Malam melarut di Gion, Kyoto, Jepang. Rumah-rumah asli Jepang masih berdiri kokoh di salah satu sudut di Kyoto ini. Di antara ribuan turis, beberapa perempuan berwajah putih pucat berjalan cepat-cepat.
detikTravel berkesempatan mengunjungi Gion pada Sabtu (19/1) malam kemarin. Setelah puas keliling kawasan tua Kyoto, saya dan rombongan bisa menghabiskan waktu selepas gelap di sepanjang Gion.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Geisha merupakan profesi unik yang berjalan ratusan tahun di Jepang. Dalam bahasa Jepang, Geisha berarti 'orang seni' atau orang yang terampil dalam seni tradisional Jepang seperti musik, tari, menyanyi, dan upacara minum teh. Namun dalam perjalanannya, Geisha memiliki perkembangan makna seperti wanita penghibur.
Bagi yang ingin melihat langsung Geisha, harus sabar menunggu sebab mereka baru muncul di kawasan itu sekitar pukul 18.00 waktu setempat. Di dalam keremangan gelap, mereka berjalan cepat menuju rumah makan. Pilih hari weekend atau saat musim liburan agar bisa lebih beruntung melihat langsung mereka.
Di antara mereka ada yang diantar langsung menggunakan taksi mewah dan turun tepat di depan pintu masuk tempat makan. Dalam hitungan detik, mereka bergegas memasuki tempat makan itu.
Tak sedikit turis yang langsung mengambil kamera dan memfoto mereka. Tanpa ekspresi, Geisha yang telah ada sejak ratusan tahun lalu itu tidak akan menanggapi kamera yang menuju mereka. Geisha-Geisha itu tidak akan menutup muka atau marah, asal pengunjung memberi mereka jalan dan tidak mengganggu.
Muka mereka datar, tanpa ekspresi. Bedak putih tebal yang menutup mukanya tidak berkerut sama sekali. Tak ada senyum, tak ada lirikan mata. Baju kimono lengkap menambah anggun jalan mereka yang bergegas dengan langkah sangat cepat.
Nah, bagi yang ingin tahu seni tradisional Jepang, di Gion terdapat gedung seni Gion Corner. Untuk pentas reguler, pengunjung dapat menonton pada pukul 17.00 dan 19.00 waktu setempat.
Dalam satu kali pentas, akan ditampilkan enam kesenian tradisional seperti pesta minum teh, Noh, Kabuki dan Bunraku. Pentas per acara yang aslinya memakan waktu lama itu semuanya dikemas dalam durasi kurang dari 2 jam.
Untuk menontonnya dikenakan tiket 2.500 Yen atau sekitar Rp Rp 295 ribu. Harga yang pantas untuk melihat kesenian Jepang yang telah muncul dari abad ke-15 silam. (aff/fay)
Komentar Terbanyak
Wisatawan Bekasi Dicegat Akamsi Cianjur, Pemkab Jamin Wisata Aman dan Nyaman
Tak Lagi Jadi Menkeu, Sri Mulyani Sibuk Liburan ke Yogya
Wisatawan Bekasi Dicegat Akamsi Cianjur, Polisi Mediasi