Jakarta - Keindahan Kepulauan Derawan terkenal hingga mancanegara. Banyak sekali objek wisata menawan bagi traveler pecinta laut di sana.Thalassophile merupakan istilah bagi penyuka kehidupan laut. Jika kamu mengaku sebagai Thallasophile, kurang lengkap jika belum menyambangi Derawan. Derawan merupakan sebuah kepulauan yang berada di Provinsi Kalimantan Timur. Akses menuju ke sana bisa melalui dua jalur penerbangan, yaitu Berau dan Tarakan.Setelah mencari informasi harga tiket dan jadwal penerbangan, kami memutuskan untuk mendarat di Bandara Internasional Juwata, Tarakan. Keberangkatan dari Bandara Internasional Soekarno Hatta pukul 04.20 WIB dan menginap di bandara pada malam sebelum keberangkatan.Kami sengaja memilih penerbangan paling pagi, lebih murah dan sampai di Tarakan tidak terlalu siang. Penerbangan langsung Jakarta-Tarakan Kami tempuh selama 3 jam. Kami tiba di Tarakan pada pukul 09.00 WITA.Cuaca Tarakan saat itu sedang hujan, kami sedikit pesimis. Dari Bandara Juwata kami bertolak menuju pelabuhan untuk melanjutkan perjalanan. Dibutuhkan waktu selama 2 jam dengan menggunakan speedboat untuk sampai Derawan.Sesampainya di Derawan, kami check in di penginapan water cottage. Tidak seperti yang kami bayangkan, ternyata cuaca di Derawan sangat cerah. Setelah makan siang, kami jalan-jalan ke pantai di dekat penginapan dan bermain banana boat dengan harga Rp 120 ribu untuk 6 orang.Destinasi pertama pada hari kedua perjalanan kami adalah Pulau Maratua. Perjalanan dimulai pada pukul 07.00 WITA dan membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam dengan speedboat dari penginapan. Kami sangat beruntung karena cuaca di Maratua saat itu sangat bersahabat. Tidak semua wisatawan bisa mengunjunginya itu karena ombak besar.Rasa lelah akibat terjangan ombak hilang seketika tatkala melihat keindahan pulau yang terkenal dengan resornya yang cantik itu. Gradasi warna biru laut yang sangat memukau membuat kami betah berlama-lama di sana. Bagi kalian yang ingin menginap di Maratua Paradise Resort, dibutuhkan budget sekitar 1,1 juta rupiah per orang per malam.Setelah puas mengabadikan momen di tempat yang kami juluki sebagai Maldivesnya Indonesia itu, kami bertolak menuju Kehe Daing. Kehe Daing merupakan sebuah laguna yang tidak begitu jauh dari Pulau Maratua.Berbentuk seperti kolam renang raksasa dengan air berwarna toska. Layaknya kolam pribadi, hanya tim kami yang berkunjung. Akses menuju Kehe Daing dapat ditempuh dengan menaiki tangga buatan dari kayu atau bisa juga dengan berenang memasuki terowongan seperti gua karena laguna ini dikepung daratan dengan pepohonan yang rindang. Kita juga harus berhati-hati karena karangnya yang lumayan tajam bisa melukai kaki.Perjalanan kami lanjutkan menuju Pulau Kakaban yang terkenal dengan danau ubur-uburnya. Kita bisa berenang di danau bersama ubur-ubur tanpa khawatir terkena sengatan. Pengalaman yang tidak terlupakan bagi kami karena untuk pertama kali bisa menyentuh ubur-ubur.Teksturnya kenyal seperti jelly membuat saya sangat gemas. Untuk menuju ke danau yang super luas itu kami harus berjalan sejauh sekitar 300 meter dari dermaga. Setelah puas bermain ubur-ubur, kami juga snorkeling di area dermaga yang pemandangannya bawah lautnya sangat cantik. Banyak ikan kecil di balik terumbu yang indah dan jika beruntung, kita bisa bertemu dengan penyu lho.Dari Pulau Kakaban kami menuju Pulau Sangalaki. Dalam perjalanan menuju Pulau Sangalaki kami melewati manta point dan berharap bertemu dengan ikan pari terbesar di dunia itu. Sayangnya kami kurang beruntung, sore itu manta tidak menampakkan diri.Ratusan ekor tukik langsung menyambut kedatangan kami di Pulau Sangalaki. Di pulau yang tidak berpenghuni itu terdapat penangkaran anak penyu yang sangat imut dan lucu. Selain bermain dengan tukik, kami juga menikmati pesona pasir pantai yang sangat mengagumkan di sana, syahdu. Terlalu asyik bermain membuat kami lupa waktu hingga hari menjelang sore. Petualangan kami lanjutkan pada hari berikutnya.Pada hari ketiga kami menuju Danau Labuan Cermin. Kami berangkat pada pukul 05.00 WITA, sangat pagi karena Danau Labuan Cermin yang letaknya lumayan jauh dari Pulau Derawan. Selama perjalanan menuju Labuan Cermin kami melewati Talisayan, tempat penampakan hiu paus.Speedboat kami berhenti dan kami nyemplung ke laut untuk menyapa hiu terbesar di dunia itu. Betapa beruntungnya kami bisa melihat hiu yang sangat besar sedang berenang menampakkan diri. Ini adalah pengalaman yang sangat menakjubkan karena baru pertama kali dalam seumur hidup saya melihat penampakan hiu secara langsung di laut lepas.Hari semakin siang, kami lanjutkan perjalanan kami dengan makan siang di Pulau Manimbora. Pulau tak berpenghuni itu sering dijuluki sebagai Pulau Spongebob. Seperti pulau di serial kartun Spongebob, pulau yang tidak terlalu luas itu ditumbuhi dengan banyak pohon kelapa, air lautnya sangat jernih dengan pasir putih yang lembut.Terdapat pula pasir timbul sebagai spot narsis bagi pengunjung yang ingin berfoto-foto di sana. Sayangnya kami tidak bisa berlama-lama di Pulau Manimbora karena perjalanan menuju Labuan Cermin masih cukup panjang. Selesai memakan bekal makan siang, kami lanjutkan perjalanan menuju Danau Labuan Cermin meskipun belum puas berfoto-foto di sana.Setelah speedboat berlabuh di dermaga dekat Danau Labuan Cermin, kami menaiki kapal layar dan menempuh perjalanan selama kurang lebih 5 menit. Selama perjalanan kami disuguhi dengan pemandangan yang luar biasa indahnya.Air laut berwarna toska dengan panorama hijaunya pepohonan hutan yang memberi kesejukan bagi siapapun yang memandang. Bagi kalian para wanita yang sedang haid dilarang keras untuk berenang di danau dua rasa itu.Saya kurang begitu paham alasannya dan sebagai wisatawan yang beradab kita wajib mematuhinya. Dijuluki danau dua rasa karena terdiri dari lapisan air asin di bagian dasar dan air tawar di bagian permukaan.Dan ajaibnya tidak tercampur meskipun molekulnya sama. Untuk makna dari Labuan cermin sendiri, menurut keterangan warga lokal, lapisan antara air tawar dan air pasir dalam danau memebentuk seperti lapisan yang dapat memantulkan benda yang terapung di atas danau sehingga terkesan seperti cermin.Tidak terasa trip kami harus segera berakhir, kami berlayar menuju Tarakan. Sebelum pulang kami mampir ke Mangrove Bekantan untuk menilik primata cantik khas kalimantan, Bekantan. Bekantan ini mirip seperti monyet, namun memiliki hidung yang panjang dan rambut pirang. Setelah saya browsing ternyata memang masih satu saudara. heheTidak lupa kami juga mampir di rumah makan yang cukup terkenal di Tarakan, Warung Teras namanya, warung ini menjual berbagai olahan seafood yang menggugah selera. salah satu menu favoritnya adalah kepiting soka yang merupakan kuliner khas Tarakan. Trip berakhir sampai di sini, sayonara.
Komentar Terbanyak
Bandung Juara Kota Macet di Indonesia, MTI: Angkot Buruk, Perumahan Amburadul
Bandara Kertajati Siap Jadi Aerospace Park, Ekosistem Industri Penerbangan
Sound Horeg Guncang Karnaval Urek Urek Malang