Kicauan Burung yang Bikin Merinding di Gunung Tangkil

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kicauan Burung yang Bikin Merinding di Gunung Tangkil

Syahdan Alamsyah - detikTravel
Kamis, 12 Jan 2023 23:01 WIB
Malam gelap di Gunung Tangkil Sukabumi.
Foto: Malam mencekam di gunung Tangkil (Syahdan Alamsyah/detikcom)
Sukabumi -

Kawasan gunung Tangkil di Sukabumi menghadirkan kengerian tersendiri begitu malam tiba. Kicauan burung-burung di sana bikin bulu kuduk merinding.

Udara dingin malam itu menusuk kulit, sesekali angin berdesir melintasi daun telinga. Suasana malam terasa sangat pekat, sumber cahaya satu-satunya hanya berasal dari lampu penerangan jalan di pinggir Jalan Sukawayana-Cisolok.

Anehnya sumber penerangan itu seolah hanya terhenti di batas papan usang dengan tulisan besar 'Kawasan Suaka Alam' milik BKSDA Jawa Barat yang berada di pintu jalan setapak masuk menuju kawasan yang berada di Kecamatan Sukawayana, Kabupaten Sukabumi. Selepas papan itu, gelap menyergap.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Akar-akar yang menjuntai dari atas pohon menambah kesan seram di permulaan. Bunyi langkah kaki menjejak tanah basah menambah kesan horor itu, mirip langkah kaki terseret di film-film horor.

"Nekat, kang," itu yang diucapkan salah seorang warga yang melintas jalan tersebut saat melihat tim detikJabar menyiapkan sejumlah peralatan saat akan memasuki kawasan itu.

ADVERTISEMENT

Rasa penasaran menggelitik yang membawa kami ke kawasan Gunung Tangkil malam itu. Kisah ular hitam yang konon muncul hanya saat malam hari membuat penasaran.

Ada pengalaman menarik saat memasuki jalan setapak yang terbuat dari batu bersusun. Sorot kamera ponsel dengan lampu kilat yang digunakan seolah terhalang kabut, padahal secara kasat mata tidak ada kabut malam itu.

Hal itu berbeda saat kami menggunakan kamera ponsel tanpa lampu kilat dan menggunakan mode malam. Gurat rimbunan pohon dan akar nyaris terekam dengan jelas.

Dalam sebuah perbincangan, Isep Mukti Miharja, Kepala Resort Sukabumi KSDA Sukabumi mengatakan kawasan Cagar Alam Sukawayana memiliki luas sekitar 30 hektar dengan bentangan panjang 3.400 meter.

"Luas tepatnya 30,5 hektar atau 305.000 meter persegi itu luas kawasan Cagar Alam Sukawayana," kata Isep beberapa waktu lalu.

Kembali ke suasana malam, suara teriakan yang diduga berasal dari monyet-monyet liar di lokasi itu mengangetkan kami. Teriakan parau itu seolah bersahutan, sebelumnya diketahui ada anggapan bahwa siapapun yang memasuki kawasan itu maka akan diikuti oleh kawanan monyet liar.

Kawanan monyet ini memang seolah mengikuti langkah kaki mereka yang masuk dan berniat ke area Makom Keramat Syekh Qudratulloh. Kami membuktikan sendiri, kawanan monyet ini memang tidak mengganggu dan hanya melihat kami dari jarak 3 sampai 4 meter.

Tidak terasa perjalanan kami sudah berada di undakan tangga terakhir. Tiba di atas situasi menjadi hening, selain teriakan monyet, kicau burung malam terdengar bersahutan. Namun kami terhenyak, saat ini adalah malam hari dan hanya ada beberapa jenis burung yang memang berkicau di malam hari atau ada pertanda lain, seketika bulu kuduk kami-pun berdiri.

Dikky, salah seorang teman yang ikut dalam perjalanan setengah berbisik mengingatkan. Pertanda burung berkicau malam hari bila dikaitkan dengan mistis adalah pertanda kehadiran makhluk halus.

"Biasanya banyak pertanda dan nyaris semua pertandanya kurang baik. Namun buat yang percaya saja, wallahuallam kalau yang berkicau di sini mungkin ada makhluk halus," bisiknya seraya menarik resleting jaket hingga ke leher.

Kami mengabaikan bisikan itu, akhirnya kami tiba di area Makom yang kerap disambangi peziarah. Kegelapan malam begitu terasa pekat, di area ini. Dalam perbincangan dengan salah seorang peziarah beberapa waktu lalu, diketahui ini adalah makam seorang tokoh penyebar agama.

"Makamnya Syekh Qudratulloh, beliau itu ada keturunannya di Bogor, (berkaitan) Mbah Dalem Batu Tulis kan terkenal tuh, ini leluhurnya Batu Tulis jadi penyebar agama di Jawa Barat," kata Ustaz Zaeni, kepala rombongan peziarah asal Bogor.

Sekitar 1,5 jam di lokasi perasaan kami mulai tidak menentu. Suara ranting patah hingga dedaunan yang berdesir terkena angin terasa keras terdengar mengusik telinga membuat kami tidak betah berlama-lama di tempat ini. Seketika kami bergegas mengambil keputusan untuk menarik diri dari lokasi itu.


-------

Artikel ini telah naik di detikJabar dan bisa dibaca selengkapnya di sini.




(wsw/wsw)

Hide Ads