Selat Bosphorus di Istanbul, Turki menawarkan wisata cruise menyusuri selat yang menghubungkan Eropa dan Asia itu. Di atas kapal, wisatawan ditawari kesempatan berfoto ala Sultan Turki dan permaisurinya di zaman dahulu.
Berada di dua benua, Asia dan Eropa, Turki disatukan oleh Selat Bosphorus di Istanbul. detikTravel berkesempatan menyusuri selat yang diapit Laut Merah di sebelah utara dan Marmara di selatan itu dengan cruise yang disewa khusus oleh manajemen Shafira Corporation (Shafco), akhir pekan kemarin. Rombongan yang dipimpin Komisaris Shafco meluncur dari Pelabuhan Iskelesi yang letaknya tak jauh dari Istana Dolmabache sekitar pukul 09.00 waktu setempat. Sinar mentari pagi di musim panas terasa hangat berpadu dengan angin yang berembus cukup bersahabat. Hal mengagumkan yang langsung terasa adalah kebersihan air laut. Nyaris tak terlihat sebutir sampah pun di sana.
Di kanan-kiri perairan, terlihat bangunan-bangunan yang berada tidak hanya di sisi laut tapi juga kita bisa melihat rumah-rumah yang terletak di bukit-bukit. Tidak lama setelah Galata Tower, terlihatlah Dolmabahce Palace yang sangat megah dan indah. Juga jembatan yang menghubungan daratan Turki sisi Asia dan Eropa.
Sejak zaman kejayaan Yunani sebelum era Byzantium dan Usmaniyah, Bosphorus telah menjadi bandar rempah yang ramai. Kawasan ini juga menjadi jalur yang strategis untuk menaklukkan wilayah pendudukan di Asia kecil seperti kisah Homer tentang perang Trojan.
Hanya beberapa menit saja detikTravel maupun rombongan Franchiser Zoya tahan duduk manis di dalam kabin. Satu persatu kami mulai mengabaikan embusan angin pagi, menuju lantai atas kapal yang terbuka. Tanpa komando, semuanya saling berpose dan berfoto dengan latar belakang yang dikehendaki masing-masing.
Ada yang menjadikan daratan Eropa dengan latar Pulau Galatasaray dan Galata Tower, Benteng Rumeli yang kokoh dihiasi pohon-pohon rindang, dan Istana Ciragan bergaya arsitektur Eropa. Ada juga yang memilih daratan Asia dengan masjid-masjid megah, dan Yale (rumah-rumah peninggalan abad ke-17 dan ke-18) di pinggir laut yang harganya konon mencapai jutaan Euro alias ratusan miliar rupiah.
Pada akhirnya kami semua bisa menikmati latar kedua sisi, karena cruise yang kami tumpangi selama satu setengah jam melakukan perjalanan memutar di bawah jembatan Bhosporus. Di wilayah Eropa, pancang kaki jembatan Bosphorus berada di wilayah Ortakoy, sementara di Asia berpijak di kawasan Beylerbeyi. Dua insinyur dari Inggris, Sir Gilbert Roberts dan William Brown merancang jembatan yang dibangun pada era Sultan Abdul Hamid II berkuasa.
Di tengah perajalan, pasangan rombongan Franchiser Zoya berdandan ala sultan dan permaisuri ala Kesultanan Ottoman. Seorang fotografer yang merupakan anggota tim kapal cruise mengabadikan mereka satu persatu dan berpasangan. Sebelum kapal benar-benar merapat kembali, tiga pemandu wisata kami muncul bergaya permaisuri dengan iringan musik. Ketiganya berlenggak-lenggok dan mengajak kami menari bersama.
(krn/fay)
Komentar Terbanyak
PHRI Bali: Kafe-Resto Putar Suara Burung Tetap Harus Bayar Royalti
Traveler Muslim Tak Sengaja Makan Babi di Penerbangan, Salah Awak Kabin
Kronologi Penumpang Lion Air Marah-marah dan Berteriak Ada Bom