Sebagai kota pelabuhan terbesar di Laut Merah, Jeddah memiliki sejarah yang panjang. Berbeda dengan Riyadh -- Ibukota Arab Saudi -- yang lebih difokuskan untuk pemerintahahan, Jeddah sejak dulu merupakan tumpuan perdagangan negeri ini bahkan sebelum masa Kerajaan Saudi Arabia pimpinan dinasti Saud dibentuk.
Lokasi Jeddah yang strategis menjadikan dia sebagai jalan masuk para pedagang dari Asia, Eropa maupun Afrika. Jeddah juga merupakan gerbang masuk bagi para jemaah haji dari berbagai dunia di masa lalu, yang menempuh perjalanan menggunakan kapal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Di kawasan Al Balad, ada sebuah bangunan bernama Bayt Nasseef yang pernah begitu populer. Bangunan yang didirikan pada tahun 1872 ini didirikan untuk gubernur Omar Nasseef Efendi.
Ketika raja Abdulaziz Ibn Saud menaklukkan Jeddah dan masuk ke kota ini pada Desember 1925, dia tinggal di Bayt Nasseef. Di rumah ini, Saud menerima berbagai tamu kerajaan dan melakukan perjanjian-perjanjian perang maupun politik.
BACA JUGA: Tempat Ini Ada di Arab Saudi, Percaya?
Di sisi lain Al Balad, ada juga bangunan lain yang dulunya dijadikan tempat menginap sementara waktu oleh pedagang maupun jemaah haji. Termasuk jemaah haji dari Indonesia.
![]() |
Dikutip dari berbagai sumber, jemaah haji di masa lalu beberapa di antaranya banyak yang memilih menetap terlebih dahulu di Jeddah. Begitu masuk ke bulan-bulan haji, mereka baru bergerak dari Jeddah ke kota Mekah yang berjarak 86 Km.
"Di sini dulu jemaah haji kita sempat tinggal sebelum ke Mekah," ujar Kepala Seksi Media Center Haji Daerah Kerja Mekah di Al Balad, Minggu (2/9/2018).
Al Balad mulai ditinggalkan oleh aktivitas bisnis di Jeddah mulai tahun 1970-an setelah booming imbas dari perdagangan minyak di Arab Saudi. Para pegiat ekonomi memilih beraktivitas di sisi utara kota, tak lagi di Al Balad.
![]() |
Pada tahun 1991, pemerintah Kota Jeddah mendirikan the Jeddah Historical Preservation Society untuk melindungi aspek historis yang ada di Al Balad. Lalu pada tahun 2009, Al Balad diajukan oleh Kerajaan Arab Saudi untuk dimasukkan ke dalam daftar UNESCO's World Heritage. Proposal Saudi ini disetujui oleh UNESCO pada 2014.
Masih di kawasan Al Balad ini, ada juga pusat perbelanjaan dengan nama yang sama. Dia menjadi favorit bagi jemaah haji dan umrah untuk membelikan oleh-oleh bagi kerabat. Bahkan nama Al Balad sebagai pusat perbelanjaan lebih populer ketimbang Al Balad si kota kuno. Bagi jemaah haji atau umrah yang sedang berada di pusat perbelanjaan Al Balad, tak ada salahnya melipir sejenak ke kota kuno di sebelahnya. (fjp/aff)
Komentar Terbanyak
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol