3. Museum Kereta Api Bondowoso
Museum Kereta Api Bondowoso adalah museum kereta api pertama di Jawa Timur. Awalnya, museum ini merupakan stasiun yaitu Stasiun Bondowoso. Stasiun ini dibangun pada tahun 1893 dan diresmikan pada tanggal 1 Oktober 1897 oleh Staatsspoorwegen (SS) bersamaan dengan pembukaan jalur kereta api Jember-Kalisat-Bondowoso-Panarukan. Jalur tersebut merupakan kelanjutan dari pembangunan perkeretaapian yang ada yaitu jalur Bangil-Pasuruan-Probolinggo yang beroperasi pada tahun 1884.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jalur kereta api Panarukan-Bondowoso-Kalisat-Jember pada awalnya digunakan untuk mengangkut komoditas penting seperti tembakau, kopi, beras dan produk perkebunan lainnya seperti teh dari Jember, Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo ke pelabuhan di Panarukan.
Semasa perang kemerdekaan, Stasiun Bondowoso menjadi saksi bisu Peristiwa Gerbong Maut. Sebuah kisah pemindahan 100 tawanan pejuang Indonesia dari Bondowoso ke Surabaya menggunakan kereta api. Berdasarkan catatan sejarah sebanyak 46 pejuang gugur dalam pemindahan tersebut. Peristiwa ini menyebar luas di belahan dunia, membuat kedudukan Belanda di mata dunia tercemar.
Stasiun Bondowoso sebagai stasiun terbesar di Bondowoso biasa melayani kereta lokal Jember dan tujuan Panarukan. Namun, pada tahun 2004 stasiun Bondowoso dan jalur Panarukan-Bondowoso dinonaktifkan.
Sebagai upaya untuk melestarikan dan mengenang nilai-nilai kepahlawanan para pejuang yang gugur dalam peristiwa heroik 'Gerbong Maut' guna mempertahankan Kemerdekaan Indonesia. Stasiun Bondowoso dialihfungsikan menjadi museum. Peresmian diadakan pada tanggal 17 Agustus 2016 bertepatan dengan ulang tahun ke-71 Indonesia oleh Bupati Bondowoso Amin Said Husni.
4. Lawang Sewu
Nama Lawang Sewu pasti sudah tidak asing lagi di telinga. Bangunan bersejarah ini sering kali muncul di acara televisi.
Lawang Sewu adalah gedung bersejarah milik KAI yang awalnya digunakan sebagai Kantor Pusat perusahaan kereta api swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM).
Gedung Lawang Sewu dibangun secara bertahap, bangunan utama dimulai pada 27 Februari 1904 dan selesai pada Juli 1907. Sedangkan bangunan tambahan dibangun sekitar tahun 1916 dan selesai tahun 1918.
Bangunannya dirancang oleh arsitek terkenal dari Delft, Belanda yakni Prof. Jakob F. Klinkhamer dan B.J. Ouendag, arsitek di Amsterdam. Kedua arsitek tersebut mendesain Gedung Lawang Sewu serta memimpin pembangunan dari Belanda dengan membuat semua gambar dan mengirim semua laporan.
Arsitektur bangunan memiliki karakter yang sangat diperhatikan dan dibedakan. Pada bangunan utama terdapat kaca patri buatan seniman JL. Schouten dari studio 't Prinsenhof di Delft. Salah satu ornamen pada kaca patri melukiskan roda terbang yang melambangkan kejayaan perkeretaapian pada masa itu
Nama lawang sewu merupakan julukan dalam Bahasa jawa yang berarti 'pintu seribu' sebagai penggambaran karena memiliki jumlah pintu sangat banyak, meski jumlahnya tidak sampai seribu.
Saat ini, Gedung Lawang Sewu dimanfaatkan sebagai museum yang menyajikan beragam koleksi dari sejarah perkeretaapian di Indonesia antara lain koleksi Alkmaar, mesin Edmonson, mesin hitung, mesin tik, replika lokomotif uap, surat berharga, dan lain-lain.
Selain menjadi tempat wisata sejarah, Gedung Lawang Sewu juga dapat disewa untuk kegiatan pameran, ruang pertemuan, pemotretan, shooting, pesta pernikahan, festival, bazar, pentas seni, workshop, dan lainnya.
Museum KAI memberikan kesempatan bagi pengunjung untuk merasakan nostalgia dan memahami pentingnya perkeretaapian dalam sejarah dan perkembangan Indonesia. Melalui koleksi yang unik dan pengetahuan yang disajikan, museum ini menjadi tempat yang ideal untuk mengenang masa lalu, mengapresiasi teknologinya, dan mempelajari dampak yang telah dibawa oleh kereta api bagi negara.
"Jika masyarakat memiliki ketertarikan terhadap kereta api dan ingin mengetahui lebih dalam tentang sejarah perkeretaapian di Indonesia, kunjungilah beberapa museum ini. Pengunjung juga akan merasakan bagaimana kereta api telah memainkan peran penting dalam perjalanan sejarah dan mobilitas di Indonesia," tutup Joni.
(ega/ega)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol
Tragedi Juliana di Rinjani, Pakar Brasil Soroti Lambatnya Proses Penyelamatan