Jakarta -
Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.
Museum Kereta Api Sawahlunto dibangun pada tahun 1918, merupakan stasiun kereta api pengangkutan batu bara dari Sawahlunto ke Pelabuhan Emmahaven (Teluk Bayur)
|
Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.
Museum Gudang Ransum yang dibangun pada tahun 1918, merupakan kawasan dapur umum yang dilengkapi dengan dua buah gudang besar dan power stroom (tungku pembakaran), diresmikan sebagai Museum Goedang Ransum pada 17 Desember 2005 oleh Bapak Jusuf Kalla
|
Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.
Masjid Nurul Iman Masjid ini dulunya merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang dibangun pada 1894
|
Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.
Bangunan peninggalan industri tambang batu bara sejak masa penjajahan Belanda
|
Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.
Hotel Ombilin
|
Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.
Gereja St Barbara digunakan sebagai sarana ibadah kalangan Eropa dan pegawai tambang hingga sekarang ini berfungsi sebagai peribadatan umat Katholik
|
Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.
Gedung Pusat Kebudayaan Sawahlunto dibangun pada tahun 1910 dengan nama Gluck Auf
|
Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.
Wisma Ombilin atau rumah dinas dokter, merupakan rumah dinas pejabat tambang dan dokter Ombilinmijnen Hospitaal
|
Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.
Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.Dahulu Sawahlunto di Sumbar dikenal sebagai kota penghasil batubara. Usai masa jaya, sejumlah bangunan peninggalan pejajah Belanda masih tegak berdiri di sudut kota.
(travel/travel)
Komentar Terbanyak
Tak Lagi Jadi Menkeu, Sri Mulyani Sibuk Liburan ke Yogya
Kisah Pengkhianat Mataram, Makamnya Diinjak-injak Orang Setiap Hari
Desa Cantik Tempat El Rumi Melamar Syifa Hadju