Kisah Dusun yang Hilang di Probolinggo, Kini Berubah Jadi PLTU Paiton

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Kisah Dusun yang Hilang di Probolinggo, Kini Berubah Jadi PLTU Paiton

M Rofiq - detikTravel
Kamis, 29 Feb 2024 22:10 WIB
Matahari terbit dengan pemandangan PLTU Paiton di Probolinggo, Jawa Timur, Kamis (30/5). Komplek PLTU Paiton yang terdiri dari 3 operator yaitu PT Pembangkit Jawa Bali, Paiton Energy dan Jawa Power mampu memproduksi 4750 Mega Volt yang dihasilkan dari 9 unit berbahan bakar batu bara. File/detikFoto.
Foto: PLTU Paiton di Probolinggo (Agung Pambudhy/detikcom)
Probolinggo -

Tak banyak yang tahu, sebelum berdiri PLTU Paiton, di lokasi tersebut ada sebuah dusun yang bernama Sumberglatik. Bagaimana kisah dusun yang hilang itu?

PLTU Paiton merupakan salah satu PLTU terbesar di Indonesia. Lokasinya berada di Probolinggo, Jawa Timur. PLTU ini memasok listrik sebesar 4.700 MW ke pulau Jawa, Madura, dan Bali.

Sebelum dibangun jadi PLTU seperti sekarang, lokasi tempat berdirinya PLTU Paiton dulunya merupakan sebuah dusun yang bernama Sumberglatik. Dusun Sumberglatik merupakan salah satu dari 4 dusun di Desa Binor.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dusun itu diberi nama Sumberglatik, karena memang ada banyak burung glatik di dusun tersebut. Dusun itu ditinggali oleh 20 Kepala Keluarga (KK).

Mayoritas penduduknya merupakan warga pendatang dan bekerja sebagai penjaga ataupun polisi hutan di Desa Binor.

ADVERTISEMENT

Kepala Desa Binor, Hostifawati mengisahkan, perencanaan pembangunan PLTU Paiton dimulai sekitar tahun 80-an. Tepat pada tahun 1981 dilakukan survei awal untuk pemindahan jalan raya.

Jalan raya tersebut akan dipindahkan dari bawah bukit menuju ke atas bukit. Pembangunan jalan selesai dan diresmikan pada tahun 1987 oleh Menteri Dalam Negeri era Presiden Suharto yakni Amir Machmud.

"Setelah berhasil memindahkan jalan utama, baru dimulai pembangunan PLTU-nya, dengan luas sekitar 450 hektar. Dan PLTU itu seingat saya beroperasi sekitar tahun 1994, untuk yang meresmikan itu presiden Suharto," ujar Hostifawati, Kamis (22/2) lalu.

Hostifawati menjelaskan, pembangunan PLTU Paiton memakan korban satu dusun, yakni Dusun Sumberglatik. Saat PLTU Paiton dibangun, warga dusun itu pun berpindah ke dusun lainnya. Ada juga yang pulang balik ke kampungnya.

"Dulu ada 4 dusun, yakni Dusun Krajan, Dusun Pesisir, Dusun Klompangan, dan Dusun Sumberglatik. Dan sekarang hanya tersisa tiga, karena Dusun Sumberglatik sudah dipakai untuk pembangunan PLTU," papar Hostifawati.

Dulu Lokasi PLTU Paiton Sangat Indah

Menurut tokoh masyarakat setempat, Suyono, dulu daerah PLTU Paiton merupakan pantai yang sangat indah, bahkan daratannya berbentuk huruf U dan menjulang ke laut.

Daerah itu sering digunakan para nelayan sekitar untuk menaruh perahunya agar terhindar dari amukan ombak laut. Di lokasi itu juga terdapat banyak pohon bakau yang dihuni sejumlah spesies burung, utamanya burung glatik.

"Saya waktu kecil suka mandi di laut PLTU itu, kalau sudah selesai baru bilas di sumber mata air yang tawar, jadi di sana memang sering dijadikan tempat bermain oleh anak-anak seusia saya dulu," ucap pria yang juga menjabat sebagai Sekretaris Desa Binor itu.

Ada Sumber Mata Air Tawar

Di bibir pantainya terdapat sumber mata air tawar yang biasa digunakan warga setempat untuk mandi dan minum. Bahkan para pengendara yang melintas, baik dari arah Probolinggo-Situbondo atau sebaliknya, sering berhenti untuk sekadar mandi dan mengambil air minum di lokasi tersebut.

Uniknya, meski berada di bibir pantai, air tersebut tetap tawar dan sama sekali tidak terkontaminasi dengan air laut yang asin.

Ketika air laut pasang, sumber mata air itu seakan menutup agar air laut tidak masuk. Dan ketika surut, sumber air itu muncul kembali.


------

Artikel ini telah naik di detikJatim.




(wsw/wsw)

Hide Ads