Dilansir detikTravel dari beragam sumber, Kamis (26/4/2018) ritual ini bernama Pong Sang Long. Ritual umat Budha ini dapat dilihat di Pegunungan Mae Hong Son, perbatasan utara Thailand.
Ritual ini dilakukan oleh anak laki-laki yang berusia 7-14 tahun. Adapun tujuannya adalah untuk menjadikan si anak laki-laki ini menjadi orang baru atau terlahir kembali (calon biksu).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() Ritual di awali dengan mencukur rambut (Jorge Silva/Reuters) |
Ritual ini berlangsung selama tiga hari dan biasanya diikuti oleh sekitar 50 anak. Di hari pertama rambut mereka akan dicukur, kemudian mereka bermandi air bunga.
![]() Peserta ritual diperlakukan seperti pangeran (Jorge Silva/Reuters) |
Setelah itu mereka akan dipakaiakan pakaian pakaian berwarna dan dipoleskan make up. Benar-benar didandani seperti seorang pangeran. Serta pada malam harinya mereka akan melakukan ritual doa malam untuk membimbing dan memberkati para roh.
BACA JUGA: Ritual Menari dengan Orang Mati
Semenjak hari pertama ritual, anak-anak ini telah diyakini sebagai orang yang telah diberkati. Mereka tidak diizinkan untuk menginjak tanah atau berjalan sendiri. Mereka kalau ingin bepergian nantinya akan digendong oleh ayah atau pihak keluarganya.
![]() Peserta ritual berkunjung ke rumah saudara untuk berdoa (Jorge Silva/Reuters) |
Di hari berikutnya, para pangeran akan berkunjung ke rumah sanak saudaranya untuk berdoa bagi mereka. Serta dua hari terakhir mereka akan diarak, diiringi musik-musik, menaiki kuda atau menaiki pundak keluarganya dan menjadi bagian dari pawai yang cukup meriah. Mereka pun di arak beramai-ramai menuju kuil.
Seminggu setelah pawai, para calon orang suci atau pendeta ini nantinya akan tinggal di sebuah kuil selama 2 bulan. Mereka akan mempelajari kitab Budha.
![]() |
Untuk melaksanakan dan dapat mengikuti ritual ini, dibutuhkan banyak dana. Karena selama ritual tidak hanya menggenakan pakaian seperti pangeran saja, di sini juga ada pesta keluarga, pembagian hadiah, dan pemberian persembahan untuk Sang Budha (makanan, musik, dan doa).
Semua kalangan bisa mengikuti ritual ini. Bahkan dari keluarga kurang mampu pun rela mengikuti ritual dan menabung dan menjual barang berharga mereka demi mengikutsertakan putra mereka karena ritual ini bergengsi. (sym/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!