Di kota Batu, ada sebuah candi yang unik. Candi Songgoriti namanya. Candi ini berdiri di tengah-tengah sumber mata air panas.
Candi Songgoriti terletak di Desa Songgokerto, Kecamatan Batu, Kota Batu. Tepatnya berada di lembah yang memisahkan Gunung Arjuno dengan lereng Gunung Kawi pada ketinggian 1.300 Mdpl.
Candi yang terbuat dari batu andesit itu hanya tersisa bagian batur berbentuk persegi panjang dengan panjang 14,7 meter, lebar 8,25 meter dan tinggi 0,85 meter. Selain batur, kaki dan badan utuh. Sedangkan bagian atapnya telah runtuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut sejarawan asal Malang, Suwardono, Candi Songgoriti menyerupai bangunan yang berasal dari abad 9-10 Masehi. Jika melihat dari arca dan arsitekturnya, candi Songgoriti merupakan candi patirthan, dibangun berhubungan dengan sumber air panas yang keluar dari dalam tanah atau artesis.
"Di situ (lokasi Candi Songgoriti) awalnya ada mata air panas yang tersembur keluar dari sungai bawah tanah yang diduga bersumber dari Gunung Welirang. Semburan itu sama seperti yang keluar di Cangar," ujar Suwardono pekan lalu.
Masyarakat Hindu yang mengetahui adanya sumber air panas tersebut kemudian mendirikan sebuah bangunan pemujaan yang kini dikenal dengan sebutan Candi Songgoriti. Menariknya, bagian bawah ruang induk Candi Songgoriti merupakan sumber air panas.
"Sumber air panas itu secara teknis dialirkan melalui sela-sela kaki candi yang diberi pipa dan keluar menyatu dan tertampung sebagai kolam air yang diberi pagar dinding-dinding batu mengitari kolam, yang nantinya air dari kolam buatan itu dialirkan lagi melalui pancuran yang ada dinding-dinding sisi kolam," terangnya.
Bangunan Candi Songgoriti juga tidak memiliki pintu masuk. Hal itu menandakan, dalam proses pemujaan masyarakat kala itu tidak perlu naik ke candi, cukup berada di pinggir kolam air.
Sehingga Candi Songgoriti berperan sebagai transformator dari air belerang yang dulu dipercaya masyarakat sebagai air suci yang mujarab.
Suwardono sendiri menyebut, terdapat korelasi antara Candi Songgoriti dengan Prasasti Sangguran yang dibuat tahun 928 Masehi. Prasasti yang saat ini berada di Inggris tersebut diketahui pertama kali ditemukan di wilayah Ngandat atau Desa Mojorejo, Kota Batu.
Ia menjelaskan dalam Prasasti Sangguran bertanggal 14 paro terang (suklapaksa) bulan Srawana 850 saka atau bila dikonversikan ke penanggalan Masehi adalah 2 Agustus 928 M atas perintah Sri Maharaja Rakai Pangkaja Dyah Wawa mengutus patihnya, Rakryan Mapatih Pu Sindok Sri Isanawikrama dari kerajaan Mataram kuno, Jawa Tengah, bahwa Desa Sangguran masuk ke dalam wilayah Waharu.
Desa itu akan dijadikan sima atau desa perdikan yang penghasilannya diperuntukkan bagi kelangsungan bangunan suci para pandai besi (sima kajurugusalyan) di Mananjung.
"Di dalam prasasti itu membicarakan bahwa sima di Ngandat itu ditanami tanaman yang menghasilkan dan hasilnya diperuntukkan bagi kelangsungan bangunan suci para pandai besi bernama sima kajurugusalyan di Mananjung. Saya menganggap bangunan suci para pandai besi itu mengarah pada Candi Songgoriti," ungkapnya.
Sedangkan untuk lokasi para pandai besi yang disebut mananjung tersebut, dari hasil penelusuran berada di kawasan Belik Tanjung, Kecamatan Batu, Kota Batu. Hal itu, berdasarkan laporan zaman Belanda yang menyebut banyak ditemukan benda-benda bersejarah di Belik Tanjung.
------
Artikel ini telah naik di detikJatim.
(wsw/wsw)
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Sepi, Waktu Tempuh 1,5 Jam dari Bandung Jadi Biang Kerok?
TNGR Blokir Pemandu Juliana Marins, Asosiasi Tur Bertindak