Makam-makam kuno bermunculan saat Waduk Gajah Mungkur (WGM) surut. Makam-makam itu sudah eksis sebelum proyek pembangunan waduk.
Salah satu makam kuno yang muncul saat air surut dan didatangi detikJateng adalah makam yang berada di Lingkungan Jaban, Kelurahan Wuryantoro, Kecamatan Wuryantoro.
Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Wonogiri, Dennys Pradita, mengatakan lokasi makam itu dulunya adalah permukiman warga. Pada 1970-an warga dipindahkan ke Sumatera karena pembangunan WGM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Warga dipindahkan tapi makamnya tetap di situ. Makam 1970 akhir baru ditinggalkan (warga), bedhol (desa). Jadi bukan makam kuno banget sebenarnya. Kisaran 1970-an itu," kata dia kepada detikJateng, Selasa (12/9/2023).
Ia mengatakan, makam yang muncul di perairan WGM saat musim kemarau saat ini tidak hanya di satu lokasi saja. Sebab dulu ada puluhan desa yang warganya dipindahkan. Tentunya setiap desa itu dulunya mempunyai makam.
![]() |
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, makam-makam itu bisa dilihat atau dilacak berdasarkan pasang surutnya air waduk. Ada yang muncul di daerah pinggir waduk dan ada juga yang di tengah-tengah waduk.
"Ada puluhan (lokasi makam yang muncul), yang nampak bisa dilihat dari bulannya dan saat air surut. Dulu kan ada bekas permukiman, area pertanian, sungai dan fasilitas umum. Ada puluhan desa yang tenggelam," jelas dia.
Dennys mengatakan, selain di Wuryantoro, makam yang muncul saat air waduk menyusut dapat ditemui di Kecamatan Eromoko, Baturetno dan Nguntoronadi. Pada 1966 terjadi banjir di aliran Bengawan Solo. Kemudian, warga ada yang pindah ke tempat lain.
"Akhirnya ada proyek pembangunan WGM itu yang menyebabkan banyak warga yang pindah. Jadi pemukiman lama. Pembangunan WGM itu juga salah satunya karena ada banjir 1966," jelas dia.
Terkait kijing makam berwarna putih, Dennys mengatakan jika di daerah Wonogiri bagian selatan banyak batuan kapur. Pada saat itu banyak batuan kapur yang juga dimanfaatkan untuk tatanan rumah.
"Biasanya memang (kijing pada 1970-an) pakai batu putih, batuan kapur. Kalau sekarang banyak yang menggunakan semen," kata Dennys.
Diketahui, WGM dibangun pada 1978 dan mulai dioperasikan 1980. Pada saat itu sekitar 41.000 warga yang tinggal di 45 desa di 6 kecamatan di Wonogiri harus dipindah atau transmigrasi.
Berita ini sudah tayang di detikJateng.
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol