Benteng Era Perang Diponegoro yang Tak Berani Diusik Warga Klaten

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Benteng Era Perang Diponegoro yang Tak Berani Diusik Warga Klaten

Achmad Hussein Syauqi - detikTravel
Senin, 30 Jun 2025 19:09 WIB
Sisa bangunan diduga benteng stelsel Andong di Jogonalan-Gantiwarno. Foto diunggah Minggu (29/6/2025).
Benteng zaman perang Diponegoro di Klaten (Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)
Klaten -

Sisa bangunan yang diduga benteng era perang Diponegoro ada di Klaten. Warga setempat tidak ada yang berani mengusik bekas benteng tersebut. Kenapa?

Benteng stelsel zaman Belanda ternyata masih ada di perbatasan Desa Rejoso, Kecamatan Jogonalan dan Baturan, Kecamatan Gantiwarno, Klaten, Jawa Tengah.

Meskipun hanya tinggal puing-puing bangunan tua, tapi warga setempat tidak ada yang berani mengusik benteng yang dibangun untuk menghadapi Perang Diponegoro (1825-1830).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ya itu lungguh (tanah kas) untuk pak kadus. Yang ditanami ya cuma sekitar itu (benteng), bangunannya ya sejak dulu begitu itu," ungkap Kades Rejoso, Kecamatan Jogonalan, Sumardi, Minggu (29/6/2025) siang.

Menurut Sumardi, lokasi yang ada bangunan runtuh itu masuk tanah kas desanya. Hanya saja dulu bangunan apa, dirinya tidak mengetahui.

ADVERTISEMENT

"Itu saya tidak tahu sejarahnya. Ya di tanah kas desa, coba saya tanya para sesepuh," kata Sumardi.

"Bangunan ya tinggal sisa sedikit. Ya dulu banyak pondasi, bekas apa tidak tahu," imbuhnya.

Joko (52) warga lainnya mengatakan dulu banyak pondasi di sekitarnya. Pasangan batu bata ditemukan.

"Pasangan batu bata banyak dulu. Ya gumukan itu yang ditanami ya sekitarnya saja, nggak berani," kata dia.

Pegiat sejarah Klaten, Hari Wahyudi, menjelaskan dari catatan Mayor De Stuers dan Kapten Pieter Johan Frederik Louw (de Java Oorlog" Terbitan 1894) ada perbedaan jumlah benteng di Jawa. Stuers mencatat 161 buah.

"Stuers menulis 161 benteng stelsel, atau benteng cadangan. Kalau menurut Louw ada 263 benteng dan 8 di antarnya di Klaten," kata Hari.

Menurut Hari, benteng stelsel itu bagian dari strategi stelsel benteng untuk menangkap pangeran Diponegoro. Untuk membuat benteng itu Belanda menghabiskan banyak biaya.

"Maka dalam perang Diponegoro menghabiskan biaya sangat banyak hanya untuk menangkap Diponegoro," lanjut Hari.

Benteng Andong (di Rejoso) ungkap Hari, didirikan untuk menghadapi laskar Diponegoro di Desa Gesikan. Benteng juga digunakan juga untuk mengamankan jalan pos (Jogja-Solo) dari perampok.

"Jalan pos atau jalan Jogja-Solo itu jalur ekspedisi logistik pasukan Belanda. Untuk menjaga dari penghadangan pasukan Pangeran Diponegoro," terang Hari.

Sisa bangunan diduga benteng stelsel Andong di Jogonalan-Gantiwarno. Foto diunggah Minggu (29/6/2025).Sisa bangunan diduga benteng stelsel Andong di Jogonalan-Gantiwarno. (Achmad Hussein Syauqi/detikJateng)

Sementara itu, Analis Cagar Budaya dan Koleksi Museum Dinas Kebudayaan Pemuda Olahraga dan Pariwisata Pemkab Klaten, Wiyan Ari Tanjung, menyatakan belum memiliki date benteng stelsel tersebut.

"Dinas belum memiliki data tentang benteng-benteng di Klaten dari masa Perang Diponegoro," jawabnya saat diminta konfirmasi.

Sebelumnya diberitakan, perang Diponegoro yang berkecamuk tahun 1825-1830 meninggalkan banyak jejak sejarah di wilayah Kabupaten Klaten. Salah satu peninggalan Perang Besar Jawa (De Java Oorlog) itu adalah keberadaan benteng stelsel yang didirikan Kompeni untuk menghadapi Diponegoro.

Berdasarkan penelusuran salah satu yang diduga benteng stelsel Kompeni dan masih tersisa ada di Kecamatan Jogonalan, Klaten. Benteng tersebut berada di tengah persawahan antara Desa Rejoso, Kecamatan Jogonalan dan Baturan, Kecamatan Gantiwarno.

Bangunannya hanya tersisa reruntuhan tembok dilingkupi semak belukar. Sebagian temboknya masih berdiri di sisi timur dekat sungai kecil.

"Dulu terakhir dipakai untuk medel (mewarnai kain). Itu dulu (menunjuk tanah depan bangunan benteng yang jadi kampung) kebun Londo (Kompeni Belanda) semua," kata Kardiyo, Sabtu (28/6) siang.

Menurut Kardiyo, bekas bangunan Belanda itu sekarang dikenal warga sebagai gumuk Londo. Saat dirinya kecil kondisinya sudah seperti itu, bangunan rusak.

"Ya sudah begitu, bangunan tebal. Pondasinya besar-besar tapi benteng atau apa tidak tahu, namanya gumuk Londo," ungkap Kardiyo.

Letak reruntuhan bangunan tersebut identik dengan benteng stelsel di peta Mayor Stuers terbitan 31 Januari 1830. Stuers yang merupakan ajudan Jenderal Hendrik Markus De Kock menggambarkan sedikitnya ada total 8 benteng di Klaten.

Antara lain di Andong (perbatasan Gantiwarno-Jogonalan), Gesikan (Kecamatan Gantiwarno), Lajur (Kecamatan Delanggu), Poelowatu (Kecamatan Karangnongko), Prijenan (Kecamatan Kemalang), Glodokan (Kecamatan Klaten Selatan), Bayat (Kecamatan Bayat), Gondang (Kecamatan Kebonarum) dan Jetis (Kecamatan Klaten Selatan).

-------

Artikel ini telah naik di detikJateng.




(wsw/wsw)

Hide Ads