Fakta-Fakta Prasasti Muara Cianten, Tinggalan Kerajaan Tarumanegara, di Bogor

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Fakta-Fakta Prasasti Muara Cianten, Tinggalan Kerajaan Tarumanegara, di Bogor

Nyimas Amrina Rosada - detikTravel
Rabu, 10 Des 2025 09:52 WIB
Fakta-Fakta Prasasti Muara Cianten, Tinggalan Kerajaan Tarumanegara, di Bogor
Prasasti Muara Cianten (Wikimedia Commons)
Jakarta -

Prasasti Muara Cianten, salah satu situs bersejarah peninggalan kerajaan Hindu di Jawa Barat, di Kabupaten Bogor dipindahkan dari lokasi asli. Berikut fakta-fakta prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara itu.

Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah IX Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) merelokasi Prasasti Muara Cianten ke tempat yang lebih tinggi setelah banjir melanda Kabupaten Bogor. Prasasti Muara Cianten saat ini berada tepat di tepi Sungai Cisadane, Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Dalam rilis Kemenbud, Rabu (10/12/2025), relokasi itu ditargetkan selesai pada 27 Desember 2025. Kebijakan itu dilakukan Kemenbud sebagai upaya pelestarian dan mencegah erosi lebih lanjut pada Prasasti Muara Cianten.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemindahan prasasti Muara Cianten di Bogor, Jabar, Selasa (9/12/2025).Pemindahan prasasti Muara Cianten di Bogor, Jabar, Selasa (9/12/2025). (dok. Kemenbud)

"Dari tahun ke tahun, prasasti ini mengalami ancaman banjir dan erosi. Untuk mengatasi ancaman tersebut, Balai Pelestarian Kebudayaan mulai melakukan studi untuk pelestarian Prasasti Muara Cianten," ujar Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX Jawa Barat, Retno Raswaty, mengutip Antara, Rabu (10/12/2025).

Relokasi itu melibatkan berbagai pihak mulai dari Pemerintahan Kabupaten Bogor, dinas kebudayaan setempat, Komando Distrik Militer (Kodim), peneliti, hingga arkeolog untuk memastikan proses pemindahan prasasti aman.

ADVERTISEMENT

Fakta-fakta Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten merupakan cagar budaya yang harus dijaga dan dilestarikan, catatan sejarah mencatat beberapa fakta menarik tentang keberadaan Prasasti Muara Cianten. Simak berikut ini:

1. Ditemukan Sejak Era Kolonial Belanda

Prasasti ini pertama kali dicatat oleh N.W. Hoepermans, seorang arkeolog Belanda yang ditugaskan untuk melakukan pendataan berbagai tinggalan purbakala di Pulau Jawa pada tahun 1864.

Dalam penelusurannya di wilayah Jawa Barat, Hoepermans menemukan sejumlah situs penting, termasuk prasasti-prasasti yang kemudian diketahui sebagai peninggalan Kerajaan Tarumanegara dan kerajaan-kerajaan kuno lainnya.

Perjalanan penelitian Hoepermans menjadi langkah awal yang sangat berharga bagi kajian arkeologi di Indonesia. Temuan-temuannya tidak hanya mendokumentasikan kondisi situs-situs kuno pada masa itu, tetapi juga memberikan gambaran awal mengenai pola persebaran tinggalan sejarah di Pulau Jawa.

Seluruh hasil penelitiannya kemudian dibukukan dalam karya berjudul Hindoe-oudheden van Java, yang diterbitkan pada tahun 1914 dan hingga kini masih menjadi salah satu sumber rujukan klasik bagi para arkeolog dan sejarawan.

Buku tersebut memuat catatan detail mengenai berbagai prasasti, termasuk Prasasti Muara Cianten, yang menjadi bagian penting dalam rekonstruksi sejarah awal kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Nusantara.

2. Peninggalan Kerajaan Tarumanegara

Prasasti Muara Cianten disebut-sebut sebagai peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara merupakan salah satu kerajaan Hindu tertua di Indonesia, berdiri pada abad ke-4 hingga abad ke-7 Masehi di Pulau Jawa. Kerajaan ini merupakan kerajaan Hindu beraliran Wisnu, dikenali dari prasasti-prasasti peninggalan kerajaan.

