Banyumas -
Dusun Plandi merupakan desa terpencil di Banyumas, Jawa Tengah. Termasuk dusun tua, mayoritas warganya rupanya memeluk agama Buddha.
Dusun Plandi termasuk wilayah Desa Watuagung, Kecamatan Tambak.Untuk menuju ke tempat itu memerlukan waktu 30 menit menggunakan sepeda motor dari pusat kota kecamatan. Menembus hutan dengan medan jalan yang berkelok dan menanjak perjalanan ke sana perlu kesiapan penuh.
Dipastikan jalanan itu akan gelap gulita saat malam karena tidak ada penerangan jalan di sepanjang sekitar 12 kilometer mendekati dusun itu. Perjalanan hanya akan ditemani jajaran rimbun pohon, dan suara serangga yang saling bersautan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikJateng mendatangi lokasi dusun di tengah hutan milik PT Perhutani itu. Kesan pertama yang didapat saat masuk ke pedusunan adalah hening dan tenang jauh dari hingar bingar kota dan kesibukannya.
Masuk ke permukiman, pengunjung disambut dengan bangunan megah dengan cat kuning dan ornamen khas rumah peribadatan agama Buddha. Adalah Vihara Graha Bhavana yang merupakan pusat peribadatan masyarakat setempat.
"Dusun ini sudah ada sejak lama, saat perang melawan VOC," kata Ketua Vihara Metta Bhumi Tukiran saat ditemui di kediamannya, Selasa (14/9/2022)
"Kalau dibilang awal mungkin itu awalnya, saya tidak bisa menyebut tahun pasti berdirinya," lanjut dia.
Selanjutnya: penghuni pertama desa itu adalah seorang pertapa
Menurutnya, informasi pasti yang dia dapatkan adalah tentang orang pertama yang menghuni dusun dengan areal seluas 7 hektare ini bernama Sawitanom. Sawitanom merupakan sosok pertama yang bermukim di lokasi itu dan membuka hutan hingga saat ini dihuni masyarakat.
"Kalau orang pertama yang tinggal adalah keluarga Sawitanom, kebetulan saya keturunan keempat. Makamnya ada di depan Graha Bhavana itu kalau rumah aslinya di depan Vihara Metta Bhumi," ungkapnya.
Dirinya juga tidak bisa menjelaskan siapa sebetulnya sosok Sawitanom itu. Namun, yang dia tahu orang pertama itu dipercaya punya kemampuan membantu menyembuhkah orang sakit.
"Pertapa atau bukan saya kurang paham, tapi konon beliau orang yang cukup disegani sering membantu orang yang sedang sakit dan membutuhkan bantuan saat itu," jelasnya.
Mengenai Agama Budha yang dianut oleh masyarakat Dusun Plandi, Tukiran menyebut tidak dibawa oleh Sawitanom. Karena hingga keturunan pertamanya, ajaran yang dipercaya adalah Kejawen kepercayaan Naluri.
"Sawitanom memiliki lima orang anak, belum penganut Buddhis masih kejawen kepercayaan Naluri jadi kalau mayoritas saat ini Buddha bukan dibawa oleh beliau," ucapnya
Agama Buddha mulai dianut masyarakat Plandi disebarkan oleh menantu dari Sawitanom. Salah satu putrinya saat itu, menikah dengan warga Kebumen bernama Darmo Suwito.
Di dusun yang dihuni 42 kepala keluarga itu saat ini memiliki dua Vihara. Yaitu Vihara Metta Bhumi dan Vihara Graha Bhavana, kedua tempat itu pembangunannya dibiayai secara swadaya masyarakat dan donatur yang membantu.
"Pertama itu cuma ada satu Vihara Metta Bhumi dan ini (Graha Bhavana) pengembangan karena butuh yang lebih luas. Pembiayaan swadaya hanya dibantu para donatur warga sini yang sudah sukses di luar," lanjutnya
Untuk penganut Kejawen kepercayaan Naluri menurutnya sudah tidak ada lagi. Seluruh masyarakat telah menganut Agama dan meninggalkan aliran kepercayaan.
"Sejak tahun 1965 aliran kepercayaan sudah tidak ada lagi, dari 42 KK yang menghuni Plandi mayoritas Agama Budha, hanya dua KK yang Agamanya Islam," tutur nya.
Artikel ini sudah tayang di detikJateng.
Simak Video "Video: 'Bawor' Sapi Kurban Prabowo di Banyumas Seberat 1 Ton"
[Gambas:Video 20detik]
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol