Melihat Indahnya Geopark Ciletuh di Sukabumi
Minggu, 06 Mei 2018 12:21 WIB

Muhammad Hafiz
Jakarta - Geopark Ciletuh baru-baru ini menjadi buah bibir karena diakui oleh UNESCO. Begini cerita saya waktu datang ke sana.Kamis 5 April 2018, pagi itu saya membulatkan tekat untuk pertama kalinya melakukan perjalanan solo traveling menggunakan sepeda motor. Destinasi yang saya pilih adalah kawasan yang baru saja diresmikan menjadi Unesco Global Geopark yaitu kawasan Geopark Ciletuh Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Tentu terdapat alasan kuat mengapa saya menjadikan Geopark Ciletuh Pelabuhan ratu yang menjadi destinasi pertama perjalanan solo traveling saya, pada perjalanan sebelumnya saya bersama kawan-kawan sudah melihat dan merasakan langsung keanggunan panorama alamnya, kehangatan masyarakat setempat, rasa takjub dan berbagai pengalaman baru yang menjadikan perjalanan solo traveling ini lebih spesial.Perjalanan solo travelling ini saya maknai sebagai perjalanan spritual. Saya mempunyai misi untuk mencoba melakukan interaksi lebih dalam dengan masyarakat setempat dengan harapan terjalin hubungan persaudarana. Perjalanan saya dimulai setelah waktu subuh, setelah empat jam perjalanan sekitar pukul 09.00 WIB saya tiba di Pelabuhanratu. Dari Pelabuhanratu menuju kawasan Puncak Darma saya dibuat histeris tidak karuan, bagaimana hal itu bisa terjadi terdapat jalan baru melalui Simpang Pantai Loji yang memberikan pertunjukan alamnya melalui karakteristik jalan pantai selatan jawa dengan iringan tarian perbukitan dan laut yang berwarna kehijauan.ΓΒ Tiba langkah saya untuk memulai misi perjalanan ini dengan menuju Curug Puncak Manik, saya menemui rintangan dengan kondisi jalan yang tidak umum. Saat saya tiba di Pos saya tidak melihat ada aktivitas wisata, saya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan berjalan menuruni perbuktian. Aliran air dan bebatuan sudah mulai terlihat, saya terus berjalan dan akhirnya melihat keberadaan curug ini, terjadilah petemuan saya dengan sosok Ayah dengan kesederhanaanya. Beliau bernama Abah Zahra dengan usia senjanya (72) melihat langsung keberadaan saya yang kesulitan untuk menemukan jalan. Dengan uluran tangan beliau yang hangat saya berhasil menyeberangi sungai untuk menemukan letak Curug Puncak Manik yang sebenarnya.Saya merasa diperlakukan seperti seorang anak yang sedang tersersat kemudian diberikan arahan, begitulah yang dilakukan Abah Zahra terhadap saya. Saat saya lupa jalan yang saya lalui sebelumnya karena kondisi perbukitan, saya ditemani beliau hingga saya berhasil kembali ketempat saya sebelumnya. Diperjalanan saya menanyakan aktifitas beliau yang sehari-harinya menghidupi diri dan keluarga dengan keberadaan satu-satunya warung di area wisata. Beliau sangat bersyukur lokasi wisata di desannya sudah mulai ramai oleh pengunjung dan mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat. Oleh karena itu beliau sangat menjaga kebersihan dan kenyamanan lokasi Curug Pucak Manik.Menutup perjanalan ini saya meminta pelukan hangat beliau dengan beliau berkata Γ’β¬Εabah selalu disini, untung ujang ketemu abah beliau selalu berpesan untuk berhati-hati dalam perjalanan. Saya meminta izin untuk mendokumentasikan beliau, dengan niat selanjutnya saat saya memiliki kesempatan berkunjung saya akan menemui beliau kembali. Cerita sosok Abah Jahra sosok ayah dengan kesederhanannya adalah pertemuan pertama dan interaksi yang lebih dalam dalam perjalanan ini. Di tempat selanjutnya saya bertemu dengan Akang Badru, Akang Bambang, Akang Didit dengan romantisme yang berbeda yang selalu meyakinkan saya untuk melakukan perjalanan selanjutnya.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum