Hadiah Raffles untuk Sultan Cirebon, Pernah Jadi Penanda Waktu Salat

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Hadiah Raffles untuk Sultan Cirebon, Pernah Jadi Penanda Waktu Salat

Fahmi Labibinajib - detikTravel
Kamis, 25 Jan 2024 13:35 WIB
Lonceng Raffles Keraton Kanoman
Foto: Lonceng hadiah Raffles untuk Sultan Cirebon (Fahmi Labibinajib/detikcom)
Cirebon -

Tahukah kamu, Thomas Stamford Raffles pernah memberikan hadiah kepada Sultan Cirebon sebuah lonceng. Lonceng itu pernah jadi penanda waktu salat.

Menurut Pustakawan Wangsakerta Keraton Kanoman Cirebon, Farihin lonceng di atas bangunan bernama Gajah Mungkur tersebut merupakan pemberian dari Thomas Stamford Raffles kepada Kesultanan Kanoman.

Dikisahkan, saat Thomas Stamford Raffles menjabat sebagai Gubernur Hindia Belanda, beliau pernah mendatangi Keraton Kanoman yang pada masa itu dipimpin oleh Sultan Komaruddin I atau Sultan Kanoman ke VI.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat itu, Raffles datang dengan membawa tiga hadiah yaitu mesin jahit, kacip atau alat pemotong cerutu dan sebuah lonceng besar.

Oleh Sultan Komaruddin I lonceng tersebut diletakkan di atas bangunan Gajah Mungkur. Karena diletakan di bangunan Gajah Mungkur dan merupakan pemberian dari Raffles, lonceng tersebut sering dikenal sebagai lonceng Gajah Mungkur atau lonceng Raffles yang dinamai dari nama tempat dan pemberi lonceng.

ADVERTISEMENT

Ditempatkannya lonceng tersebut di bangunan Gajah Mungkur bukan tanpa alasan. Farihin mengatakan, ditaruhnya lonceng pemberian Raffles tersebut di bangunan Gajah Mungkur menandakan Sultan Komaruddin I kurang menyukai Raffles yang notabene merupakan antek Belanda.

"Gajah itu binatang, Mungkur itu belakang. Jadi ibaratnya walaupun mukanya menghadap, tapi hatinya tidak suka," tutur Farihin.

Gajah Mungkur jika diartikan dalam bahasa Indonesia, berarti pantatnya atau belakangnya gajah. Simbol pantat gajah ini diibaratkan meskipun Sultan mukanya menghadap Raffles, tapi tidak dengan hatinya.

Sikap Sultan Komarudin I yang seperti ini bukan tanpa alasan. Selain karena Raffles seorang penjajah, pada masa itu, oleh sebagian masyarakat, lonceng sering dikaitkan dengan kepentingan kolonial di wilayah Keraton Kanoman.

"Lonceng itukan identik dengan agama Kristen, adanya lonceng ini ditafsirkan oleh sebagian orang sebagai upaya kristenisasi di kalangan keraton," kata Farihin.

Difungsikan Sebagai Penanda Waktu Salat

Pada saat masih berfungsi, lonceng itu sering digunakan sebagai penanda waktu sholat. Namun sejak tahun 1970 kondisi lonceng sudah mulai rusak, sehingga tidak digunakan lagi sebagai penanda waktu sholat.

Traveler yang berminat untuk melihat secara langsung lonceng Raffles atau lonceng Gajah Mungkur dapat mendatangi Keraton Kanoman yang berada di Jalan Kanoman, Lemahwungkuk, Kota Cirebon.


-----

Artikel ini telah naik di detikJabar.




(wsw/wsw)

Hide Ads