Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Selasa, 01 Nov 2022 17:09 WIB

DOMESTIC DESTINATIONS

Masih Ada Gunung Berapi Aktif di Bawah Permukaan Telaga Ngebel

Putu Intan
detikTravel
Ponorogo -

Telaga Ngebel yang indah rupanya menyimpan energi besar di bawah permukaannya. Masih ada gunung berapi yang setiap tahun 'batuk-batuk' di sana.

Tak banyak yang tahu, Telaga Ngebel yang terletak di kaki Gunung Wilis termasuk dalam wilayah gunung berapi aktif. Gunung berapi itu masih mengeluarkan asap dan belerang hingga saat ini.

Dosen Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Rido Kurnianto, pernah menjadi saksi aktivitas gunung tersebut. Ia sempat mendengar bunyi letusan hingga menyaksikan ikan-ikan mati karena menelan belerang.

"Telaga Ngebel itu ada di atas gunung berapi yang masih aktif. Berarti suara gelegar itu adalah letusan di bawah sana. Lalu asap itu dari belerang, hawa panas kemudian asap putih. Bau anyir itu adalah belerang yang kemudian menyebabkan ikan mati," Rido menjelaskan.

Telaga Ngebel PonorogoTelaga Ngebel Ponorogo. Foto: Putu Intan/detikcom

Rido sendiri sengaja melakukan penelitian di Telaga Ngebel untuk menelaah mitos Naga Baruklinting. Dia memaparkan, ada sejumlah pertanda sebelum naga itu muncul, yaitu suara menggelegar, ada asap di tengah danau, tercium bau anyir, dan ikan-ikan ditemukan mati.

Setelah membaca sejumlah literatur, rupanya pertanda itu merupakan ciri-ciri aktivitas gunung berapi. Berdasarkan wawancara dengan sejumlah sesepuh Telaga Ngebel, didapatkan pula informasi bahwa legenda Naga Baruklinting sengaja dibuat untuk melindungi ekosistem Telaga Ngebel.

Telaga Ngebel PonorogoKeramba ikan di Telaga Ngebel Ponorogo. Foto: Putu Intan/detikcom

Kembali ke aktivitas gunung berapi, keluarnya gas belerang dari gunung di bawah permukaan Telaga Ngebel sebenarnya merugikan petambak di sana. Misalnya pada tahun awal Februari 2021, gas belerang menewaskan ribuan ikan nila siap panen. Kerugian ditaksir mencapai Rp 50 juta.

"Kalau kata peneliti dulu ini kaldera, di tengah telaga ada sumber lahar, ada 2 titik sumber," kata Ketua Paguyuban Budidaya Kelompok Ikan, Pujo Widodo.

Kejadian seperti ini memang selalu terjadi setiap tahun. Masyarakat setempat bahkan menyebutnya sebagai lirangan. Uniknya, peristiwa matinya ikan-ikan ini biasanya terjadi pada bulan Juli atau Agustus. Hanya saja, pada 2021 terjadi lebih awal.

(pin/ddn)
BERITA TERKAIT
BACA JUGA