Euforia Kemeriahan Imlek di Pecinan Jakarta
Senin, 03 Feb 2020 17:40 WIB

Daniel Kus Hendarso
Jakarta - Masyarakat keturunan Tionghoa baru saja merayakan Imlek pada akhir Januari lalu. Ayo kita lihat lagi kemeriahan di Pecinan Jakarta.Klenteng Jin Deyuan atau klenteng Dharma Bakti terletak di Jalan Kemenangan III No. 19. Menurut catatan sejarah yang dirangkum dari beberapa sumber, klenteng ini sudah ada sejak masa pendudukan Belanda di Batavia.Klenteng yang pernah terbakar pada Senin 2 Maret 2015 ini konon merupakan klenteng tertua di Jakarta. Klenteng ini dibangun untuk untuk menghormati Dewi Kwan In atau Avalokitesvara, sang Dewi Welas Asih.Pada perayaan imlek 2020 tahun ini, klenteng Jin De Yuan sudah ramai pengunjung sejak pagi hari, bahkan ada yang sembayang di klenteng ini tepat pada sabtu, 25 Januari 2020 pukul 00.00 untuk berdoa memohon kelancaran di tahun tikus.Sebelum datang ke klenteng biasanya keluarga Tionghoa akan mengadakan sembayang leluhur. Sembayang leluhur merupakan salah satu tradisi masyarakat Tionghoa sebagai tanda bakti kepada orang tua. Hal ini merupakan implementasi ajaran Konfusius.Keluarga akan mempersembahkan makanan kesukaan para leluhur. Sembayang leluhur biasanya akan selesai sebelum sore, karena para keluarga tionghoa harus menyiapkan makan malam bersama atau dalam bahasa Mandarin disebut nianyefan pada malam menjelang imlek.Ikan merupakan hidangan yang tidak boleh diketinggalan disantap ketika imlek, karena dalam bahasa mandarin ikan berhomonim dengan berkelebihan, jadi masyarakat Tionghoa berharap tahun depan bisa punya rejeki yang berlebihan.Pada hari pertama imlek, keluarga Tionghoa beramai ramai ke klenteng untuk menyalakan lilin dan berdoa kepada para dewa. Klenteng Jin De Yuan saat perayaan tahun baru imlek 2020 sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat Tionghoa dari seputaran Jabodetabek.Dewi Kwan Im merupakan dewi utama di klenteng ini. Di belakang rumpang Dewi Kwan Im terdapat 3 buah rumpang besar sang Budha. Selain altar Dewi Kwan Im di kiri kanan altar utama terdapat altar Mi Lei Fo dan Dewi Mazu. Lalu berjajar di kanan kiri altar utama terdapat rumpang 18 Arhat.Mengelilingi latar utama, terdapat banyak bilik-bilik pemujaan tempat para dewa-dewi dipuja di klenteng ini. Tidak kurang terdapat 20 dewa dewi di klenteng ini, mulai dari Dewa Bumi, Dewa Kwan Kong, Dewa Rejeki, Dewa Erlang, Dewa Na Cha, sampai altar kera sakti yang bergelar Qi Tian Da Sheng juga ada di klenteng ini.Selain membakar dupa, bagi keluarga yang mampu akan membeli lilin besar untuk dinyalakan selama imlek sebagai persembahan bagi para dewa. Nyala lilin menjadi perlambang pancara cahaya yang akan selalu menarangi hidup mereka.Tak heran bagi yang mampu mereka akan membeli lilin yang paling besar yang harganya bisa mencapai puluhan juta. Bagi sebagain besar masyarakat Tionghoa, terdapat kepercayaan bahwa semakin besar lilinnya, nyala lilin akan semakin panjang, yang konon diartikan semakin lama pula sinar terang yang akan diberikan oleh para dewa pada kehidapan mereka.Di halaman kleteng, ada beberapa orang yang membeli burung gereja yang banyak dijajakan oleh masyarakat sekitar untuk dilepaskan kembali. Fangsheng atau melepaskan mahkluk hidup biasa menjadi ritual penutup sembayang imlek. Maknanya yaitu melepaskan mahkluk hidup agar bisa bebas serta mendapatkan karma baik dari perbuatan tersebut.Selain dipadati oleh pengunjung yang bersembayang, banyak pula masyarakat yang datang ke klenteng ini untuk mendapatkan angpao. Tak kurang 50an orang baik anak anak sampai lansia berkumpul di halaman depan klenteng menunggu orang orang yang akan memberi angpao kepada mereka.Imlek tahun 2020 akan ditutup dengan perayaan Cap go meh, yaitu tanggal 15 menurut kalender imlek. Dalam rentang waktu tersebut para warga Tionghoa masih dalam suasana imlek, jadi jika belum cap go meh kalian masih bisa mengucapkan selamat tahun baru imlek kepada sahabat kalian.
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!