Mengunjungi Kota Kerajaan Terakhir Myanmar
Senin, 11 Mar 2019 11:45 WIB

Yulius Yoseph

Jakarta - Mandalay menjadi sorotan tersendiri karena terkenal juga sebagai kota Kerajaan Burma yang terakhir. Berlokasi di tepi Sungai Ayeyarwady menjadikannya sebagai oasis di tengah daerah Myanmar utara yang kering.Sebagian besar masyarakatnya menganut agama Buddha dari zaman kerajaan dulu. Maka di Mandalay akan lebih sering kita jumpai pagoda dan juga kuil.Kami berangkat dari Bagan dijemput menggunakan mobil yang sudah kami pesan dari hotel tempat kami bermalam, kemudian mobil mengantar kami ke pool travel di daerah Nyang U untuk kemudian berangkat menuju Kota Mandalay pada pukul 3 sore. Perjalanan dari Bagan ke Mandalay ditempuh kurang lebih sekitar 5 jam.Kami naik kendaraan sejenis mini bus yang cukup nyaman dan lumayan murah sekitar 90 ribu rupiah yang sudah kami pesan dari hotel juga. Sepanjang perjalanan yang kami lihat di kiri dan kanan adalah sabana yang luas dan juga Sungai Ayeyarwady di kejauhan.Di tengah-tengah perjalanan kami melewati jembatan Sungai Ayeyarwady dan terdapat jembatan yang tergabung dengan rel kereta. Sudah pasti menunggu lama karena harus bergantian untuk menyeberang antara kereta dan mobil. Kemudian hari mulai sore kami harus berhenti untuk istirahat sebentar di tapi bukan di rest area, hanya tersedia semacam warung makan yang menjual makanan khas Myanmar seperti ayam dan daging bakar, camilan seperti keripik dan juga minuman kemasan.Di warung itu juga menjual bedak tanaka dan juga tidak ketinggalan kapur sirih sebagai kebiasaan masyarakat Myanmar pengganti rokok. Beristirahat sebentar dan juga ke kamar kecil kemudian perjalanan berlanjut lagi. Sesaat sebelum memasuki kota, kami memasuki jalan yang cukup bagus dan lebar, rupanya ini adalah jalan tol. Masuk ke Kota Mandalay di sebelah kanan jalan adalah bandara yang artinya sebenarnya bisa naik pesawat domestik ke sini akan tetapi kami lebih menikmati untuk perjalanan di darat karena juga harganya lebih murah.Dan kami pun sampai di Kota Mandalay, kami minta di turunkan di depan stasiun kereta api di tengah kota ini dekat hotel yang kami pesan sebelumnya yang tidak jauh letaknya dari stasiun kereta api. Setelah turun kami pun menuju hotel, check in, mandi kemudian keluar lagi untuk mencoba makanan lokal di Mandalay.Tidak jauh dari hotel kami menemukan tempat makan di pinggir jalan seperti nasi campur dengan lauk khas myanmar seperti ayam bakar dan juga sayuran, uniknya adalah pada saat penyajian nasi yang sudah di letakkan di piring kemudian di tata lagi menggunakan tangan kosong untuk mengambil lauk. Dan karena sudah lapar kami makan dengan terpaksa mengingat nasi yang kembali di ratakan dengan tangan.Selesai makan kami mencoba minuman lokal bertuliskan Myanmar yang ternyata harganya sangat murah sekitar 8 ribu rupiah saja. Dan selesai makan kami pun kembali ke hotel untuk beristirahat.Keesokan harinya kami tentu saja ingin berkeliling di Mandalay ini, kami memutuskan untuk menyewa motor agar dapat berkeliling dengan lebih leluasa. Dengan mengandalkan Google Map kami mencari tempat rental motor dan menemukan letaknya tidak jauh bisa di tempuh dengan berjalan kaki, tepatnya ada di belakang stasiun kereta api.Sewa motor di Mandalay termasuk murah sekitar 200 ribu rupiah untuk 1 hari. Saya menyewa skuter