Diintip detiktravel dari Reuters, Jumat (18/8/2017), sebuah suku di pedalaman Lembah Rift Kenya memiliki ritual menuju dewasa bagi kaum laki-lakinya. Suku ini bernama Pokots.
Suku Pokots memiliki sebuah upacara yang menandai gerbang kedewasaan bagi para lelakinya. Upacara ini disebut Sapana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Upacara Sapana merupakan ritual yang dinanti-nanti oleh lelaki Pokots. Karena, setelah melalui upacara ini, si pria baru bisa diterima duduk di kalangan sepuh atau tetua adat.
Upacara ini akan dilakukan pada lelaki umur 18-20 tahun. Namun pria berumur 30 tahun pun bisa mengikuti Sapana asalkan sebelumnya ia sama sekali belum melewati ritual ini.
Karena ritual ini dianggap mahal. Sehingga keluarga perlu menyiapkan banteng, di mana hewan ini dianggap sangat berharga di kalangan masyarakat.
Sapana akan dilakukan saat subuh. Petang sebelum hari H, masyarakat akan mengadakan api unggun. Masyarakat akan mengadakan tarian dan nyanyian sepanjang malam. Namun para pria muda harus tinggal di dalam rumah untuk melakukan inisiasi esok harinya.
Saat matahari terbit, lelaki yang mau dianggap dewasa akan mengambil tombak dan menusuk leher banteng yang telah disiapkan. Caranya pun tidak sembarangan.
![]() |
Banteng yang mati dalam sekali tusukan akan dinilai mencoreng kehormatan banteng yang kuat. Sehingga pria yang memegang tombak harus menusukkannya beberapa kali.
Darah yang mengucur dari leher akan ditampung dengan wadah yang sudah di siapkan. Nantinya darah akan simpan dan disajikan dengan susu. Ini adalah makan khas favorit orang Pokots. Tapi ritual ini belum selesai.
Pemuda lokal akan membuka badan banteng dan mengeluarkan bagian dalam banteng secara bergantian dan memakan darah yang menggumpal.
Pria muda haruslah mengambil tempat dalam bentuk setengah lingkaran. Mereka harus menunggu bagian-bagian banteng tersebut dimasak dan disajikan kepada mereka. Para wanita dan anak-anak hanya boleh melihat dari kejauhan.
![]() |
Isi perut banteng akan digunakan sebagai tahap terakhir dari inisiasi ini. Pria muda akan ditelanjangi dan di lumuri dengan isi perut banteng oleh tetua adat.
Ritual ini adalah segel bagi pria muda untuk menjadi dewasa dan tidak kembali menjadi anak-anak. Inilah saatnya pria muda sampai di tahap dewasa dan tetua adat memberikan status baru kepada mereka.
"Baru setelah itu dia bisa berbicara dengan sesepuh," katanya. "Sebagai gantinya (dia akan) didengarkan dan dihormati," kata Hassan Tepa, seorang tetua.
Ritual ini juga seringkali menjadi penanda kesiapan menikah seorang lelaki muda Pokots. Pria Pokots pun boleh memiliki lebih dari satu istri. (bnl/aff)
Komentar Terbanyak
Bisa-bisanya Anggota DPR Usulkan Gerbong Rokok di Kereta
Turis China Serang Petugas Imigrasi, Jilbab Ditarik Sampai Lepas
Kagetnya Hotel Syariah di Mataram, Putar Murotal Ditagih Royalti Rp 4,4 Juta