Prasasti Muara Cianten ini ditemukan berdekatan dengan Prasasti Ciaruteun dan Prasasti Tapak Gajah yang juga merupakan peninggalan Kerajaan Tarumanegara. Prasasti Muara Cianten ditemukan dengan angka 458 Saka atau sekitar 536 Masehi, yang merupakan masa ketika Kerajaan Tarumanegara berkuasa.

3. Belum Bisa Ditafsirkan dan Menyimpan Misteri Sejarah

Makna dari isi tulisan di Prasasti Muara Cianten belum sepenuhnya bisa ditafsirkan, tulisan tersebut merupakan aksara ikal atau sulur-suluran yang belum bisa dibaca.

Tulisan tersebut memiliki pesan yang bertuliskan angka 458 Saka, masa ketika Kerajaan Tarumanegara sedang berkuasa. Dalam prasasti tersebut berisi sebuah tulisan yang tertulis "ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa barpulihkan haji su-nda."

Tulisan itu kemudian diterjemahkan oleh Bosch, sebuah perusahaan teknologi dan rekayasa multinasional global di Jerman. Hasilnya yaitu "Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pangambat dalam tahun (Saka) kawijahi (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan negara dikembalikan kepada raja sunda."

Dalam terjemahan Bosch, disebutkan adanya peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda. Namun, belum diketahui secara pasti apa yang dimaksudkan isi tulisan dalam prasasti tersebut.

4. Berada di Lokasi Asli Saat Ditemukan

Prasasti Muara Cianten ditemukan di kawasan Pasir Muara, wilayah persawahan yang berada di dekat aliran Sungai Cisadane, tepatnya sekitar 50 m menuju arah muara Cianten.

Keberadaannya tidak jauh dari lokasi Prasasti Kebon Kopi I (Prasasti Tapak Gajah), jaraknya sekitar 1 km dan berada kurang lebih 600 m di sebelah utara Prasasti Kebon Kopi, dengan kontur tanah yang berada sekitar 10 m lebih rendah.

Hingga kini, prasasti tersebut masih berada di lokasi asal penemuannya, yakni sekitar 2 m dari tebing sungai bagian barat daya Cisadane.

Namun, setelah banjir melanda Kabupaten Bogor sejak awal Desember 2025, Kemenbud memutuskan relokasi Prasasti Muara Cianten untuk mencegah kerusakan dan melestarikan peninggalan sejarah itu.

BPK Wilayah IX menjelaskan prasasti ini akan dipindahkan ke dataran yang lebih tinggi namun tetap berada di sekitar Sungai Cisadane, tempat keberadaan aslinya.

5. Rentan Rusak Karena Banjir dan Erosi

Pemindahan prasasti Muara Cianten di Bogor, Jabar, Selasa (9/12/2025).Pemindahan prasasti Muara Cianten di Bogor, Jabar, Selasa (9/12/2025). (dok. Kemenbud)

Prasasti Muara Cianten merupakan bongkahan batu berukuran besar dengan tinggi mencapai 140 cm, panjang 317 cm, dan lebar 148 cm.

Di permukaannya terdapat pahatan bergaya piktograf berbentuk ikal atau garis-garis melingkar yang saling terhubung. Sayangnya, sebagian bentuk ukiran tersebut mulai memudar akibat usia dan kondisi lingkungan.

Upaya penyelamatan sulit untuk dilakukan, karena posisinya yang masih berada di tengah arus Sungai Muara Cianten cukup menyulitkan proses pemindahan ke daratan. Kerusakan yang terlihat sekarang sebagian besar disebabkan oleh gesekan air sungai, terutama saat debit air meningkat pada musim hujan.

Sehingga diperlukan tindakan cepat untuk mencegah kerusakan lebih banyak pada Prasasti Muara Cianten, Kemenbud mengatakan proses relokasi prasasti ini diusahakan selesai pada 27 Desember 2025.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Selamatkan Istri dari Banjir Puncak Bogor, Asep Tewas Terbawa Arus"
[Gambas:Video 20detik]
(fem/fem)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads