Menikmati Nuansa Bali dan Mengenali Aneka Pohon Fosil di Kamboja Green House

Sudrajat - detikTravel
Sabtu, 02 Des 2023 18:18 WIB
Kamboja Green House, resto yang instagramable banget di Bogor. (Sudrajat/detikcom)
Bogor -

Sepintas dari jalan raya Sasak Panjang - Tajur Halang, Kabupaten Bogor, kafe bernuansa Bali ini tak terlalu mencolok karena tertutup oleh aneka pepohonan berfosil yang berusia puluhan tahun. Kafe dan resto Kamboja Green House, namanya.

Sekalipun relatif tersembunyi Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahudin Uno ternyata pernah berkunjung dan bersantap di kafe ini.

"Kopi Kambojanya terbaik, Saladnya segar, Nasi Balinya sedap. Nuansa Bali? Di Kamboja aja..," tulis Sandiaga dalam kertas testimoni yang diunggah ke Instagram Kamboja. Dia bertandang ke kafe tersebut pada 9 Agustus 2023.

"Pak Sandi dan para staf datang dari sore hingga selepas magrib di sini. Beliau sempat nyanyi-nyanyi juga," kata pemilik kafe Kamboja Green House, Asep Saeppudin Mayah, 58 tahun, saat berbincang dengan detikTravel, Minggu, (26/11/2023) siang.

Sejak dibuka 2 Juni 2022, menurut Asep, kafe tersebut kerap menjadi tempat kongkow para pegawai pemerintah di sekitar Bogor. Atau kelompok ibu-ibu pengajian dan arisan keluarga.

"Mba Neno Warisman yang penyanyi itu pernah singgah di sini bersama teman-temannya. Pak Fadly Zon (politisi senior dari Partai Gerindra) juga pernah ngopi, ngebakso, dan isap cerutu di sini," kata Asep bangga seraya memperlihatkan foto-foto mereka di telepon selularnya.

Menu unggulan di kafe ini antara lain sop dan iga bakar, sate lilit, dan nasi jingo yang merupakan khas Bali. Selain itu, juga tersedia menu-menu western hingga tomyam, khas Thailand.

Untuk mengolah itu semua selain melibatkan Mila Maria, istrinya, Asep merekrut koki yang sudah lebih dari 20 tahun bekerja di Hotel Ambhara. "Kebetulan dia tinggal di Sawangan, jadi cukup dekat," kata Asep.

Asep Saeppudin Mayah, pemilik Kafe Kamboja Green House di Sasak Panjang (Sudrajat/detikcom)

Selepas menyantap iga bakar yang lembut dengan bumbunya yang meresap, saya menggali pengetahuan seputar pohon fosil dari Asep. Di lahan seluas 2.500, tumbuh aneka tanaman fosil jenis kamboja, pule, kenari, tabebuya, kikilia (Kigelia africana), palem kurma, pakis haji dan lainnya. Harga satu pohon dibandrol Rp 20 - 50 juta tergantung usia, ketinggian, dan diameternya.

Asep yang meraih gelar insinyur sipil dari ITB menekuni jual beli tanaman fosil sejak 2010. Dia mengaku biasa berburu tanaman tua itu ke beberapa tempat di Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, hingga Nusa Tenggara Timur.

"Kalau kamboja dan pule saya biasa dapatkan dari komplek pemakaman yang biasanya sudah tidak terawat. Untuk pakis haji di dari Lebak hingga Ujung Kulon di Banten," ujar dia.

Dibandingkan dengan pohon fosil lainnya, kata Asep, kamboja yang relatif mudah perawatannya. Hanya saja karena masyarakat biasa mengenal pohon Kamboja tumbuh di dekat kuburan selalu dicitrakan seolah pohon ini mengandung mistis. Padahal Kamboja kini sudah biasa melengkapi penghias halaman rumah-rumah mewah.

Pelayan di kafe dan resto Kamboja Green House siap mengantar menu yang dipesan pengunjung. (Sudrajat/detikcom)

Mengutip laman 'bibitbunga.com', tanaman kamboja pertama kali masuk ke Indonesia pada masa penjajahan Portugis dan Belanda. Kamboja bisa beradaptasi dengan baik di berbagai tempat dan tidak membutuhkan iklim tertentu untuk dapat berkembang biak.

Bunga kamboja (Plumeria acuminate) terkenal punya manfaat untuk kecantikan dan kesehatan. Mulai dari bunga, daun, akar, getah, hingga kulitnya konon bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan maupun obat alami.

Bunga kamboja memiliki lima kelopak, ada yang berwarna putih, merah muda, atau yang berpusat warna kuning. Namun, yang sering dijumpai adalah bunga kamboja warna putih yang ada sentuhan warna kuning, pada bagian dalam kelopaknya.



Simak Video "Video: One Way Puncak Bogor Berakhir Malam Ini, Lalu Lintas Kembali Normal"

(jat/fem)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork