Masjid Angke, Masjid Tua yang Memadukan Banyak Budaya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Masjid Angke, Masjid Tua yang Memadukan Banyak Budaya

Weka Kanaka - detikTravel
Jumat, 21 Apr 2023 03:17 WIB
Masjid Angke
(Weka Kanaka/detikTravel)
Jakarta -

Masjid Jami Al Anwar atau juga dikenal sebagai Masjid Angke merupakan salah satu masjid tua di Jakarta Barat, diperkirakan didirikan sejak 1761 M. Selain punya keunikan dari umur, juga punya keunikan dari arsitektur yang memadukan beragam budaya seperti Jawa, Bali, Arab, Tionghoa, bahkan Eropa.

Berusia telah lebih dari 250 tahun, masjid ini masih berdiri kokoh dan masih memiliki fungsi sebagai bangunan masjid pada umumnya. Selain itu, bangunan ini juga jadi cagar budaya yang dilindungi perawatan dan keotentikannya.

Hal tersebut karena masjid ini memiliki sejarah serta keunikan dari arsitektur bangunan. Masjid ini memadukan banyak unsur budaya dalam satu tempat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Luas masjid ini tidak terlalu besar, hanya sekitar 15x15 meter persegi. Namun masjid ini jadi representasi dari keberagaman masyarakat yang mendiami Kampung Angke. Hal tersebut dijelaskan Ketua Bidang Sejarah dan Bangunan Masjid Angke, Abyan Abdillah saat ditemui detikTravel beberapa waktu lalu.

"Keunikannya ada seni Bali, Jawa, Arab dan Tionghoa yang dipadukan dalam seni bangunan masjid. Kesemuanya itu timbul dari gambaran masyarakat yang mendiami Kampung Angke dulunya. Jadi multietnis dengan berbagai suku, rukun damai dengan toleransi yang sangat tinggi. Dan alhamdulillah sampai saat ini masih ada toleransi dan kerukunan itu," jelasnya.

ADVERTISEMENT
Masjid AngkePintu Masjid Angke. (Weka Kanaka/detikcom)

Perpaduan akulturasi budaya itu dapat ditemui pada detail ornamen di masjid ini. Misalnya saja ketika baru memasuki masjid ini, traveler akan disambut oleh pintu yang bergaya Jawa dengan ukiran khas Bali di sisi pintu. Pintu semacam ini jarang ditemui pad masjid umumnya.

Selain itu pada Mihrab yakni tempat imam pada masjid, Abyan menjelaskan bahwa ini mengambil gaya Arab atau Maroko. Selain itu pada mimbar masjid ini yang unik, ternyata dirinya menjelaskan kalau mimbar mengambil sentuhan Eropa dan Tionghoa.

Sentuhan Eropa klasik juga terdapat pula pada jendela masjid yang seakan terdapat jeruji di dalam jendela. Serta pada keempat tiang dalam masjid ini juga memiliki desain khas Eropa.

Sedangkan ornamen khas Tionghoa yang paling terasa di sini adalah terletak pada atap masjid ini. Karena berbeda masjid umumnya yang terdapat kubah, tapi di masjid ini tidak menggunakan kubah.

"Di mana Tionghoanya? Itu lebih kental dari atap bangunannya. Kalau kita lihat dari sisi luar, masyarakat sekitar kadang menyebut seperti wihara atau klenteng," terang Abyan.

Adanya perpaduan dari banyak budaya ini tak terlepas dari beragamnya budaya dan latar belakang masyarakat yang mendiami Kampung Angke saat dulu.

"Memang di sini sentral dari perkembangan Islam dari Kerajaan Demak Cirebon. Makanya jangan heran nisan makam di sini tidak ada yang sama, itu menandakan tidak dari satu daerah tidak dari satu tempat, jadi perpaduan NKRI-nya kelihatan sekali," jelasnya.

Bahkan masjid ini jadi salah satu tempat mengungsinya masyarakat etnis Tionghoa pada terjadi kejadian kelam geger pecinan tahun 1740. Sebagian masyarakat etnis Tionghoa mengungsi ke Kampung Angke dan dilindungi oleh para warga sekitar.

Masjid AngkeLantai dua Masjid Angke. (Weka Kanaka/detikcom)

Selain itu yang jadi tambah menarik, masjid ini memiliki lantai atas, yang dulunya berfungsi untuk mengumandangkan adzan ketika belum memiliki pengeras suara. Serta tempat ini juga jadi lokasi untuk memantau area kampung saat zaman peperangan.

"Lantai atas ini dulunya difungsikan untuk mengumandangkan adzan, karena belum ada pengeras suara. Selain itu juga digunakan untuk melihat atau memantau sekeliling kampung. Apalagi pada zaman peperangan, kalau ada musuh atau apa keliatan. Tapi sekarang sudah tidak digunakan lagi, cuman dijadikan monumen," tuturnya.




(wkn/ddn)

Travel Highlights
Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detikTravel
Muslim Traveler
Muslim Traveler
459 Konten
Muslim traveler menjadi gaya liburan yang semakin banyak dilakukan wisatawan. Liburan seru ke berbagai negara, sambil tetap memperhatikan kebutuhan ibadah dan makanan halal. Jalan-jalannya dapat, spiritualnya juga dapat!
Artikel Selanjutnya
Hide Ads