Masjid Raya Limokaum, Kubahnya Mirip Pagoda Buddha
Senin, 12 Jun 2017 09:25 WIB

Jakarta - Berwisata religi di bulan Ramadan, jangan lewatkan berkunjung ke Masjid Raya Limokaum, Sumbar. Masjid unik ini punya bentuk kubah yang mirip pagoda Buddha.Berkunjung ke Batusangkar, selain ke Istana Basa Pagaruyung, jangan lewati untuk menapaki sejarah Masjid Tua Minangkabau yang berada di Kanagarian Limokaum sebagai bagian sejarah perkembangan Islam di Ranah Minang.Sejarah pembangunan Masjid Raya Limokaum tidak diketahui secara pasti, tetapi berkaitan dengan Syekh Burhanuddin yang berhasil mengislamkan daerah Limokaum. Pada waktu itu, Limokaum merupakan kerajaan kecil dari wilayah kerajaan Minangkabau.Berdasarkan cerita sejarah, masjid pertama yang dibangun di perkampungan kecil daerah Limokaum pada tahun 1650. Penamaan Limokaum sendiri adalah karena di nagari itu terdapat lima kaum. Kelima kaum itu adalah, Kaum Dusun Tuo nan 4 Batua, Balai Batu Nan 5 Suku, Kampai III Tumpuak, Balai Labuah 6 Suku dan Kaum Kubu Rajo 3 Sandiang.Lokasi masjid ini terletak sekitar 3 km dari pusat kota Batusangkar. Masjid Raya Limokaum berdiri di tempat yang dahulunya berdiri sebuah pagoda, semacam candi. Keberadaan pagoda tersebut mempengaruhi arsitektur masjid yang mencerminkan sinkretisme atau pencampuran paham antara Buddha dan Islam dalam pembangunannya.Bangunan masjid bertingkat lima dengan tinggi mencapai 55 meter, seperti pagoda yang menjulang tinggi tetapi sudah dimodifikasi sebagai perlambang rukun islam.Bangunan masjid terbuat dari kayu dan papan, mulai dari dinding hingga tiang. Atapnya semula terbuat dari ijuk, dan telah diganti dengan seng.Saat ini, Masjid Raya Limokaum telah mengalami beberapa perbaikan yang dilakukan secara swadaya, termasuk perbaikan dan pelebaran mihrab, pembuatan serambi, perbaikan dan pemasangan kaca pada jendela, penggantian bilah-bilah papan yang telah rapuh, dan pembuatan loteng.Masjid Raya Limokaum didirikan jauh sebelum Belanda masuk ke Minangkabau, sehingga tidak ada pengaruh arsitektur Barat atau Belanda terhadap bangunan masjid ini. Arsitektur masjid ini umumnya dipengaruhi oleh corak Minangkabau dan bentuk atap merupakan sinkretisme antara Hindu-Budha dengan Islam.Masjid ini berdiri di atas tanah berdenah segi-empat, menggantikan bangunan pagoda yang telah lama ditinggalkan penganutnya karena memeluk Islam. Atap masjid ini dibuat berundak-undak sebanyak lima tingkat dengan permukaan atap yang tidak datar melainkan cekung; cocok untuk daerah beriklim tropis seperti Minangkabau karena dapat lebih cepat mengalirkan air hujan ke bawah.Antara tingkatan atap yang satu dengan yang lain terdapat celah untuk pencahayaan, sementara pada tingkatan teratas terdapat bangunan (puncak) berdenah segidelapan yang memiliki beberapa jendela kaca dengan atap berbentuk limas.Di dalam ruang utama, yang berfungsi sebagai ruang shalat, terdapat tiang-tiang yang terbuat dari kayu dengan tiang utama berdiameter 75 cm dan tinggi mencapai 55 m; seluruh kayu yang digunakan dikumpulkan secara bersama oleh masyarakat setempat selama sekitar satu tahun dari Bukit Sangkiang sampai Bukit Dadieh Talago Gunuang.Tiang utama ditutup dengan tripleks sehingga membentuk segidelapan yang di dalamnya terdapat tangga naik ke bagian puncak yang berbentuk spiral atau melingkar ke arah kiri.Pada bagian dinding di ruang utama terdapat beberapa jendela di setiap sisi, yaitu enam di sisi utara dan selatan ditambah empat di sisi barat dan timur. Dinding tersebut berupa papan, begitu pula dengan lantai; kecuali lantai pada bagian mihrab yang telah diganti dengan keramik.Meski telah beberapa kali mengalami perbaikan, dinding dan lantai tersebut hingga saat ini masih terbuat dari papan, begitu pula dengan tiang juga masih terbuat dari kayu.Di bagian timur sebelah selatan ruang utama terdapat bedug atau disebut tabuah dalam bahasa Minang yang terbuat dari pohon kelapa dengan diameter dari ujung ke ujung 27 cm sampai 60 cm dan panjang 220 cm.Di sebelah timur atau di bagian depan terdapat serambi berupa ruangan yang tertutup dinding dan kaca dengan pondasi terbuat dari beton dan memiliki pintu masuk dari utara dan selatan. Selain sebagai ruang peralihan, serambi itu juga difungsikan sebagai tempat belajar Al-Qur'an dan tempat penitipan alas kaki.Pada bagian atas serambi terdapat menara berupa bangunan berdenah segidelapan dengan dua jendela kaca di setiap sisinya dan dimahkotai oleh semacam kubah berbentuk susunan buah labu yang megerucut ke atas.Menarik bukan? Jadi, jika berkunjung ke Batusangkar, jangan lewati menapaki Masjid Raya Limokaum yang berada di tengah-tengah hunian penduduk Jorong Tigo Tumpauk, Nagari Limokaum, Kecamatan Limokaum, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom
Koper Penumpangnya Ditempeli Stiker Kata Tidak Senonoh, Transnusa Buka Suara
Penumpang Pria yang Bawa Koper saat Evakuasi Pesawat Dirujak Netizen