau keabadian," ujar Adi Purwadi, salah satu warga Kemiren, kepada detikJatim.

Kasur-kasur khas Kemiren ini, dikeluarkan dan menunjukkan bahwa dalam ritual bersih desa, warga Kemiren ingin membersihkan rumah dan lingkungan dari berbagai penyakit dan mara bahaya.

"Dari hal terkecil dan paling dasar yakni kamar dan ranjang juga dibersihkan. Karena terkadang penyakit itu munculnya dari kasur. Harus dibersihkan. Dan jarang juga warga menjemur kasur. Tidak mesti setahun sekali. Kalau (warga) Kemiren pasti menggelar ini," ujarnya.

Begitu matahari terbit, kasur segera dijemur di depan rumah masing-masing sambil membaca doa dan memercikkan air bunga di halaman. Tujuannya agar dijauhkan dari bencana dan penyakit.

Setelah matahari melewati kepala alias pada tengah hari, semua kasur harus digulung dan dimasukkan. Konon jika tidak segera dimasukkan hingga matahari terbenam, kebersihan kasur ini akan hilang dan khasiat untuk menghilangkan penyakit pun tidak akan ada hasilnya.

"Kalau sampai sore ya nanti khasiatnya akan menurun. Apalagi kalau kemalaman. Bisa ndak sehat,"pungkasnya.

Kasur-kasur berwarna merah dan hitam ini memang sama. Yang berbeda adalah ukuran dari kasur tersebut. Jika semakin tebal, menunjukkan jika sang pemilik adalah orang berada di desa tersebut.

Setiap rumah atau keluarga dipastikan memiliki kasur yang serupa. Ini dikarenakan, setiap keluarga yang menikah pasti dibuatkan kasur oleh orangtuanya.

Setelah memasukkan kasur ke dalam rumah masing-masing, warga Using pun melanjutkan tradisi bersih desa ini dengan arak-arakan barong. Barong diarak dari Ujung Desa menuju ke batas akhir desa. Setelah arak-arakan Barong, masyarakat Osing melanjutkan berziarah ke Makam Buyut Cili yang diyakini masyarakat sebagai penjaga desa.

Puncaknya, saat warga bersama-sama menggelar selamatan Tumpeng Sewu pada malam hari. Semua warga mengeluarkan tumpeng khas warga Osing, yaitu pecel pithik alias ayam panggang dengan parutan kelapa. Kekhasan acara ini juga ditambah akan dinyalakan obor di setiap depan pagar rumah warga.


----


Artikel ini sudah naik di detikJatim dan bisa dibaca selengkapnya di sini.



Simak Video "Jalan-jalan Menyusuri Kawasan De Jewatan Banyuwangi"
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA