Selain disebut kota merah, Marrakesh juga dikenal dengan julukan kota seribu benteng dan seribu kedai kopi. Tidak sulit menemukan dua bangunan tersebut di Marrakesh.
Benteng-benteng di Marrakesh masih tegak berdiri kendati berupa bangunan kuno. Benteng-benteng itu awalnya dibangun mengelilingi kota Marrakesh. Tapi kemudian kota berkembang sehingga saat ini ada area pemukiman dan aktivitas lain di luar benteng.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Minum kopi kan salah satu budaya orang Marrakesh, bisa jadi dari zaman Berber. Buat kami minum kopi itu bremanfaat bisa menumbuhkan daya ingat," kata Mehdi, pemilik Mescafe yang ada di area medina.
Menurut Mehdi, kafe miliknya dan kafe-kafe di tempat lain relatif tak pernah sepi. Apalagi jika tengah pekan dan akhir pekan saat ada jadwal pertandingan klub favorit sebagian besar orang Marrakesh: Barcelona dan Real Madrid.
Di beberapa tempat, harga kopi bisa 1-4 dirham lebih mahal dari biasanya. Sebagai gambaran, kopi di salah satu kafe di kawasan Makhbazah Iyurli Daudiad dibanderol dengan nominal 7 dirham di hari-hari tanpa Barcelona dan El Real. Tapi, saat ada pertandingan harganya bisa sampai 11 dirham.
"Jangan datang beberapa saat sebelum pertandingan, bisa tidak dapat tempat duduk. Kebanyakan mereka sudah datang tiga jam sebelum pertandingan," ujar dia.
Perebutan kursi di kafe bisa makin sengit ketika laga El Clasico bergulir. Aturan di kafe pun berubah. Kebanyakan cafe hanya akan menjual satu jenis minuman: minuman botol dengan merek seragam.
Β
"Kami harus berlangganan tv kabel untuk bisa nonton siaran langsung dan itu mahal. Lagipula kalau nonton bareng-bareng kami lebih dapat suasananya," kata Mehdi, salah satu pengunjung.
(Femi/detikTravel)
(rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol