Misteri Telaga Warna dan Mitos Dieng yang Masih Dipercaya

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Misteri Telaga Warna dan Mitos Dieng yang Masih Dipercaya

Bayu Ardi Isnanto - detikTravel
Kamis, 21 Mar 2024 15:05 WIB
Telaga Warna Dieng
Telaga Warna Dieng (Reexy/d'traveler)
Jakarta -

Telaga Warna dan Dieng menyimpan misteri yang masih banyak dipercaya masyarakat. Inilah misteri Telaga Warna dan mitos-mitos yang ada di Dieng.

Telaga Warna di Dataran Tinggi Dieng adalah salah satu tempat wisata menarik di Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. Dinamakan demikian karena warna telaga ini bisa berubah ubah, dari warna hijau, kuning, hingga pelangi.

Di balik keindahannya, ada misteri Telaga Warna dan mitos-mitos tentang Dieng yang masih banyak dipercaya oleh sejumlah masyarakat. Hal ini termasuk asal-usul, tempat keramat, hingga tradisi adat yang masih dijalankan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Misteri Telaga Warna dan Asal-usulnya

Ada sejumlah versi cerita rakyat mengenai asal-usul Telaga Warna ini. Sebagian masyarakat mempercayainya dan sebagian menganggapnya sebagai dongeng belaka.

Berikut ini beberapa cerita mengenai misteri Telaga Warna dan penjelasan ilmiahnya:

ADVERTISEMENT

1. Pakaian Ratu dan Putri

Perubahan warna pada Telaga Warna diyakini berasal dari pakaian ratu dan putri.

Suatu hari, seorang putri dan ratu mandi di sebuah telaga. Setelah melepas dan menggantung pakaiannya di pohon, tiba-tiba angin kencang menerbangkan pakaian mereka ke telaga.

Kemudian warna air telaga berubah sesuai dengan warna pakaian yang dikenakan sang ratu dan putri.

2. Cincin Bangsawan

Legenda lain mengisahkan sebuah cincin bangsawan yang menyebabkan air Telaga Warna berubah warnanya.

Suatu hari, cincin bangsawan tersebut jatuh ke dalam telaga. Konon, cincin tersebut sangat sakti sehingga bisa membuat warna air telaga berubah-ubah.

3. Kalung Putri Raja

Ada juga kisah tentang kalung putri raja yang membuat warna telaga berubah-ubah. Kisah ini sering dipentaskan dalam drama Telaga Warna.

Kisahnya tentang Putri Gilang Rukmini yang diberikan hadiah kalung untuk ulang tahunnya yang ke-17. Akan tetapi sang putri menolak dan membuang kalungnya.

Tingkah laku Putri Gilang Rukmini ini membuat permaisuri dan rakyat menangis. Bersamaan dengan peristiwa ini, tiba tiba muncul mata air yang tiada henti hingga menenggelamkan kerajaan. Warna di telaga ini pun berubah-ubah karena pantulan dari permata kalung sang putri.

4. Cupumanik Astagina

Masyarakat juga ada yang mengaitkan Telaga Warna dengan kisah Karmapala tentang Cupumanik Astagina, pusaka milik Batara Surya yang diberikan kepada Dewi Indradi. Namun, Dewi Indradi menunggu pujaan hatinya, Resi Gotama, yang sedang berperang memperebutkan dirinya.

Kemudian Batara Surya menyamar menjadi Resi Gotama dan memadu kasih dengan Dewi Indradi. Setelah menunjukkan wujud aslinya, Batara Surya memberikan cupumanik itu kepada Dewi Indradi.

Cupumanik itu disimpan oleh Dewi Indradi. Dewi Indradi lalu menikah dengan Resi Gotama dan melahirkan tiga orang anak, yaitu Dewi Anjani, Subali, dan Sugriwa. Namun keberadaan cupumanik itu diketahui Resi Gotama dan akhirnya dibuang.

Cupumanik itu jatuh terpisah di dua telaga, yaitu telaga Sumala dan Telaga Nirmala. Perubahan warna di Telaga Warna diyakini karena tumpahan dari isi pusaka tersebut.

5. Penjelasan Ilmiah

Secara ilmiah, perubahan warna telaga tersebut terjadi karena kandungan sulfur atau belerang yang cukup banyak di dalam telaga. Saat sinar matahari mengenai telaga, maka warna permukaan air akan tampak berwarna warni.

Mitos-mitos dan Misteri Dieng

Berikut ini sejumlah mitos dan misteri terkait Dataran Tinggi Dieng:

1. Gunung Kosmik

Dikutip dari buku Dieng: Data Geografis dan Wacana Umum (2021) oleh Otto Sukatno, Dieng diyakini sebagai gunung kosmik atau gunung primordial di masa purba. Tinggi gunung ini tidak terkira besarnya.

