DOMESTIC DESTINATIONS
Kisah Mistis 'Keranda Penjemput Nyawa' dari Blitar

Di Blitar pernah ada keranda yang dijuluki sebagai 'penjemput nyawa'. Ada 43 warga yang meninggal dalam 47 hari di keranda tersebut. Hii...
Rentetan kematian warga dianggap tidak wajar di Blitar diduga diakibatkan oleh keranda tersebut. Itu membuat warga takut untuk menggunakan keranda itu.
Akhirnya, keranda itu dibuang di area makam sebuah desa di Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. Sepenggal kisah misteri tersebut diceritakan Sutarji, warga Desa Ariyojeding, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung.
Sudah bertahun-tahun, keranda yang dianggap sebagai 'penjemput nyawa' itu menjadi salah satu koleksi di museum pribadinya.
Keranda tersebut berwarna putih dan dilengkapi dengan empat roda. Menurut Sutarji, dulu keranda tersebut digunakan warga di Blitar untuk membawa jenazah dari rumah duka menuju pemakaman.
Di masa penggunaan keranda tersebut, lanjut Sutarji, terjadi serangkaian kematian yang dinilai aneh oleh warga. Warga merasa itu bukan hal yang wajar.
"47 hari ada 43 orang yang meninggal dunia. Akhirnya keranda itu tidak dipakai lagi. Sudah tidak berani pakai lagi, dibuang di makam," kata Sutarji.
Kabar yang penuh misteri itu kemudian sampai pada dirinya di Tulungagung. Sutarji pun tertarik untuk memboyong keranda tersebut dari Blitar.
Sutarji pun meminta izin kepada warga di Blitar untuk merawat keranda tersebut. Namun ternyata, upaya untuk membawa keranda itu ke Tulungagung tidaklah mudah.
Awalnya, Sutarji mencari jasa mobil pikap untuk memboyong keranda 'penjemput nyawa' tersebut. Namun sopir pikapnya mengaku tidak berani.
"Saya kasih Rp 500 ribu enggak mau. Saya kasih Rp 1 juta juga enggak berani. Katanya uang segitu banyak dan cukup, tapi kalau yang diangkut keranda mayat ini tetap tidak berani," jelas Sutarji.
![]() |
Sutarji kemudian mencari truk pengangkut. Namun kendala yang dihadapi tetap sama. Sopir truk juga tidak berani mengangkut keranda itu.
"Karena tidak ada yang berani, akhirnya saya nekat membawa sendiri dengan ditarik pakai sepeda motor (Honda) BeAT. Iya, dari Wlingi Blitar sampai rumah sini," jelasnya.
Kisah misteri keranda 'penjemput nyawa' itu terlanjur menyebar hingga Tulungagung. Sehingga keranda tersebut membuat warga takut saat diletakkan di depan rumah Sutarji.
"Awalnya itu di depan, lama-lama gang ini kok sepi, ternyata gara-gara itu. Akhirnya saya masukkan ke rumah," ujarnya.
Hingga 2021, di rumah sekaligus museum pribadinya itu Sutarji memiliki lima koleksi keranda mayat. Juga ada belasan tali pocong, helm dan pakaian orang kecelakaan, serta ribuan koleksi benda-benda kuno lainnya.
-----
Artikel ini telah naik di detikJatim dan bisa dibaca selengkapnya di sini.
Simak Video "Sat-set Sat-set! Melihat Tradisi Tarawih Kilat di Blitar"
[Gambas:Video 20detik]
(wsw/wsw)