matic untuk berkeliling dan kemudian kami langsung menuju Pagoda Mya Thein Tan yang berlokasi di Mingun seberang sungai Kota Mandalay melewati jembatan besar dan jalan menanjak berbukit di sisi Sungai Ayeyarwady.Perjalanan satu setengah jam yang kami tempuh lumayan jauh namun terbayar begitu kami sampai di Pagoda yang megah menawan berwarna putih ini. Luar biasa sekali pagoda yang besar ini menjulang seperti gunung berwarna putih dan bermahkotakan makara keemasan di ujungnya.Kami harus melepas alas kaki sebelum naik tangga untuk menuju ruangan utama dari pagoda. Dan di Pagoda Mya Thein Tan ini juga terdapat patung Budha namun hanya di tengah tidak di keempat sisinya. Begitu sampai di lantai paling atas kami melihat banyak orang juga yang melakukan ibadah seperti berkeliling lebih dahulu kemudian diakhiri dengan sembayang dan membakar dupa untuk dipersembahkan kepada Sang Buddha.Hsinbyume atau dikenal juga dengan Mya thein dan Pagoda adalah yang terbesar di belahan utara Myanmar sekitar 10 kilometer dari tengah Kota Mandalay. Pagoda ini menggambarkan sebuah gunung meru dan di bangun di dasarkan pada deskripsi Pagoda Sulamani. Tujuh terasnya melambangkan tujuh jajaran gunung menurut mitologi Buddha.Setelah puas mengambil gambar di sekitar Pagoda menawan ini akhirnya kami melanjutkan untuk melihat Sunset dari U Bein Brigde atau jembatan U Bein yang terkenal di daerah Amarapura Kota Mandalay. U Bein Bridge terkenal sebagai jembatan kayu terpanjang di Mandalay bahkan di Myanmar.Keindahan U bein dapat kita nikmati pada saat sunset dan sunrise, karena kami sampai di Amarapura sudah sore maka ini adalah saat yang tepat untuk menikmati Sunset dari jembatan legendaris ini. Begitu sampai di U Bein yang kami lihat banyak sekali orang yang melewati tengah-tengah jembatan untuk berfoto dan menikmati sunset, namun untuk motor memang tidak diperbolehkan untuk melewati jembatan kayu ini, jadi kami mengambil sisi sebelah kiri dari jembatan di sisi danau ini.Dan ternyata spot yang kami ambil ini memang tepat untuk menikmati Sunset di seberangnya. Ternyata di tempat kami berdiri banyak sekali anjing yang berkeliaran, dan juga banyak orang lokal yang bermain sepak takraw di tepian danau ini. Dan benar saja pada saat matahari mulai turun, pemandangan di sini sangat indah, di kejauhan terlihat perahu nelayan yang lewat, burung yang berterbangan menambah syahdu pemandangan sunset di sore hari itu.Setelah menikmati Sunset kami kembali ke Kota Mandalay dan langsung ke terminal untuk memesan tiket bus kembali ke Yangon karena penerbangan kami kembali ke Kuala Lumpur harus kami tempuh dari Bandara Internasional di Yangon, kemudian kami lanjut makan di restoran ayam siap saji (karena ternyata tidak cocok dengan makanan lokal) kemudian kembali ke hotel dan beristirahat untuk persiapan menjelajah di esok harinya.Setelah cukup beristirahat dan mandi keesokan harinya kami mengunjungi sebuah tempat yang bernama Sanda Muni dan juga Kuthodaw Pagoda yang letaknya berdekatan. Sanda Muni dan Kuthodaw Pagoda seperti mirip namun ada perbedaannya.Jika Sanda Muni terdapat menara kecil yang tersebar di sekitar Pagoda utama maka di Kuthodaw terdapat menara juga namun berisi kitab sutra Buddha yang di ukir di sebuah batu dan di susun sesuai dengan urutan bab dan isi kitab sutra Buddha yang bertulisan bahasa Burma. Pada saat memasuki Kuthodaw ada seorang penjual sovenir yang menawarkan dagangannya dan juga menawarkan bedak tanaka, dan saya pun penasaran kemudian mencobanya.Bedak yang ternbuat dari kayu tanaka yang katanya hanya ada di Myanmar ini di buat dengan menggosok batangnya kemudian serpihannya dicampur dengan air dan pelembab kemudian di tempelkan di pipi rasanya dingin dan ringan, ya seperti memakai bedak bedanya tidak di ratakan di wajah. Setelah ditempelkan kemudian di bentuk seperti daun, kreatif banget nih! Kemudian kami berkeliling dan tentu saja mengambil banyak sekali foto di pagoda ini.Setelah itu kami lanjutkan perjalanan menuju ke Mandalay Hill yang terletak di sebelah utara Kota Mandalay. Mandalay Hill adalah sebuah bukit yang telah menjadi biara dan tempat ziarah utama umat Buddha di Burma. Akses yang dapat di tempuh adalah jalanan menanjak dari sebelah utara benteng mengikuti jalan sampai akhirnya sampai di parkiran atas. Untuk naik ke atas Pagoda dapat menaiki lift dan juga dapat menggunakan eskalator dari pintu masuk di bawah.Setelah sampai di selasar atas ternyata udara di sini lebih dingin dan juga angin semilir yang berhembus menambah sejuk suasana siang ini. Memang waktu yang terbaik untuk berkunjung ke Mandalay Hill adalah pada saat subuh di mana kalian bisa menikmati sunrise dari bukit yang indah ini. Yang menjadikan Mandalay Hill patut untuk dikunjungi adalah keindahan arsitektur dan juga detail hiasan mozaik di sekeliling tembok yang ada di Pagoda ini. Hiasan Mozaik yang sangat detail, kemudian tulisan doa-doa di sekeliling tembok dan atap pagoda ini sangat detail dan indah saya seperti merasa di Maroko atau di India, namun memang sangat indah sekali berwarna-warni.Berkeliling melihat-lihat dan kemudian mengambil beberapa foto tidak terasa waktu berjalan sangat cepat sekali sehingga kami harus mengakhiri kunjungan kami di Mandalay Hill ini. Namun sebelum turun ternyata di bawah area pagoda ada beberapa kios yang menjual baju tradisional khas Myanmar dan saya pun tergoda untuk membeli satu yang berwarna putih. Kemudian kami beranjak kembali ke kota mengurus check out dari hotel dan memesan taksi untuk kembali ke Terminal Mandalay, bergegas mengembalikan motor ke rental dan kembali lagi ke hotel, lalu langsung melanjutkan perjalanan ke terminal untuk menaiki bus yang akan membawa kami kembali ke Yangon.Sampai di terminal kami harus menunggu beberapa saat sebelum bus kami siap, kami menaiki bus malam namanya Famous Bus Express harganya lebih murah dari JJ Express waktu berangkat ke Bagan dari Yangon dengan fasilitas yang sama. Akhirnya bus pun siap dan kami harus naik memulai perjalanan kembali ke Yangon untuk kembali ke Kuala Lumpur dan kemudian pulang ke Jakarta.Demikian perjalanan selama di Myanmar, seru banget banyak hal tidak terduga dan juga sangat menantang. Memang traveling ke Myanmar sangat cocok untuk kamu yang suka tantangan, suka belajar sejarah, suka tempat yang sepi untuk merenung, suka tempat yang masih asli dan juga suka banget hal-hal di luar kebiasaan kita sehari-hari.Yang penting selama traveling harap memperhatikan tradisi dan tata cara lingkungan sekitar. Menjaga ucapan, kelakuan dan tidak kalah penting juga menjaga kebersihan khususnya sampah yang harus di buang di tempatnya ya.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum