7 Tempat Historis di Menteng, dari Taman Suropati sampai Sekolah Obama

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

7 Tempat Historis di Menteng, dari Taman Suropati sampai Sekolah Obama

Natasha Kayla Ananta - detikTravel
Senin, 25 Mar 2024 12:05 WIB
Taman Suropati
Taman Suropati, di Jakarta Pusat (dok. Sebumi)
Jakarta -

Menteng menjadi tempat tinggal para pejabat penting, baik dalam hingga luar negeri sejak zaman dulu. Berikut tujuh jejaknya.

Karena itu pula hingga kini kawasan Menteng sering disebut sebagai kawasan elit. Terletak di jantung Jakarta, kini Menteng menjadi tempat tinggal para petinggi perusahaan di Indonesia, kedutaan luar negeri, hingga para artis.

Cindy, pemandu dari Jakarta Good Guide, menyebut dulu kawasan Menteng adalah sebuah hutan yang dikelilingi oleh perbukitan cantik. Tanah yang subur membuat banyak pepohonan tumbuh di sana.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu pohon yang banyak tumbuh di kawasan ini adalah Pohon Buah Menteng. Pohon itulah yang menjadi asal-muasal nama daerah tersebut. Sayangnya, saat ini buah mirip duku itu semakin langka.

Hanya dalam musim tertentu buah menteng bisa ditemukan di sekitar Stasiun Bogor dengan harga Rp 25 ribu per kilo.

ADVERTISEMENT

Pembangunan di Jakarta semakin masif dijalankan, namun tidak membuat Menteng kehilangan banyak sejaha yang menarik untuk ditelusuri.

Mulai dari Sukarno hingga Barack Obama pernah mengukir cerita di kawasan ini. Bersama Jakarta Good Guide, detikTravel menjelajahi Menteng pada Rabu (13/3/24) petang.

Berikut tempat-tempat bersejarah di Menteng:

1. Taman Suropati

Sejak diambil alih oleh Belanda pada 1912, Belanda banyak membangun rumah-rumah yang dikhususkan untuk menjadi tempat tinggal pegawai pemerintahan Belanda di Menteng.

Saat itu, Netherlanders selalu membuat satu taman besar di bagian tengah-tengah suatu cluster untuk bersosialisasi dan melakukan piknik. Akhirnya pada masa pemerintahan GJ Bisschop terciptalah taman yang saat itu bernama Burgemeester Bisschopplein.

Setelah Indonesia merdeka, taman tersebut berganti nama menjadi Taman Suropati yang diambil dari nama seorang pahlawan yang berjasa menentang VOC, Untung Suropati.

Kini, taman tersebut telah direvitalisasi menjadi semakin cantik dan asri lengkap dengan berbagai fasilitas penunjang. Taman Suropati juga terpilih menjadi tempat peletakan 6 monumen persahabatan ASEAN. Taman ini masih menjadi taman kota favorit warga Jakarta untuk beraktivitas di akhir pekan.

2. Taman Diponegoro

Tepat di depan Taman Suropati, terdapat sebuah taman warna warni yang mencuri perhatian. Taman ini dirancang sebagai penghias Jalan Diponegoro, sehingga tidak ditemukan tempat duduk untuk bersantai di sana.

Meskipun begitu, tak sedikit orang yang mampir untuk memotret beberapa gambar disana. Taman tematik dengan tumbuhan warna-warni yang disusun berpola ini memiliki ciri khas Patung Diponegoro dan kudanya yang dikelilingi air mancur.

Patung tersebut merupakan karya seniman ternama Edhi Sunarso yang dipesan langsung oleh Duta Besar Italia. Ia memberikan patung tersebut sebagai hadiah sebelum kembali ke Italia pada tahun 1960-an.

3. Gedung Bappenas

Gedung ini dulu digunakan sebagai tempat pertemuan Freemasonry. Freemasonry adalah suatu asosiasi perkumpulan orang kaya yang sangat tertutup.

Sangat sulit mencari info pasti terkait asosiasi tersebut, hingga banyak orang menganggap asosiasi tersebut sangat misterius. Konon saat pertama berdiri asosiasi tersebut beranggotakan para pekerja di bidang developer, hal tersebut yang membuat adanya unsur Jangka dan Busur pada logo Freemasonry.

Saint Jonathan merupakan pelindung dari Freemasonry. Pengucapannya yang menyerupai kata syaitan dan keanggotaannya yang misterius membuat asosiasi ini sering disebut sebagai 'Loji Setan'. Meskipun begitu, freemasonry memiliki banyak kegiatan sosial yang bertujuan menyejahterakan sesama.

Menurut informasi yang didapatkan, Raden Saleh dan Suwiryo adalah orang Indonesia yang pernah tergabung dalam asosiasi tersebut. Freemasonry akhirnya dibubarkan oleh Sukarno saat masa pemerintahannya. Akhirnya gedung tersebut dialihfungsikan menjadi Gedung Bappenas.

4. GPIB Jemaat Paulus

Dulu gereja ini adalah salah satu gereja yang melayani umat-umat Belanda dengan Bahasa Belanda.

Bangunan gereja ini cukup unik dengan atap tinggi dan satu buah menara lengkap dengan simbol ayam pada bagian atasnya. Itu menceritakan salah satu kisah di Alkitab, yang bermakna bahwa setiap manusia bisa berbuat salah, dan tidak ada manusia yang sempurna.

5. Museum Perumusan Naskah Proklamasi

Sebelum difungsikan menjadi museum, bangunan ini merupakan tempat tinggal dari Laksamana Maeda salah satu personel militer Jepang yang meminjamkan rumahnya sebagai tempat perumusan naskah proklamasi. Hal itu bisa terjadi berkat negosiasi Ahmad Subarjo yang merupakan translator Laksamana Maeda sekaligus Menteri Luar Negeri pertama Indonesia.

Pada museum ini lengkap tersimpan bukti sejarah dilengkapi diorama proses perumusan naskah proklamasi yang dapat traveler kunjungi secara gratis.

6. SDN Menteng 01

Sekilas tak ada yang spesial dari sekolah negeri ini. Bangunannya pun tak jauh berbeda dengan sekolah negeri lainnya. Namun ternyata sekolah dasar negeri ini merupakan tempat Barry Soetoro atau biasa dikenal dengan Barack Obama menuntut ilmu.

Presiden ke-44 Amerika Serikat ini pernah menetap selama 4 tahun di Indonesia saat Endunham sang Ibu menikah dengan Lolo Soetoro seorang topograf yang merupakan warga negara Indonesia.

7. Taman Menteng

Taman ini merupakan tempat cikal bakal terbentuknya klub bola Jakarta, Persija. Saat zaman penjajahan Belanda, terdapat suatu stadion yang kerap digunakan untuk olahraga sepak bola. Namun saat itu pribumi tidak diperkenankan bergabung di lapangan tersebut.

Melihat kejadian itu M.H Thamrin tergerak dan akhirnya Taman Menteng ini diubah menjadi Stadion Menteng sebagai tempat pelatihan sepak bola khusus pribumi hingga akhirnya pindah ke Lapangan Petojo yang saat ini dikenal dengan Stadion Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ).

Pada tahun 2004 terciptalah rencana untuk mengubah Stadion Menteng menjadi sebuah taman karena kurangnya lahan terbuka hijau. Hingga kini Taman Menteng masih menjadi sarana berolahraga masyarakat Jakarta.

Di taman ini juga disimpan Monumen Tugu 66. Tugu itu direlokasi pada 5 Oktober 1922 karena visual tugu itu terhalang setelah proyek pembangunan LRT di kawasan Rasuna Said selesai dibangun. Proses pemindahan sendiri dilakukan oleh Dinas Kebudayaan DKI Jakarta sesuai prosedur berlaku.

Pada pengamatan detikTravel Rabu (13/3) pukul 16.00 WIB terlihat beberapa anak-anak bermain basket dan sepatu roda di sana. Bahkan, ada beberapa bule dan anaknya sedang beraktivitas di Taman Menteng sore itu.




(fem/fem)

Hide Ads