PHOTOS
Pesona Stasiun Jakarta Kota yang Bersejarah
Jakarta - Pengguna KRL di Jakarta tentu tak asing dengan Stasiun Jakarta Kota. Banyak hal menarik tentang stasiun yang dulunya dipanggil Stasiun Beos itu lho.

Stasiun Jakarta Kota lebih dikenal sebagai Stasiun Beos, merupakan kependekan dari Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur). Nama lain untuk Stasiun Jakarta Kota ini yakni Batavia Zuid yang berarti Stasiun Batavia Selatan. Â

Dikulik langsung dari Manager Preservation and Documentation Stasiun Jakarta Kota, Hardika Hadi Rismaji, Stasiun Jakarta Kota dibangun di kawasan kota lama Batavia (Jakarta) yang dulunya terdapat dua stasiun besar kereta api. Â

Kedua stasiun tersebut adalah Stasiun Batavia NISM, milik maskapai kereta api swasta Nederlandsch Indische Spoorweg Maatchappij dan Stasiun Batavia BOSM milik Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschappij. Untuk Stasiun Batavia NISM yang dikenal pula dengan Stasiun Batavia Noord (Utara) melayani rute Jakarta-Bogor. Sementara itu, Stasiun Batavia Zuid (Selatan) mengoperasikan kereta api lintas Jakarta-Bekasi-Karawang. Â

Dalam perkembangannya, kedua operasional kereta api di Jakarta dikelola oleh perusahaan kereta api negara, Staatssporwegen (SS). Tahun 1898 SS membeli seluruh jaringan milik BOSM dan jaringan kereta api milik NISM tahun 1913. Â

Lalu Selepas SS menguasai seluruh jaringan kereta di Jakarta, maka diadakan penataan ulang terhadap sistem angkutan kereta api, salah satunya adalah mendirikan stasiun baru di Jakarta yang terintegrasi. Â

Lokasi stasiun baru yang hendak dibangun ialah menempati Stasiun Batavia Zuid, sehingga pada tahun 1923 stasiun ini ditutup. Sedangkan Stasiun Batavia Noord (Batavia Utara yang yang terletak di sebelah selatan Museum Sejarah Jakarta sekarang) tetap beroperasi sebagai stasiun sementara yang melayani penumpang dan barang sampai stasiun baru selesai. Â

Stasiun Jakarta Kota merupakan karya besar arsitek Belanda kelahiran Tulungagung - 8 September 1882 yaitu Frans Johan Louwrens Ghijsels yang dikenal dengan ungkapan Het Indische Bouwen yakni perpaduan antara struktur dan teknik modern barat dipadu dengan bentuk-bentuk tradisional setempat. Dengan balutan art deco yang kental, rancangan Ghijsels ini terkesan sederhana. Sesuai dengan filosofi Yunani Kuno, kesederhanaan adalah jalan terpendek menuju kecantikan. Siluet stasiun Jakarta Kota dapat dirasakan melalui komposisi unit-unit massa dengan ketinggian dan bentuk atap berbeda. Â

Dikutip dari halaman Heritage KAI, unit-unit massa Stasiun Jakarta Kota terbagi beberapa bagian. Unit massa kepala meliputi unit massa sayap, gerbang masuk utama dan peron. Ada unit massa menara (utama/depan, samping, dan gerbang samping). Konfigurasi massa bangunan linier secara keseluruhan membentuk huruf T. Â

Peron menggunakan rangka atap frame berbentuk butterfly shed (kupu-kupu) dengan penyangga kolom baja profil dipakai pada stasiun ini. Dinding bagian dalam hall diselesaikan dengan keramik berwarna coklat bertekstur kasar, sedangkan dinding luar bagian bawah seluruh bangunan ditutup dengan plesteran berbutir berwarna hitam. Â

Dinding yang sama pada concourse diselesaikan dengan ubin pola waffle berwarna kuning kehijauan. Lantai stasiun menggunakan ubin berwarna kuning dan abu-abu, dan untuk lantai peron dipakai ubin pola waffle berwarna kuning. Â

Atap barrel-vault yang digunakan pada stasiun Jakarta Kota terlihat jelas pada hall utama. Dinding bagian dalam hall diselesaikan dengan keramik berwarna coklat bertekstur kasar. Bukaan terbesar terdapat pada lunette yang berfungsi sebagai jendela. Lunette berbentuk busur semisirkular dengan unit bukaan vertikal sebanyak tujuh buah pada lunette utama. Â

Bukaan pintu pada Stasiun Jakarta Kota terbentuk akibat penggunaan kolom-kolom penyangga atap (kanopi) yang menghasilkan suatu unit massa sendiri. Pengolahan bidang di sekitar bukaan dengan penggunaan bata kerawang di atas pintu dan ubin waffle pada dinding bagian bawah serta daun pintu tambahan yang berfungsi sebagai pintu angin. Â