Prasasti Muara Cianten, salah satu situs bersejarah peninggalan kerajaan Hindu di Jawa Barat, di Kabupaten Bogor dipindahkan dari lokasi asli. Berikut fakta-fakta prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara itu.
Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IX Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) merelokasi Prasasti Muara Cianten ke tempat yang lebih tinggi setelah banjir melanda Kabupaten Bogor. Prasasti Muara Cianten saat ini berada tepat di tepi Sungai Cisadane, Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Dalam rilis Kemenbud, Rabu (10/12/2025), relokasi itu ditargetkan selesai pada 27 Desember 2025. Kebijakan itu dilakukan Kemenbud sebagai upaya pelestarian dan mencegah erosi lebih lanjut pada Prasasti Muara Cianten.
"Dari tahun ke tahun, prasasti ini mengalami ancaman banjir dan erosi. Untuk mengatasi ancaman tersebut, Balai Pelestarian Kebudayaan mulai melakukan studi untuk pelestarian Prasasti Muara Cianten," ujar Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Jawa Barat, Retno Raswaty, mengutip Antara, Rabu (10/12/2025).
Relokasi itu melibatkan berbagai pihak mulai dari Pemerintahan Kabupaten Bogor, dinas kebudayaan setempat, Komando Distrik Militer (Kodim), peneliti, hingga arkeolog untuk memastikan proses pemindahan prasasti aman.
Fakta-fakta Prasasti Muara Cianten
Prasasti Muara Cianten merupakan cagar budaya yang harus dijaga dan dilestarikan, catatan sejarah mencatat beberapa fakta menarik tentang keberadaan Prasasti Muara Cianten. Simak berikut ini:
1. Ditemukan Sejak Era Kolonial Belanda
Prasasti ini pertama kali dicatat oleh N.W. Hoepermans, seorang arkeolog Belanda yang ditugaskan untuk melakukan pendataan berbagai tinggalan purbakala di Pulau Jawa pada tahun 1864.
Dalam penelusurannya di wilayah Jawa Barat, Hoepermans menemukan sejumlah situs penting, termasuk prasasti-prasasti yang kemudian diketahui sebagai peninggalan Kerajaan Tarumanegara dan kerajaan-kerajaan kuno lainnya.
Perjalanan penelitian Hoepermans menjadi langkah awal yang sangat berharga bagi kajian arkeologi di Indonesia. Temuan-temuannya tidak hanya mendokumentasikan kondisi situs-situs kuno pada masa itu, tetapi juga memberikan gambaran awal mengenai pola persebaran tinggalan sejarah di Pulau Jawa.
Seluruh hasil penelitiannya kemudian dibukukan dalam karya berjudul Hindoe-oudheden van Java, yang diterbitkan pada tahun 1914 dan hingga kini masih menjadi salah satu sumber rujukan klasik bagi para arkeolog dan sejarawan.
Buku tersebut memuat catatan detail mengenai berbagai prasasti, termasuk Prasasti Muara Cianten, yang menjadi bagian penting dalam rekonstruksi sejarah awal kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Nusantara.
2. Peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Prasasti Muara Cianten disebut-sebut sebagai peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia, berdiri pada abad ke-4 hingga abad ke-7 Masehi di Pulau Jawa. Kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu beraliran Wisnu, dikenali dari prasasti-prasasti peninggalan kerajaan.
Prasasti Muara Cianten ini ditemukan berdekatan dengan Prasasti Ciaruteun dan Prasasti Tapak Gajah yang juga merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Prasasti Muara Cianten ditemukan dengan angka 458 Saka atau sekitar 536 Masehi, yang merupakan masa ketika Kerajaan Tarumanegara berkuasa.
3. Belum Bisa Ditafsirkan dan Menyimpan Misteri Sejarah
Makna dari isi tulisan di Prasasti Muara Cianten belum sepenuhnya bisa ditafsirkan, tulisan tersebut merupakan aksara ikal atau sulur-suluran yang belum bisa dibaca.
Tulisan tersebut memiliki pesan yang bertuliskan angka 458 Saka, masa ketika Kerajaan Tarumanegara sedang berkuasa. Dalam prasasti tersebut berisi sebuah tulisan yang tertulis "ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa barpulihkan haji su-nda."
Tulisan itu kemudian diterjemahkan oleh Bosch, sebuah perusahaan teknologi dan rekayasa multinasional global di Jerman. Hasilnya yaitu "Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pangambat dalam tahun (Saka) kawijahi (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan negara dikembalikan kepada raja sunda."
Dalam terjemahan Bosch, disebutkan adanya peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda. Namun, belum diketahui secara pasti apa yang dimaksudkan isi tulisan dalam prasasti tersebut.
Simak Video "Video: Selamatkan Istri dari Banjir Puncak Bogor, Asep Tewas Terbawa Arus"
(fem/fem)