Mengenal Tradisi Minangkabau di Solok Pinggiran
Selasa, 26 Mei 2020 09:20 WIB

Nabhan Aiqani
Jakarta - Di kabupaten Solok tepatnya di Kecamatan Tigo Lurah, ada satu jorong yang sangat eksotis dikelilingi oleh kondisi hutan yang masih sangat asri dan diapit perbukitan yang menjulang, jorong ini bernama Jorong Kapujan, Nagari Rangkiang Luluih.Secara lokasi, Jorong Kapujan sangat jauh dari pusat Kabupaten Solok, butuh waktu hampir tiga jam dengan akses jalan yang masih sangat minim, apalagi dari pusat Provinsi Sumatra Barat, Kota Padang, butuh waktu hampir 4 jam untuk menjangkau Jorong Kapujan.Di balik keheningan dan hijau dedaunan pepohonan di hutan, ada Jorong Kapujan. Meski masih minim akses informasi dan telekomunikasi serta infrastruktur jalan yang masih terbatas, Jorong Kapujan tidak kehilangan daya kreativitas.Sekelolompok pemuda mengenalkan Kapujan ke luar dengan tetap mempertahankan eksistensi budaya dan nilai lokal, dengan penuh semangat tetap berupaya membangun kreativitas melalui berbagai pageralaran kesenian dan budaya lokal. Mereka inilah yang kemudian menghimpun diri dalam IP2K (Ikatan Pemuda Pelajar Kapujan).Terobosan besar yang mereka sumbangkan untuk Kapujan adalah mengangkat satu even budaya dengan mengusung tema Festival Kapujan. Festival ini diadakan satu hari penuh, pada hari Kamis (5/12/2019) lalu, yang dipusatkan disebuah lapangan di Jorong Kapujan.Festival ini dihadiri oleh Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Solok, perwakilan KKI Warsi serta dukungan dana kegiatan dari Badan Pelestarian Nilai Budaya Sumbar. Ketika memasuki lokasi acara, alunan bunyi saluang dan ombongan sudah hiruk saling bersahut-sahut, seakan menyambut siapapun yang datang berkunjung,Festival Kapujan merupakan yang perdana, dengan mengambil tema Membangkitkan budaya Minangkabau di Tanah Kapujan. Tujuan festival ini diadakan agar masyarakat kembali pada kesenian dan budaya lama di Nagari Rangkiang Luluih, terutama bagi kaum muda.Supaya minat kaum muda kembali untuk memahami dan menumbuhkan rasa kecintaan akan budaya. Ada beberapa pagelaran kesenian tradisional Kapujan yang ditampilkan, semuanya khas dan identik dengan budaya Kapujan namun terlupakan.Kesenian tradisional yang ditampilkan berupa Randai Kapujan, ombongan (alat pukul-alat musik pukul, seperti gong, dan khas Kapujan), silek dengan pedang, talempong kayu, tari piring, shalawek dulang-rebana dan dilagukan, saluang dangdut.Ada 14 orang anak muda yang terlibat pada penampilan Randai Kapujan, serta 6 orang yang memainkan ombongan. Mereka semua adalah pemuda asli Kapujan.Selain atraksi, masyarakat juga disuguhkan kuliner-kuliner khas Kapujan yang barangkali sudah jarang disuguhkan, kecuali pada momen tertentu. Ada lamang lunto (lamang dengan tekstur lebih lunak), samba kieh pisang mudo, onde-onde sipuluik hitam, dan sikunik. Kuliner dipersiapkan oleh kelompok ibu-ibu di Jorong Kapujan.Β Festival Kapujan mampu menarik antuasiasme masyarakat. Semua unsur masyarakat yang ada di Kapujan turut serta untuk menyukseskan acara ini.Bukan Sekadar FestivalAda banyak nilai filosofis terkait upaya untuk menjaga serta melindungi kawasan alam yang masih sangat asri di Jorong Kapujan. Masyarakat memanfaatkan potensi yang ada di alam, seperti bambu untuk bahan dasar tenda dan dekorasi panggung festival. Ada penegasan bahwa masyarakat dan alam adalah dua hal yang tidak terpisahkan.Kedepannya, diharapkan, Festival Kapujan bisa menjadi agenda tahunan di nagari dan didukung sepenuhnya oleh pemangku kebijakan dari tingkat nagari hingga level provinsi.
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum