Menyusuri Jejak Eks Lokalisasi Dolly di Kala Malam

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Menyusuri Jejak Eks Lokalisasi Dolly di Kala Malam

Praditya Fauzi Rahman - detikTravel
Jumat, 23 Sep 2022 18:31 WIB
Wajah Dolly masa kini
Wajah Gang Dolly terkini (Foto: Esti Widiyana/detikJatim)
Surabaya -

Lokalisasi Dolly Surabaya sudah lama ditutup. Kini, ada traveler yang melakukan wisata malam di sana, menelusuri jejak-jejaknya.

Sekelompok pemuda melakukan wisata malam di eks Lokalisasi Dolly, Surabaya. Di sana, mereka menyusuri jejak kelam bekas tempat esek-esek yang pernah disebut sebagai yang terbesar di Asia Tenggara.

Dari pantauan detikJatim, ada sekitar 10 orang yang melakukan kunjungan dalam kegiatan bertajuk 'Wisata Dolly: Malam Jumat di Gang Dolly'. Mereka berasal dari pemuda setempat, mahasiswa, hingga pekerja milenial.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pembicara sekaligus tour guide Wisata Dolly, Arbintoro Mas mengatakan, sekelompok pemuda itu diajak menyambangi Jalan Kupang Gunung Timur gang 1 Surabaya. Kawasan itu dulunya dikenal sebagai lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara.

Kepada wisatawan domestik, ia menerangkan bahwa lokalisasi Dolly ditutup permanen pada 18 Juni 2014 oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.

ADVERTISEMENT
Wisata malam DollyWisata malam Dolly (Foto: Praditya Fauzi Rahman/detikJatim)

"Sudah 8 tahun yang lalu ditutup, sampai sekarang, Dolly tetap dikunjungi orang. Tidak pernah sepi, selalu ada pengunjung yang datang. Bahkan, malam hari sekalipun," kata Arbintoro kepada detikJatim di lokasi. Kamis (23/9/2022) malam.

Lain dulu lain sekarang, pria yang akrab disapa Mas Arbi itu menyebut, Dolly kini justru menjadi inspirasi. Menurutnya, tak banyak yang mengetahui bahwa ada tokoh Islam di gang Dolly.

"Tak banyak yang mengetahui, ada masjid dengan kiprah perjalanan sejarah yang cukup pelik ketika Dolly masih aktif, tak banyak juga yang mengetahui bahwa wisma terbesar di gang Dolly, berubah menjadi tempat produktif, lalu ada makam Mbah Kapiludin, dan masih banyak ketidaktahuan masyarakat tentang perubahan di dalam Dolly setelah ditutup," ujarnya.

Pembicara Wisata Malam Dolly lainnya, Mustofa menambahkan, saat penutupan dan peralihan fungsi Dolly, sempat terjadi gesekan antara penghuni, PSK, hingga warga, dengan petugas gabungan. Terlebih, ketika pemasangan plakat kala itu.

"Warga Dolly dulu menentang (penutupan dan alih fungsi), karena mereka tidak mau ditutup setelah pemasangan plang, ada history yang kita ceritakan bahwa perjuangan untuk hal yang positif itu tak selamanya direspons positif juga," kata dia.

Cak Mus menyatakan, di masa keemasan Dolly, ada 9.000 lebih PSK yang saling unjuk kemolekan. Dari jumlah tersebut, 90% di antaranya tak hanya PSK, tapi ada pula sebagai muncikari dan germo.

Menurutnya, 90% orang tersebut berasal dari luar Surabaya. Artinya, sangat sedikit atau minim dari warga lokal.

"Nah, judgement seperti itu kan tidak enak juga bagi warga sini. PSK juga tidak selamanya negatif, buktinya ada 2 eks PSK yang mau bekerja di produksi sepatu di eks Wisma Barbara sini," tutupnya.




(msl/msl)

Hide Ads