Jakarta - Hari ini 22 Juni diperingati sebagai HUT DKI Jakarta. Memasuki usia ke 495 tahun, yuk kita nostalgia dengan melihat potret Batavia atau Jakarta tempo dulu.
Picture Story
Potret Nostalgia Batavia Tempo Dulu

KanalΒ Molenvliet Batavia, 1935-1941. Trem melintas di depan Hotel des Galeries, di simpang yang kini dikenal dengan Harmoni.Β Tanggal 22 Juni 1527 ditetapkan sebagai tanggal berdirinya Kota Jakarta berdasarkan waktu terjadinya penaklukan Sunda Kelapa oleh Fatahillah dan pasukannya. Nama Sunda Kelapa lalu diganti menjadi Jayakarta. Peristiwa inilah yang diperingati sebagai hari ulang tahun Jakarta.Β Dok. djawatempodoeloe
Gedung Harmoni, setelah dihancurkan tahun 1985 menjadi bagian dari gedung Sekretariat Negara (Sekneg) yang pembangunannya dimulai pada masa Gubernur Jenderal Daendels (1808-1811), kemudian dilanjutkan penggantinya letnan gubernur Raffles pada masa Inggris (1811-1815). Raffles sendiri yang meresmikan gedung yang diarsiteki seorang putra Melayu pada 18 Januari 1815 untuk menghormati hari kelahiran Ratu Charlotte, istri Raja Inggris George III. Dok. djawatempodoeloe
Suasana Bundaran Hotel Indonesia pada tahun 1966.Β Dok. djawatempodoeloe
Suasana di sekitar Weltevreden, Jakarta 1925. Kata Weltevreden berasal dari bahasa Belanda yang berarti dalam suasana tenang dan puas. Wilayah ini adalah daerah tempat tinggal utama orang-orang Eropa di pinggiran Batavia. Letaknya kini di sekitar Sawah Besar, Jakarta Pusat. Dok. Collectie Tropenmuseum
Suasana Stasiun Tanjung Priok, Jakarta, pada tahun 1930-1940. Dok. Collectie Tropenmuseum
Pelabuhan Tanjung Priok tempo dulu, menjadi pelabuhan paling penting di Jakarta.Β Dok. Collectie Tropenmuseum
Pasar gambir lapangan Monas sekarang cikal-bakal PRJ. Pekan Raya Jakarta kini sudah dipindah ke kawasan Kemayoran Jakarta Pusat.Β Dok. Collectie Tropenmuseum
Istana Merdeka, awalnya istana ini digunakan sebagai tempat kediaman resmi Gubernur Jenderal Hindia Belanda hingga pada masa pendudukan Jepang di Indonesia.Β Dok. djawatempodoeloe
Gedung Kesenian Jakarta merupakan bangunan tua peninggalan bersejarah pemerintah Belanda yang hingga sekarang masih berdiri kokoh di Jakarta.Β Dok. djawatempodoeloe
Lapangan Banteng semasa masih bernama Waterlooplein, awal abad ke-20.Β Dok. djawatempodoeloe
Seorang penjual sasak keliling kampung saat Jakarta masih bernama Batavia. Dok. djawatempodoeloe
Jalan Merdeka Barat tahun 1920-an masih berdiri rumah-rumah pejabat Belanda sederet dengan Museum Gajah sekarang. Dok. djawatempodoeloe
Gerbang Amsterdam adalah gerbang sisa peninggalan benteng VOC semasa J.P. Coen. Gubernur Jenderal Gustaaf Willem baron van Imhoff (1743-1750) pernah merenovasi benteng bagian selatan termasuk gerbang Amsterdam. Lokasi gerbang tersebut berada di persimpangan Jalan Cengkeh, Jalan Tongkol menghadap Gedung Fathillah. Dok. djawatempodoeloe
Suasana kali di Tanah Abang sekitar tahun 1930-an. Dok. djawatempodoeloe
Stasiun Gambir sekitar tahun 1940-an. Dok. djawatempodoeloe
Lapangan Banteng dulu dihiasi menara peringatan kebebasan belanda atas pendudukan perancis, menara itu kini dipindahkan ke museum prasasti. Dok. djawatempodoeloe
Tukang sol sepatu saat Jakarta masih bernama Batavia. Dok. djawatempodoeloe
Pasar Meester Cornelis, letaknya ada di Jalan Jatinegara Barat. Pasar itu kini lebih dikenal sebagai Pasar Jatinegara.Β Dok. djawatempodoeloe
Jakarta tempo dulu juga sudah dilengkapi angkutan massal Trem yang melintas di kawasan pasar Senen, Cikini, Hingga Jakarta Kota.Β Dok. djawatempodoeloe
Suasana Jalan Menteng Raya arah Cikini sekitar tahun 1955.Β Dok. djawatempodoeloe
Bataviaasch Genootschap pada tahun 1870 adalah cikal bakal Museum Nasional yang juga dikenal dengan Museum Gajah. Dok. Collectie Tropenmuseum
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!