Waduk Sermo di Kulon Progo mengering. Akibatnya, makam kuno milik prajurit Pangeran Diponegoro muncul ke permukaan.
Debit air di waduk itu terus mengalami penurunan selama musim kemarau. Eks tempat pemakaman umum (TPU) di tengah waduk yang semula tertutup air pun kembali terlihat.
Bekas TPU itu terletak di area Waduk Sermo wilayah Dusun Sermo Tengah, Kalurahan Hargowilis, Kapanewon Kokap, Kulon Progo. Persisnya di dalam kawasan Objek Wisata Taman Nggudhang atau lebih dikenal dengan Taman Bambu Air Sermo.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlihat jelas sejumlah batu nisan di bekas TPU tersebut. Padahal TPU yang berjarak sekitar 100 meter dari Taman Nggudhang ini sebelumnya tergenang air dengan kedalaman hingga 2 meter.
"Biasanya ini tertutup air mas dengan kedalaman sampai 2 meter. Tapi berhubung sekarang sedang kemarau panjang jadinya air surut dan bekas makam kembali terlihat. Mulai kelihatan sejak Juli lalu," ujar pengelola Taman Nggudhang, Samirin saat ditemui di lokasi.
![]() |
Samirin menyebut usia kompleks makam itu sudah tua. Menurutnya, sejak era penjajahan Belanda bahkan sudah ada.
"Wah itu (kompleks makam) udah tua banget mas, saat saya masih kecil udah ada. Kalau kata orang tua dulu, makam ini usianya udah berabad-abad, sejak zaman penjajahan Belanda," Samirin.
Samirin menuturkan TPU ini bernama Makam Nggudhang, tapi lebih dikenal dengan sebutan Makam Jambu Mangli. Nama ini merujuk dari tokoh Jambu Mangli yang dipercaya masyarakat sekitar sebagai prajurit Keraton Jogja pengikut Pangeran Diponegoro.
"Kondangnya (terkenal) itu Makam Jambu Mangli mas. Karena ada tokoh namanya Jambu Mangli yang dimakamkan di situ. Nah tokoh ini dipercaya sebagai pengikut pasukan Diponegoro," jelasnya.
Di area pemakaman ini, lanjut Samirin, juga terdapat tokoh bernama Ki Sermo Joyo. Warga meyakini bahwa Ki Sermo Joyo merupakan leluhur warga Sermo sehingga jadi cikal bakal lahirnya daerah Sermo.
"Terus ada namanya Mbah Ki Sermo Joyo di situ mas. Ini leluhur kami, yang jadi asal muasal penamaan Sermo," tuturnya.
Selain dua sosok tersebut, masih terdapat ratusan jasad lain yang dimakamkan di eks TPU Jambu Mangli. Samirin menyebut makam ini menjadi area pemakaman terluas dan terbesar dari seluruh eks TPU yang terdampak pembangunan Waduk Sermo.
"Sebenarnya total bekas makam di sini ada tujuh mas, tapi dari jumlah itu hanya Makam Jambu Mangli yang terbesar sehingga ketika waduk ini surut kita bisa melihat sisa-sisa area makam," jelasnya.
Dia menyebut meski pernah menjadi kompleks permakaman terluas, namun seluruh jenazah yang ada di makam itu sudah dipindahkan. Hal ini dilakukan saat adanya rencana pembangunan waduk.
"Namun jenazah yang ada di makam itu sudah dipindahkan semua sesuai permintaan ahli waris sebelum proses pembangunan waduk dulu. Untuk yang Jambu Mangli dipindah di Makam Watu Gede, Dusun Bibis, Hargowilis," imbuh Samirin.
Sementara itu, Pengawas Bendungan Sermo, Novika Prabowo mengatakan bahwa efek kemarau telah membuat debit air di Waduk Sermo menurun. Berdasarkan pendataan pihaknya penurunan debit air mencapai tujuh meter.
"Sejauh ini penurunannya sekitar 7 meter," ujarnya.
Meski begitu, Novikan memastikan bahwa penurunan ini masih dalam kategori normal. Dikatakan waspada jika penurunan sudah lebih dari 15 meter.
"Sementara ini masih normal. Sebelumnya malah lebih parah, pernah sampai 20 meter,"
Oleh karena itu, lanjut Novika kondisi waduk Sermo masih aman dan tetap bisa dimanfaatkan oleh warga dalam memenuhi kebutuhan air sehari-hari.
Sejarah Waduk Sermo
Dilansir dari laman resmi Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) Kulon Progo, Waduk Sermo dibangun pada Maret 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 20 November 1996.
Tujuan pembangunan Waduk Sermo adalah untuk meningkatkan penyediaan irigasi, pengendali banjir, usaha perikanan, pariwisata, dan prasarana olah raga air.
Waduk yang dibangun dengan biaya sebesar Rp 32,4 miliar ini menempati lahan seluas 200 hektare di Kalurahan Hargowilis, Kapanewon Kokap, dan bisa menampung hingga 25 juta meter kubik air. Ratusan warga yang tinggal di wilayah tersebut telah pindah ke sejumlah daerah dan ikut dalam program transmigrasi yang digagas oleh pemerintah.
-----
Artikel ini telah naik di detikJogja.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Sepi, Waktu Tempuh 1,5 Jam dari Bandung Jadi Biang Kerok?
TNGR Blokir Pemandu Juliana Marins, Asosiasi Tur Bertindak