Tradisi Unik Warga Gresik: Bikin Kolak Ayam di Hari 23 Ramadan

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Tradisi Unik Warga Gresik: Bikin Kolak Ayam di Hari 23 Ramadan

Jemmi Purwodianto - detikTravel
Jumat, 14 Apr 2023 18:05 WIB
Kolak Ayam
Foto: Kolak ayam di Gresik (Jemmi Purwodianto/detikcom)
Gresik -

Warga Gresik memiliki makanan khas yang hanya ada saat bulan Ramadhan. Namanya Kolak Ayam. Biasanya makanan ini dibuat setiap tanggal 23 di bulan Ramadan.

Kuliner satu ini tak bisa lepas dari Tradisi Sanggring atau memperingati malam ke-23 di bulan Ramadhan. Tahun ini bertepatan dengan Tradisi Sanggring yang ke-498. Tradisi ini diperingati di Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Gresik.

Secara filosofis kata Sang berarti raja dan Gring (gering) berarti sakit. Sanggring bermakna obat untuk raja yang sakit. Makanan khas tersebut pertama kali ada pada 22 Ramadan 946 H atau 31 Januari 1540 M.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Awalnya, saat Sunan Ndalem yang merupakan raja di Giri Kedaton tengah sakit, segala macam obat tidak mampu menyembuhkanya. Kemudian putra dari Sunan Giri ini mendapatkan petunjuk membuat ramuan kolak yang dicampuri ayam.

Kemudian Sunan Dalem memerintahkan para santri laki-lakinya untuk membuat kolak ayam tersebut. Makanan unik tersebut terdiri dari ketan, santan, jinten, bawang daun, gula merah, serta ayam kampung.

ADVERTISEMENT

"Pada zaman dulu, Sanggring dibuat oleh santri laki-laki semua sesuai instruksi atau anjuran Sunan Dalem. Tapi sebenarnya perempuan tidak masalah, tapi kita ingin menjaga tradisi leluhur yang sudah ada saja," kata Ketua Panitia, Suudin, Kamis (13/4/2023).

Saat makan Kolak Ayam atas izin Allah, sakit Sunan Ndalem sembuh. Sehingga setelah itu, Sunan Ndalem meminta kepada warga sekitar agar membuat kolak tersebut pada malam ke-23 Ramadhan.

"Karena sang wali makan pada tanggal itu. Sehingga tradisi ini tetap eksis dan dibudidayakan sampai saat ini," jelas Suudin.

Sementara itu, Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah berharap tradisi ini terus dilestarikan, mulai dari orang tua hingga anak muda. Sehingga generasi selanjutnya bisa mengambil pelajaran dari tradisi Sanggring.

"Budaya ini harus continue. Alhamdulilah semangatnya adalah mensyiarkan agama Islam, semangat tersebut harus kita jadikan pada diri kita mensyiarkan segala sesuatu. Seperti Sunan Dalem meski sakit terus perjuangkan kebenaran dan kebaikan dalam semuanya," kata Aminatun Habibah.


-----

Artikel ini telah naik di detikJatim dan bisa dibaca selengkapnya di sini.




(wsw/wsw)

Hide Ads