Soto Kadipiro merupakan salah satu kuliner khas yang diburu saat berkunjung ke Jogja. Soto legendaris ini pun mempertahankan citarasa dari resep warisan sejak 1928.
Soto Kadipiro terletak di Jalan Wates No.33, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul, Jogja. Lokasinya di pinggir jalan dan terpasang papan nama besar yang memudahkan pengunjung untuk mencarinya.
Suasana warung soto ini tampak ramai saat dikunjungi detikJogja pada Jumat (3/11/2023). Terlihat beberapa pelayan lalu lalang mengantarkan pesanan soto untuk pengunjung yang datang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengunjung yang datang bisa langsung ke kasir dan memesan makanan dan minuman. Setelah membayar, pesanan nantinya bakal diantar ke meja pembeli.
Suasana rumah makan ini terlihat klasik dengan ornamen dominan kayu. Terlihat sejumlah kalender, gambar wayang, lukisan maupun foto-foto pendiri Soto Kadipiro dipajang di bagian dinding.
![]() |
Soto Kadipiro ini menjual menu soto ayam dengan aneka pilihan lauk. Satu porsi soto ayam berisi suwiran daging ayam, kubis, seledri, tauge, perkedel dan bawang goreng.
Aneka lauk yang bisa dipilih yakni ceker, tahu, tempe hingga kerupuk rambak. Sedangkan minuman yang ditawarkan mulai dari teh, jeruk hingga limun sarsaparilla.
Harga seporsi soto ayam dengan nasi yang dicampur dikenakan harga Rp 20.000, sementara soto dengan nasi yang dipisah dijual seharga Rp 24.000. Pengunjung juga bisa menikmati lauk dan tambahan makanan lain mulai dari Rp 3.000 sampai Rp 20.000.
Citarasa khas Soto Kadipiro ada di kuah kaldu sotonya yang bening semu kuning. Kuah Soto Kadipiro relatif gurih tanpa rasa manis, karena terdapat sentuhan bumbu kemiri dan kunir.
"Kita ciri khasnya itu nggak ada jeruk nipis, jadi dari kuahnya aja. Mungkin di soto lain dikasih, tapi kita memang nggak pakai," jelas generasi ketiga, Endi Suwarli (48), saat diwawancarai detikJogja, Jumat (3/11).
![]() |
Sejarah Soto Kadipiro
Soto Kadipiro awalnya didirikan pada 1928 oleh Tahir Kartowijoyo. Kini warung soto ini sudah berusia 95 tahun, dan dikelola generasi ketiga.
Warung soto ini dinamakan sesuai dengan lokasinya, yang berada di dekat Kampung Kadipiro. Awalnya, Tahir menjual soto karena menyukai kuliner sehingga mencoba meracik resep sendiri.
"Kalau dari mbah dulu itu nggak ada namanya, jadi zaman masih muda itu terkenalnya Soto Tahir, karena namanya simbah kan Tahir," jelas Endi.
"Terus berjalannya waktu setelah buatlah Sato Kadipiro, karena Kadipiro ini nama kampung di sini," tambahnya.
Endi menyebut kakeknya Tahir Kartowijoyo tidak punya latar belakang bisnis kuliner. Tahir pun sempat berjualan soto keliling dengan sistem pikulan sebelum menetap membuka warung makan.
"Dulunya juga belum jual soto langsung, dari jualan es. Setelah itu jualan soto, masih keliling juga," ujar Endi.
Tahir pun masih mengelola Soto Kadipiro hingga 1975 sebelum mewariskan warung soto ini ke anak-anaknya. Dia menyebut anak-anak Tahir lalu membuka tiga cabang lain di Kulon Progo, dan Kalasan. Sedangkan cabang di Jalan Wates, dikelola anak sulung Tahir, Widadi Dirjo Utomo.
"Zaman dulu simbah itu maunya yang jual soto dia aja, tapi setelah anak-anaknya dewasa, jadi dikasih," jelas Endi.
Baca selengkapnya di sini.
(sym/sym)
Komentar Terbanyak
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Foto: Momen Liburan Sekolah Jokowi Bersama Cucu-cucunya di Pantai
Aturan Baru Bagasi, Presdir Lion Air Group: Demi Keselamatan