Akibat proses geologis dan vulkanologis, gunung itu terpenggal. Sisa-sisa penggalan itu membentuk Dataran Tinggi Dieng. Dataran tinggi ini sangat luas hingga muncul banyak puncak bukit dan puncak gunung di sekeliling Dieng.

2. Makhluk Penjaga Hutan Telaga Warna

Di sekitar Telaga Warna terdapat hutan yang masih dianggap keramat. Dikutip dari buku Bawana Winasis Dieng: Budaya Tak Terkatakan (2021) terbitan Kemdikbud, ada makhluk penjaga hutan bernama Kebondaru berbentuk kerbau dengan telinga yang menjalar ke bawah dengan badan dan tanduk yang besar.

Hutan ini merepresentasikan jagad alam tempat sumber air, makanan, dan sumber penghidupan lainnya. Kepercayaan ini membuat warga tetap melestarikan dan menjaga hutan dari perusakan oleh manusia.

3. Candi Tertua di Jawa

Berdasarkan situs indonesia.go.id, Dieng juga menyisakan misteri adanya candi yang diyakini sebagai candi tertua di Jawa, sedikit lebih tua dari Kompleks Candi Gedong Songo di Gunung Ungaran dan lebih tua dari Borobudur.

Tidak banyak prasasti yang ditemukan di sini. Satu-satunya prasasti adalah yang ditemukan di dekat Candi Arjuna. Disebutkan bangunan candi ini dibuat tahun 808-809 M. Namun, siapa yang membangun candi ini masih belum terungkap.

Awalnya diperkirakan ada puluhan bahkan mungkin mencapai 100 candi. Karena banyak peristiwa alam, candi yang ditemukan hanya tersisa 8 buah ketika ditemukan pada awal 1800-an. Pemerintah Hindia Belanda lalu merekonstruksi bangunan tersebut.

4. Banyak Gua Keramat

Ada banyak gua keramat di kawasan Dieng, seperti Gua Semar, Gua Jaran, Gua Sumur, dan Gua Penganten yang berada di dekat Telaga Warna.

Gua Semar dipercaya sebagai tempat paling keramat. Konon, tempat ini digunakan raja-raja Jawa terdahulu untuk bersemedi dan mendapatkan wahyu.

Ada juga Gua Jaran yang konon dijaga oleh seorang resi bernama Kendali Seto (penunggang kuda putih). Gua ini sering jadi tempat tujuan ziarah pasangan yang kesulitan memiliki keturunan.

Gua Pengantin juga dipercayai masyarakat sebagai tempat keramat bagi pasangan yang ingin menikah.

5. Sumber Mata Air Suci

Banyak pula sumber mata air di Dieng yang dianggap keramat dan suci oleh masyarakat. Sumber mata air ini berwujud tuk, sendang, sungai, sumur, atau telaga.

Salah satunya adalah Tuk Bimo Lukar yang merupakan tempat penyucian diri yang telah ada sejak dibangunnya candi-candi di Dieng. Tuk Bimo Lukar ditemukan setelah dilakukan babad alas Dieng.

Tumenggung Kolodete saat itu membuka kembali dan bertapa di sana. Dari pertapaan itu, ia menemukan tujuh tuk lainnya.

Tuk Bimo Lukar juga menjadi tempat penyelenggaraan acara paling besar, yaitu ruwat desa atau bersih-bersih desa. Biasanya warga Dieng yang berada di luar daerah atau merantau ikut pulang kampung untuk merayakannya.

6. Ruwatan Rambut Gimbal

Di Dieng terdapat ritual yang wajib dilakukan yaitu ruwat rambut gembel. Tradisi ini adalah mencukur rambut anak berambut gembel yang dilakukan setahun sekali. Dalam ritual ini, orang tua harus memberikan hadiah sesuai permintaan anak.

Pencukuran rambut gembel dulunya dilakukan berkeliling desa. Tapi kini pencukuran rambut dilakukan di pelataran Candi Arjuna bersamaan dengan acara Dieng Culture Festival.

Anak rambut gembel diyakini sebagai simbol keberkahan yang tak ternilai harganya. Munculnya anak rambut gembel bermula dari adanya anak yang demam tinggi hingga berhari-hari. Kemudian rambut si anak gimbal dengan sendirinya.

Setelah si anak sembuh, orang tuanya membiarkan rambut anak tersebut panjang sampai si anak meminta sendiri agar rambutnya dicukur.

Nah detikers, itulah tadi aneka misteri Telaga Warna dan mitos-mitos Dieng yang masih dipercaya hingga sekarang oleh sebagian orang.




(bai/inf)

Hide Ads