Ubi Cincang, Kuliner Khas Ende

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Muhammad Lukman Hakim|1885|NTT 1|24

Ubi Cincang, Kuliner Khas Ende

Redaksi Detik Travel - detikTravel
Kamis, 09 Des 2010 09:09 WIB
loading...
Redaksi Detik Travel
Ibu Sofia penjual ubi cincang
Ikan Tongkol Bumbu Pedas
Sambal Mantap!
Kombinasi 3 Komponen, Ubi Cincang, Sambal, Ikan Tongkol
Gubug Jualan Ubi Cincang
Ubi Cincang, Kuliner Khas Ende
Ubi Cincang, Kuliner Khas Ende
Ubi Cincang, Kuliner Khas Ende
Ubi Cincang, Kuliner Khas Ende
Ubi Cincang, Kuliner Khas Ende
Jakarta -

Setiba di Ende dengan rasa lapar yang melilit, kami memutuskan untuk segera mencari makan malam (19/10/2010). Berjalan tanpa arah sepertinya itu yang paling tepat untuk kami, rasa lapar menjadikan motivasi untuk mencari makanan dengan segera. Persekutuan antara lapar dan keinginan tahuan kami terhadap hal baru, mencoba kami bertanya - tanya kepada orang - orangΒ  kota Ende. "Apa makanan khas di Ende?", tanya kami pada beberapa orang yang kami temui di beberapa ruas jalan. Semuanya menyebut satu nama makanan, yang di telinga kami sedikit janggal. Ubi cincang, yah itulah yang disebutkan beberapa orang. Dalam otak kami, kata - kata cincang selalu berkaitan dengan daging. Karena cincang bisa menjadi pilihan apabila kita ingin berbuat sesuatu terhadap yang namanya daging.

Bermodalkan petunjuk arah dan penanda tempat dari beberapa orang, kami berjalan sekitar 20 menit dari titik start awal kami yaitu di pertokoan dekat pelabuhan Ende. Petunjuk dan penandanya adalah, "lurus saja, ada lampu merah di depan belok kanan, teruslah berjalan hingga menemukan masjid, masjid pertama kemudian masjid yang kedua, kalian bisa mendapatkan ubi cincang di depan masjid yang kedua itu", ucap salah satu gadis penjaga toko cindera mata.

Berjalan mengikut petunjuk dan penanda itu, kami tidak dapat menemukan warung yang dimaksud. Akhirnya bertanya lagi menjadi sebuah pilihan yang harus dilaksanakan. "Ubi cincang bisa kalian dapatkan di rumah sebelah", jawab seorang bapak tua yang kami temui. Kami berjalan mundur beberapa langkah, akhirnya menemukan tempat yang dimaksud. Rumah yang di depannya ada sebuah meja dan diatas meja itu terdapat tempat nasi kosong. Kami memasuki pekarangan rumah, disebelah kanan terdapat semacam gubuk panggung kecil dan disitu ada seorang ibu yang ditemani anak perempuannya. Aha, ternyata dia penjual ubi cincang yang kami maksud.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ubi cincang ini adalah sejenis makanan dari ubi yang diparut sebelumnya, kemudian dikukus selama 1 jam. Makanan yang mengandung karbohidrat ini tidak ditambahi oleh bumbu apapun. Betul betul rasa yang original dari palawija. Ibu Sofia, nama penjual ubi cincang ini mulai mengambilkan 1 entong (sendok besar untuk mengambil nasi), kami tidak ingin makan banyak dulu, karena kami ingin mencobanya terlebih dahulu. Mubazir apabila sudah diambilkan, tapi kami tidak menghabiskannya. Bu Sofia, kemudian menambahkan beberapa potong ikan tongkol yang dibumbui dengan lombok besar, bawang merah, bawang putih, lombok kecil dan garam. Mirip seperti bumbu bali kalau di Jawa. Bumbu ini dinamakan bumbu pedas menurut orang Ende, dari informasi yang kami dapat.

Kemudian dia menawari kami untuk mengambil sendiri sambal cair yang terdapat pada sebuah mangkok plastik. Sambal ini pun cukup aneh, pikir saya. Karena sambal ini cukup cair, cair sekali seperti air. Bukan seperti sambal yang biasa kami makan. Dalam sambal cair ini kami mencium aroma hasil campuran daun kemangi yang telah dipotong tipis, aroma asamnya jeruk,Β  terdapat juga tomat yang telah terpotong kecil berbentuk dadu, potongan belimbing yang telah diperas airnya, dan hasil uleg-an antara lombok kecil dan bawang merah. Semuanya tercampur menjadi satu.

Merasakan ubi cincang pada awalnya, adalah enak. Tekstur lembut hasil kukusan cukup terasa, dan rasa manis karena memiliki zat karbohidrat. Kemudian saya mencoba untuk mencicipi ikan tongkolnya, sama seperti ikan tongkol pada umumnya, cumaΒ  terasa sangat kaya, walaupun dengan bumbu dasar. Setelah itu, saya mencicipi sambal cairnya, terasa harum dari kemangi, kecutnya jeruk dan pedasnya lombok mencampur jadi satu. Dan diakhir, saya mencoba menyatukan tiga komponen itu dalam satu sendok, hanya satu kata mantap!Β 

Untuk satu porsi ubi cincang ini, ibu Sofia sang penjual yang memiliki 5 orang anak, mematok dengan harga Rp. 2500,-. Porsinya kecil, menurut nafsu makan saya. Tapi pedasnya menggelora dalam lidah. Hingga keringat masih mengguyur walapun saya sudah menghabiskan makanan itu dan menghisap sebatang rokok kretek. Tanpa rasa menyesal karena rasa pedas itu, saya menggulangi sensasi perpaduan itu, alias tambah 1 porsi lagi.

Warung ini tidak memiliki nama, namun warung ini sudah cukup terkenal sejauh radius 20 menit sejak kami berjalan kaki menuju kemari. Ketika kami mengobrol seusai makan malam yang sensasional itu, 2 orang laki - laki datang untuk mengambil pesanan mereka sejumlah 30 bungkus. Mantap kali ini rasanya,Β  hingga 2 orang itu yang teridentifikasi sebagai pekerja salah satu BUMN rela membeli sebanyak itu untuk menikmati dengan teman satu kantor. Warung Ibu sofia yang memiliki suami bernama pak Natsir Baranuri ini terletak di jalan Gadjah Mada, RK Saraboro, kota Ende. Patut dicoba apabila anda seorang pemburu kuliner lokal.

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads