Mengunjungi Hikawa Maru, Kapal Legenda Jepang di Yokohama
Senin, 14 Sep 2020 12:45 WIB

Arnaldi Nasrum
Jakarta - Keluar dari stasiun Motomachi-Chukugai, deretan pohon yang menguning langsung menyambut. Tampak dedaunan berguguran dan menghiasi sepanjang pinggiran jalan. Sore itu, udara kota Yokohama sangat sejuk disertai angin yang cukup kencang. Membuat saya betah berlama-lama di dalam stasiun. "Ayo kita bergegas,"kata Fujita membuyarkan angan saya melihat suasana kota.Sambil membetulkan syal, saya mengikuti langkah pria paruh baya tersebut. Kami menyusuri jalan setapak yang di sisi kirinya jelas terlihat menara yang menjulang tinggi bertuliskan Marine Tower dan di sebelah kanan ada restoran cepat saji. Menengok ke belakang, kawanan burung merpati sedang mencari makan. Tidak seperti di Tokyo, jalan di Yokohama terutama di kawasan Naka-ku cenderung lebih sepi. Yang terdengar hanya suara deru angin.Setelah berjalan selama 15 menit, kami tiba di sebuah persimpangan jalan. Fujita menunjuk ke arah Yamashita Park, memberikan arahan kemana kami harus pergi. Namun, ada yang aneh. Saat tiba di taman, Fujita tidak bergegas melepaskan tas dan istirahat. Ia terus berjalan ke arah pinggir taman hingga saya mendengar deburan ombak dan merasakan hembusan angin semakin kencang. Saat mendongakkan kepala, sebuah kapal besar berwarna hitam terlihat jelas di depan mata. Hikawa Maru.Hospital ShipFujita adalah host family yang mengijinkan saya untuk tinggal di rumahnya selama berada di Yokohama. Kedatangan saya tepat pada bulan November, saat musim gugur akan berakhir. Menurut Fujita, mengunjungi kapal Hikawa Maru yang kini menjadi museum terapung menjadi pilihan terbaik saat berada di Yokohama. Tepat sekali. Kapal pesiar raksasa ini telah lama menjadi angan dalam benak saya.Masuk ke dalam kapal, kemewahan Hikawa Maru terlihat jelas dari interior yang tersusun rapi dan bernuansa klasik. Dimulai dari ruang makan, kafe, hingga kamar tidur. Pantas saja jika dulunya menjadi kapal kelas satu yang menjadi favorit wisatawan.Sambil mengambil gambar dan terus menelusuri lorong kapal, saya menyempatkan waktu untuk melihat lebih dekat sejumlah foto sejarah perjalanan Hikawa Maru yang terpajang di dinding. Dari semuanya, yang menjadi favorit adalah foto saat Hikawa Maru menjadi kapal kargo dan sedang berlayar di perairan pasifik. Terlihat tangguh membelah lautan.Bergeser ke foto sebelah kanan, saya melihat gambar Hikawa Maru ketika difungsikan sebagai kapal rumah sakit saat era perang dunia kedua. Dulunya, Hikawa Maru pernah dimisikan sebagai hospital ship untuk membawa korban perang. Kapal ini menjadi kebanggaan warga Jepang karena menjalankan misi kemanusiaan. Meski begitu, sebagian orang menganggap Hikawa Maru sebagai kapal yang kontroversial karena sejarah penjajahan Jepang di sejumlah negara pada saat kapal tersebut beroperasi dalam kurun waktu 1941-1945.Maju beberapa langkah, saya menemukan foto saat Hikawa Maru mengalami perbaikan. Maklumlah, kapal ini telah mengarungi samudera dalam waktu yang lama. Salah satu pelabuhan tempat Hikawa Maru dipulihkan adalah di Surabaya pada Oktober 1942 saat badan kapal mengalami kerusakan. Bahkan, disebut-sebut, Tanjung Perak selalu menjadi tempat bersandar Hikawa Maru saat melewati perairan Indonesia.Kabin Charlie CaplinDiresmikan pada 30 Oktober 1929, Hikawa Maru awalnya merupakan kapal pesiar dengan rute perjalanan meliputi Yokohama-Vancouver-Seattle. Sekalipun perjalanan internasional pertamanya baru dilakukan di tahun berikutnya pada 13 Mei 1930. Kapal ini memiliki reputasi yang gemilang dalam jasa transportasi. Ia mengombinasikan jamuan makanan lezat kelas dunia dan interior kapal yang sangat indah. Tidak heran jika kapal ini dijuluki Ratu Pasifik (The Queen of Pacific).Saya tiba-tiba mengintip lautan di luar lewat jendela kapal. Mencoba membayangkan bagaimana para penumpang menikmati keindahan samudera dari dalam kapal sambil menyeruput segelas minuman untuk menghangatkan tubuh. Siapapun pasti akan menikmatinya.Dalam periode pelayarannya, Hikawa Maru menjadi primadona. Keluarga kaisar dan pejabat pemerintahan Jepang selalu mengisi daftar penumpang kapal. Bahkan, artis internasional Charlie Chaplin juga pernah menggunakan Hikawa Maru pada saat tour keliling dunianya di tahun 1932. Saat itu, Charlie Chaplin dalam perjalanannya menuju Seattle dari Yokohama.Tentu saja komedian tanpa suara tersebut menjadi penumpang kelas satu dan menempati deluxe cabin. Disebutkan, selain kafe, bagian kapal lainnya yang disukai Charlie Chaplin adalah dek kapal. Dari sini, ia bisa menikmati kemewahan di tengah laut yang beratapkan langit. Memang benar. Hingga sekarang, dek kapal menjadi incaran para wisatawan. Tidak hanya untuk melihat pemandangan, tetapi juga menjadi spot foto terbaik.Saat berdiri di dek, permukaan Hikawa Maru akan tampak jelas. Saya bisa melihat tabung mesin dan tiang cerobong asap yang terpasang kokoh dengan sebuah sekoci di sisi kirinya. Oh ya, angin laut yang bertiup semakin kencang membuat saya hampir lupa dengan keberadaan beberapa ekor burung yang hinggap di besi pembatas kapal. Pemandangan yang sangat indah.Bagi saya, waktu berkunjung yang paling menyenangkan ke Yamashita Park adalah saat sore hari. Selain karena pemandangan senja yang menarik, kemegahan Hikawa Maru akan terlihat jelas saat lampu kapal menyinari suasana laut yang mulai gelap. Hikawa Maru seperti mendapatkan lampu sorot di tengah lautan.Catatan wisata Hikawa MaruTiket masukUmum: 300 YenUsia di atas 65 tahun: 200 YenAnak-anak/pelajar: 100 YenJam operasionalSelasa-Minggu, 10.00 pagi-05.00 sore Tutup pada hari SeninAlamat: Hikawa Maru, Yamashita Park, Naka-ku, YokohamaStasiun kereta terdekat: Motomachi-Chukugai (Minato Mirai Line)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!