Lamongan tak hanya mempunyai kuliner khas berupa soto dan pecel lele. Lamongan juga memiliki tahu campur. Berikut asal-usulnya.
Tahu campur rupanya berasal dari salah satu desa di Lamongan, yakni di Desa Padenganploso, Kecamatan Pucuk. Penandanya pun sudah ada. Gapura selamat datang bertuliskan 'Bumi Tahu Campur' menjadi penegas bahwa Tahu Campur memang berasal desa Padenganploso.
"Tahu campur ini sudah dikenal di desa ini sejak zaman kolonial," ujar Sekretaris Desa Padenganploso, Mujalal, dalam perbincangan dengan detikJatim.
Menurutnya, sebagian besar warga di desa ini merantau ke banyak daerah di Nusantara dan berprofesi sebagai penjual tahu campur. Karena, warga yang merantau ke berbagai daerah itulah tahu campur semakin dikenal luas di seluruh penjuru Nusantara.
"Hampir 90 persen warga di sini berprofesi penjual Tahu Campur, termasuk saya juga dibesarkan oleh Tahu Campur," katanya.
Salah satu buktinya adalah Bu Neng yang memilih membuka warung Tahu Campur Bu Neng di desa itu sejak Pandemi COVID-19 merebak.
Bu Neng mengaku sudah berjualan tahu campur lebih dari 40 tahun. Tapi selama itu ia tidak menjualnya di desanya sendiri.
"Sejak tahun 1980-an saya sebenarnya berjualan tahu campur di Surabaya, tetapi karena ada Pandemi COVID-19 saya pulang ke desa buka di depan rumah ini," ujar Bu Neng.
sal-usul Tahu Campur
Mujalal pun mengungkapkan keberadaan cerita tutur yang dikenal warga di desanya tentang asal-usul tahu campur.
Mula-mula, kata Mujajal, tahu campur dibawa oleh seorang warga yang pada masa kolonial pernah bekerja sebagai koki untuk Belanda.
Warga yang menjadi koki Belanda itu kemudian pulang ke desa dan mulai mengenalkan masakan tahu campur ke warga.
"Mengapa dinamakan tahu campur? Karena memang bahan dasarnya adalah tahu yang kemudian dicampur dengan bahan lain," akunya.
Buat yang belum pernah makan kuliner ini, tahu campur adalah sajian yang terdiri dari sop daging sapi kenyal, tahu goreng, perkedel singkong atau lento, taoge segar, selada air segar, mi kuning, serta kerupuk udang.
Bukan tahu campur kalau belum disertai bumbu petis, sambal, bawang goreng, dan kadang-kadang dilengkapi kerupuk kanji. Ada versi lain tentang asal-usul tahu campur yang disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lamongan Siti Rubikah.
Yang ini dikaitkan dengan masakan khas Lamongan lainnya, yakni Soto. Mulanya, ada seorang warga desa itu yang di sela-sela kesehariannya sebagai petani juga berjualan soto.
Suatu ketika, saat dia pulang dari sawah, dia mendapati tak tersisa sedikit pun makanan.
"Dia hanya menemukan sisa bahan pembuatan soto seperti tauge, kubis, sepotong tahu sisa lauk kemarin, dan petis," ujar Rubikah.
Terbersit dalam benak lelaki itu untuk mencampur semua bahan soto dengan diberi tambahan kuah soto yang juga masih tersisa.
Akhirnya, kuah Soto itu ditambah dengan potongan tahu, kubis dan taoge. Tetapi saat dicoba, rasanya kurang enak. Akhirnya ditambahi petis. Sempat ragu diawal, ternyata setelah warga itu mencobanya, rasanya enak.
"Atas saran tetangganya, lelaki itu menjual menu yang baru ditemukan tadi. Tetapi saat mau dijual di pasar dia kehabisan kubis. Akhirnya diganti dengan selada, yang ternyata rasanya jadi lebih nikmat," kata dia.
Saat ada pembeli yang bertanya tentang nama menu masakan barunya, lelaki itu pun hanya bisa menggeleng bingung. Tiba-tiba saja tetangganya berseru 'tahu campur'. Maka jadilah nama tahu campur disematkan pada kuliner tersebut hingga sekarang.
***
Artikel ini juga tayang di detikJatim. Selengkapnya klik di sini.
Simak Video "Bikin Laper: Kenikmatan Hakiki Tahu Campur di Jagat Rawamangun"
(fem/fem)