5 Fakta Waduk Gajah Mungkur, Ada di Wonogiri, Simpan Kompleks Makam

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

5 Fakta Waduk Gajah Mungkur, Ada di Wonogiri, Simpan Kompleks Makam

Weka Kanaka - detikTravel
Rabu, 13 Sep 2023 06:07 WIB
Kompleks makam kuno yang muncul di Waduk Gajah Mungkur (WGM) Wonogiri, Senin (11/9/2023).
Makam di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah. (Muhammad Aris Munandar/detikJateng)
Wonogiri -

Waduk Gajah Mungkur yang terletak di Wonogiri, Jawa Tengah, menghebohkan publik setelah muncul kompleks makam saat air surut. Berikut fakta unik terkait waduk ini.

Dikutip dari detikJateng, Selasa (12/9/2023), salah satu makam lawas yang muncul saat air surut adalah makam yang berada di Lingkungan Jaban, Kelurahan Wuryantoro, Kecamatan Wuryantoro.

Waduk itu dibangun untuk mencegah banjir tahunan di wilayah tersebut. Namun selain itu, waduk ini menyimpan beberapa fakta menarik di dalamnya.

1. Waduk terbesar Jateng

Waduk ini cukup luas dan menjadi salah satu yang paling besar di Jawa Tengah. Dirangkum dari berbagai sumber, luas daerah genangannya lebih dari 8.800 hektar. Sedangkan berdasarkan data BPS, luas Waduk Gajah Mungkur mencapai 56,07 kilometer persegi.

Bahkan, luas Waduk Gajah Mungkur ini lebih besar dari tujuh kecamatan di Wonogiri.

2. Dibangun dengan menggusur desa

Waduk Gajah Mungkur dibangun dengan cara bedol desa, atau pemindahan warga desa ke tempat yang lain.

Dirangkum dari berbagai sumber, sebanyak 67.157 jiwa yang menempati 51 desa di Wonogiri saat itu, terpaksa pindah demi proyek tersebut. Para warga saat itu diharuskan bertransmigrasi ke daerah lain seperti Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Jambi, hingga Bengkulu.

Pengorbanan para warga ditandai dengan adanya patung Bedol Desa yang lokasinya tak jauh dari kawasan wisata waduk.

3. Terdapat makam di dasarnya

Karena besarnya yang lebih luas dari tujuh desa, membuat tempat ini menyimpan hal unik lainnya. Belakangan lagi viral, para masyarakat dikagetkan dengan adanya makam di dasar waduk.

Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Wonogiri, Dennys Pradita, menjelaskan pada 1970-an warga dipindahkan ke Sumatera karena pembangunan WGM.

"Warga dipindahkan tapi makamnya tetap di situ. Makam 1970 akhir baru ditinggalkan (warga), bedhol (desa). Jadi bukan makam kuno banget sebenarnya. Kisaran 1970-an itu," kata dia dikutip dari detikJateng, Selasa (12/9).

Ia menjelaskan makam yang muncul di perairan WGM saat musim kemarau tak hanya di satu lokasi saja. Sebab dulu terdapat puluhan desa yang warganya dipindahkan. Yang mana setiap desa memiliki makam.

"Ada puluhan (lokasi makam yang muncul), yang nampak bisa dilihat dari bulannya dan saat air surut. Dulu kan ada bekas permukiman, area pertanian, sungai dan fasilitas umum. Ada puluhan desa yang tenggelam," ujar dia.

Dennys mengatakan selain di Wuryantoro, makam yang muncul saat air waduk menyusut dapat ditemui di Kecamatan Eromoko, Baturetno dan Nguntoronadi.

4. Dibangun untuk mengatasi banjir dan penampung air

Dilansir dari buku bertajuk Jelajah Wisata Nusantara: Berbagai Pilihan Tujuan Wisata di 33 Provinsi karya Tri Maya Yulianingsih, Pembangunan WGM ini disebut untuk mengatasi banjir yang kerap terjadi di area tersebut.

Seiring dengan itu, Dennys Pradita pun memberikan keterangan yang senada.

"Akhirnya ada proyek pembangunan WGM itu yang menyebabkan banyak warga yang pindah. Jadi pemukiman lama. Pembangunan WGM itu juga salah satunya karena ada banjir 1966," ujar Dennys.

Namun selain menjadi penampungan debit air untuk mencegah banjir, WGM juga berperan sebagai irigasi persawahan dan sumber pasokan air warga. WGM bahkan berperan untuk mengairi sawah di empat kabupaten sekitar.


5. Sebagai objek wisata

Peran WGM bagi Wonogiri tak hanya sebagai penampung debit air. Tetapi tempat ini juga dimanfaatkan sebagai objek wisata. Wisata yang umum dilakukan di sini misalnya memancing, jetski, hingga dayung.

Selain itu, di tempat ini juga digelar berbagai kegiatan wisata budaya dan wisata olahraga air bertaraf nasional dan internasional. Misalnya lari marathon, ganthole, paralayang, hingga balap sepeda.

Tak hanya kegiatan olahraga, di tempat ini juga kerap digelar upacara adat seperti Jamasan Pusaka Mangkunegaran I dan ruwatan massal.




(wkn/fem)

Hide Ads