Magelang - Kusir andong di Candi Borobudur jadi profesi yang terdampak pandemi COVID-19. Mereka mengeluh kesulitan dan tidak ada pendapatan sama sekali. Seperti apa?
Potret Miris Kusir Andong Candi Borobudur yang Kesulitan Akibat Pandemi

Kusir Andong di Candi Borobudur turut merasakan dampak buruk PPKM. Mereka sama sekali tidak ada pemasukan, sementara perawatan kuda harus tetap berjalan terus. (Eko Susanto/detikTravel)
Salah satu kusir andong bernama Bari mengaku sudah libur dua tahun menjadi kusir andong. Sebelum pandemi dan saat liburan, sehari bisa menarik 5 sampai 6 kali, bahkan hingga 10 kali. Namun sekarang, sama sekali tidak ada penumpang. (Eko Susanto/detikTravel)
Padahal untuk modal 1 andong tidak sedikit. Harga satu andong bisa mencapai Rp 35 juta untuk 2 roda, sedangkan untuk andong 4 roda bisa mencapai Rp 75 juta. Itu sudah termasuk harga kudanya. (Eko Susanto/detikTravel)
Banyak kusir andong beralih profesi. Ada yang bertani. Ada pula yang ngetem di samping Kantor Pemkab Magelang. Bahkan ada yang mbarang, atau membawa kuda dan andong menuju desa-desa maupun kota lain yang lagi ramai. (Eko Susanto/detikTravel)
Sebelum pandemi, wisatawan di Candi Borobudur bisa naik andong untuk keliling kawasan candi maupun perkampungan sekeliling Borobudur. Untuk keliling di dalam kawasan Candi Borobudur tarifnya Rp 100.000. Kemudian, untuk keliling kampung tarifnya mulai Rp 100.000 sampai Rp 350.000 per andong. (Eko Susanto/detikTravel)
Minimal pemasukan sebulan bisa Rp 2 juta. Namun semenjak pandemi, tempat wisata tutup, praktis tidak ada pendapatan sama sekali. Untuk menjual kuda juga tidak ada yang mau beli. (Eko Susanto/detikTravel)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!