Ada sebuah danau di Distrik Chamoli, wilayah Uttarakhand di sebelah utara India yang masuk dalam kawasan Pegunungan Himalaya dan diberi nama Roopkund. Nama ini memiliki arti danau misterius.
Berjarak sekitar 350 km dari Kota New Delhi, danau https://www.detik.com/tag/danau/ ini berada di ketinggian 5.000 mdpl. Dihimpun detikTravel dari berbagai sumber, Kamis (5/7/2018) inilah kisah misteriusnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di balik jernihnya air, ada banyak tengkorak manusia yang berserakan. Kira-kira 300 tengkorak.
Saking banyaknya tengkorak, danau ini mendapat julukan kuburan massal. Banyak yang berpendapat mereka adalah korban longsoran salju atau jenazah dari tentara Jepang yang masuk ke India.
Barulah tahun 2004 dilakukan ekspedisi gabungan dari berbagai negara. Dari penelirian ini diketahui bahwa tengkorak-tengkorak ini berasal dari abad ke-9, berdasarkan tes DNA.
BACA JUGA: Himalaya dan Everest, Atap Dunia dan Tempat Paling Berbahaya di Bumi
Selain itu, diketahui pula ada dua kelompok dari tengkorak-tengkorak ini. Kelompok pertama adalah satu keluarga atau suku, sedangkan yang lainnya adalah penduduk lokal yang berkerja sebagai pemandu atau porter.
Hal ini berdasarkan bukti berupa cincin, tombak, sepatu kulit dan tongkat bambu yang ditemukan di sekitar tengkorak. Menurut ahli, tengkorak yang berasal dari satu keluarga sedang melakukan ziarah melalui lembah yang dibantu oleh penduduk setempat sebagai pemandu.
Alasan kuat mengapa mereka bisa meninggal bersamaan adalah adanya benturan keras berupa benda tumpul di kepala. Benda tumpul ini bukanlah serangan, namun hujan es yang seukuran bola baseball atau longsoran salju.
Kondisi tengkorak masih terjaga dengan baik karena adanya suhu dingin yang menyelimuti lembah tersebut. Namun menurut cerita masyarakat, Sang Dewi penjaga gunung marah kepada pendatang, sehingga mereka diberi sanksi berupa batu atau salju. (rdy/fay)












































Komentar Terbanyak
Foto Tumpukan Kayu Gelondongan di Pantai Padang dan Danau Singkarak
Hutan Sumatera Dicap 'Merah' UNESCO, Kerusakan Lingkungan Mencemaskan
Temuan Kemenhut Soal Kerusakan Hutan Sumatera, Bukan Cuma Faktor Cuaca