Bila traveler melintasi Titik Nol Jogja, pasti tak asing dengan Gedung BNI 46. Rupanya, angka 46 itu memiliki makna tersendiri.
Pamong Budaya Dinas Kebudayaan Kota Jogja, Yunanto Eko Prabowo, menjelaskan angka 46 di belakang BNI itu merujuk pada peresmian bank tersebut.
"(Diresmikan) Tahun 1946, sejak diresmikan, BNI 46 mulai beroperasi dan berkembang di seluruh Indonesia setelah dari MAVRO tadi," jelas Yunanto saat ditemui di Dinas Kebudayaan Kota Jogja, Selasa (21/11/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip situs Dinas Kebudayaan Kota Jogja, gedung itu resmi beroperasi pada 5 Juli 1946 atas prakarsa Margono Djojohadikusumo.
Baca juga: 6 Tempat Wisata Yogyakarta Bisa Diakses KRL! |
Keputusan tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1946 dengan tujuan kelancaran ekonomi dan keuangan masyarakat Jogja. BNI 46 kemudian diresmikan oleh Wakil Presiden, Mohammad Hatta dan sejak saat itu bank-bank BNI mulai beroperasi dan berkembang di Indonesia.
Sebelum menjadi gedung BNI 46, bangunan itu difungsikan sebagai kantor asuransi Belanda bernama Nederlandsch Indische Levensverekeringen en Lijfrente Maatschappij atau yang di singkat NILLMIJ.
Selain itu, gedung ini juga digunakan sebagai kantor dagang dan makelar Belanda. Maka dari itu, dalam satu gedung terdapat sejumlah perusahaan di dalamnya.
"Jadi kita lihat disini ada NHM (Nederlandsch Handel Maatschappij) ini kantor dagang, Escompto Maatschappij (lembaga keuangan swasta kedua setelah Bank of Java), dan juga bank makelar Buyn & Co, jadi beberapa perusahaan ada di satu kantor," kata dia.
Kemudian, saat Jepang menduduki Jogja, Gedung BNI 46 digunakan untuk sebagai radio Jepang.
"Kemudian pada saat Jepang itu menduduki Jogja ini digunakan tentara Jepang sebagai kantor radio Jepang dengan nama Hoso Kyoku," ujar Yunanto.
Namun, semenjak kekalahan Jepang, gedung tersebut kemudian difungsikan sebagai studio siaran radio MAVRO. MAVRO ini lah yang menjadi cikal bakal lahirnya Radio Republik Indonesia (RRI).
"Pasca-kekalahan Jepang lalu dimanfaatkan sebagai siaran radio Mataramsche Vereeniging voor Radio Omroep (MAVRO). Itu yang dulu disini, yang menjadi cikal bakal RRI. Pada masa itu RRI Jogja juga dinamakan sebagai radio perjuangan karena turut mengambil peran penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia," ucapnya.
Berita ini sudah tayang di detikJogja.
(pin/pin)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol