Istilah 'beauty is pain' layak disematkan wisatawan pada wanita Suku Mursi di Ethiopia. Cantik bagi mereka, adalah bibir bagian bawah dilubangi dan dimasukan piring.
Cantik itu menyakitkan, begitu biasanya yang dibilang oleh para wanita. Harus perawatan maksimal dengan biaya besar dan tak sedikit harus menahan rasa sakit. Namun bagi wanita suku Mursi di Ethiopia, cantik benar-benar menyakitkan dalam arti kata sebenarnya.
Dirangkum detikTravel dari situs Mursi Online yang digagas University of Oxford, Departement of International Development, Selasa (5/4/2016) Suku Mursi atau juga disebut Suku Omo tinggal di kawasan lembah dan dekat Sungai Omo di bagian selatan Ethiopia. Kawasannya disebut Omo Valley yang berjarak 438 km dari ibukota Ethiopia, Adis Ababa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wanita suku Mursi dengan piring di bibirnya (Mindia Midelashvili/Youtube)
Bagi pria Suku Mursi, wanita yang seperti itu adalah wanita yang cantik. Piringan di bibir, ternyata sudah menjadi simbol kecantikan bagi wanita Suku Mursi sejak ratusan tahun lamanya. Sekaligus, simbol kedewasaan seorang wanita dan siap untuk dinikahkan. Bagi wanita yang tidak memiliki itu, dicap sebagai pemalas dan akan dikucilkan.
Bahkan semakin besar ukuran piringnya, semakin besar mas kawin yang harus diberikan pihak pengantin pria. Maka jangan heran, melihat wanita dengan piring di bagian bibirnya saat bertualang ke Omo Valley. Jumlah populasi mereka, sebanyak 10.000 jiwa.
Cara memasukan piring ke dalam bibir
Piring yang dimasukan ke bibir wanita suku Mursi tersebut, terbuat dari tanah liat. Diameter piringnya, rata-rata 10 cm dengan yang paling besar bisa mencapai 20 cm. Mungkin Anda bertanya-tanya, bagaimana cara memasukan piring ke dalam bibirnya?
Para wanita yang hendak dimasukan piring ke dalam bibirnya harus berusia 15-17 tahun atau sudah mengalami masa puberitas. Kemudian, sang orang tua dari gadis itu akan membuat lubang terlebih dulu di bagian bawahnya.
Menarik bibir bagian bawah dan melubanginya (Pere Herms/Youtube)
Ibunya sudah menyiapkan alat semacam pisau kecil yang tajam. Lalu sang ayah, bertugas untuk menahan badan dan menutup mata si gadis dan menanangkannya. Setelah pisaunya dirasa sudah tajam, barulah bibir bagian bawah ditarik dan dilubangi sampai tembus, seperti ditindik.
Darah segar akan mengalir dari bibir si gadis tersebut. Belum selesai, batang bambu berukuran kecil akan dimasukan ke bagian yang telah dilubangi. Si Gadis harus menahan rasa sakit, bahkan sampai menangis.
Memasukan bambu ke dalam lubangnya, kemudian setelah elastis dimasukan piring (Pere Herms/Youtube)
Beberapa hari kemudian, bambu yang ada di lubang bagian bawah bibirnya akan diganti dengan piring yang ukuran kecil. Bulan berganti bulan, piringannya akan diganti dengan ukuran yang lebih besar. Lubang di bagian bawah bibirnya yang elastis dan akan mampu memuat ukuran piring yang makin besar. Jika piringnya diganti atau dicabut, bibirnya bolong.
Beginilah jika bibirnya sudah bolong dan bisa dimasukan piring (DavidWilling/Youtube)
Wanita suku Mursi mempraktekan cara memasukan piring ke bibir (DavidWilling/Youtube)
Ukuran dari piringan tiap wanita berbeda-beda. Saat sudah menikah, para wanita pun memakai piringan yang diberikan oleh suami. Tradisi ini terus dilakukan oleh Suku Mursi sampai sekarang dan terus dilakukan kepada generasi-generasi mudanya.
Bagi kita, tradisi mereka yang menganggap simbol kecantikan berupa piring besar di bibir mungkin sedikit aneh. Tapi bagi Suku Mursi, itu adalah suatu kecantikan identitas dan lambang kedewasaan seorang wanita. Jadi sepertinya, cantik memang benar-benar menyakitkan untuk mereka ya...
(rdy/rdy)
Komentar Terbanyak
Forum Orang Tua Siswa: Study Tour Ngabisin Duit!
Pendemo: Dedi Mulyadi Tidak Punya Nyali Ketemu Peserta Demo Study Tour
Study Tour Dilarang, Bus Pariwisata Tak Ada yang Sewa, Karyawan Merana