Welcome d'travelers !

Ayo share cerita pengalaman dan upload photo album travelingmu di sini. Silakan Daftar atau

ADVERTISEMENT

Minggu, 06 Nov 2022 16:41 WIB

DOMESTIC DESTINATIONS

Kisah Magis Masjid Pahlawan di Bali Tempat Sembunyi Pasukan I Gusti Ngurah Rai

Masjid Pahlawan yang terletak di Banjar Air Kuning, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Sabtu (05/11/2022).
Masjid Pahlawan yang terletak di Banjar Air Kuning, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana terkait erat dengan aksi heroik pemuda RI melawan Belanda. (I Putu Adi Budiastrawan/detikcom)
Jembrana -

Masjid Pahlawan, Banjar Air Kuning, Desa Air Kuning, Kecamatan Jembrana, Kabupaten Jembrana, Bali tidak hanya sebagai tempat ibadah umat Muslim. Dulu masjid ini merupakan tempat persembunyian pasukan I Gusti Ngurah Rai dan sering mengecoh tentara Belanda.

Masjid Pahlawan lekat dengan pasukan yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai, pahlawan nasional yang berperan dalam perang kemerdekaan Republik Indonesia dan sosok penting dalam perang Puputan. Masjid itu menjadi tempat menyembunyikan senjata hingga menyusun strategi perang melawan Belanda.

Desa Air Kuning merupakan tempat transit pasukan yang dipimpin I Gusti Ngurah Rai sebelum menyeberang ke Pulau Jawa menggunakan perahu nelayan. Bahkan, Tentara Keamanan Rakyat (TKR) menyembunyikan perahu serta senjata mereka di masjid itu.

Salah seorang tokoh masyarakat Desa Air Kuning, Jainuri (84) saat ditemui di kediamannya, Sabtu (05/11/2022) membenarkan peristiwa sejarah itu. Dia mengisahkan dulu almarhum kakaknya ikut terlibat membantu para pahlawan menyembunyikan persenjataan di sebuah masjid yang dulu dikenal bernama Masjid Jamik.

"Selain tempat ibadah umat Muslim, Masjid Jamik juga dulunya difungsikan sebagai tempat persembunyian para pejuang I Gusti Ngurah Rai sebelum melakukan pertempuran di Margarana. Di sini mereka menyusun rencana, sembari berlindung dari penjajah Belanda agar tidak diketahui," kata Jainuri.

Anehnya lagi, lanjut Jainuri, tentara Belanda selalu terkecoh setiap kali memasuki masjid itu. Mereka seolah kehilangan penglihatan ketika masuk ke dalam masjid dan melakukan penggeledahan. Tentara Belanda tidak pernah sekali pun menemukan senjata yang disembunyikan pasukan I Gusti Ngurah Rai.

"Para penjajah Belanda tidak tahu bahwa di bawah tikar pandan itu ada senjata dan bahan peledak yang disembunyikan oleh pejuang, padahal hanya ditutup tikar pandan," kata dia.

Setelah adanya penggeledahan di rumah-rumah warga oleh para penjajah, para pahlawan kemudian melanjutkan perjalanannya menuju arah timur.

"Setelah menyusun strategi, baik itu pejuang Muslim maupun Hindu, mereka bersatu di sana, selanjutnya para pasukan menyamar sebagai warga dan membawa persenjataan mereka menggunakan gerobak berjalan ke arah timur," ujarnya.

Disinggung mengenai tahun persis kejadian tersebut, Jainuri tidak dapat mengingatnya, sehingga hanya menceritakan apa yang ia ketahui dan berdasarkan cerita para leluhur terdahulu. Ditanya mengenai rekan sejawatnya dulu, pria kelahiran Madiun ini juga menjelaskan seluruhnya sudah meninggal dunia.

"Teman-teman kami semua sudah tiada, yang saya tahu seperti itu," kata dia.

Setelah beberapa kali direnovasi, lanjut Jainuri, Masjid Jamik kemudian diganti nama dengan persetujuan seluruh warga dan sebagai penghormatan bagi para pahlawan, sehingga munculah nama Masjid Pahlawan.

"Sempat hendak diberi nama Masjid Aistiqlal, namun beberapa pengurus serta warga lain tidak setuju, sehingga munculah nama Masjid Pahlawan," ujar dia.

Selanjutnya
Halaman
1 2


Simak Video "Kemenparekraf Sambut Ratusan Turis Tiongkok di Bali"
[Gambas:Video 20detik]
BERITA TERKAIT
BACA JUGA