Kisah Usaha Kertas Tahun Baru Imlek yang Mulai Ditinggalkan di China

Yuk ceritain perjalananmu dan bagikan foto menariknya di sini!
bg-escape

Laporan dari China

Kisah Usaha Kertas Tahun Baru Imlek yang Mulai Ditinggalkan di China

Bona - detikTravel
Kamis, 03 Jan 2019 19:30 WIB
Yang Mei Jie, pengrajin Kertas Tahun Baru (Bonauli/detikTravel)
Weifang - Kertas Tahun Baru Imlek menjadi bagian penting bagi warga China. Usaha ini sudah dilakukan dari generasi ke generasi, namun kini mulai ditinggalkan.

Kota Weifang di Provinsi Shandong , China menjadi daerah yang eksotis bagi turis domestik. Suasana kotanya yang tenang dan romantis kerap jadi pilihan favorit para pasangan untuk berfoto prewedding.

Seperti saat dikunjungi detikTravel bersama Dwidaya Tour pekan lalu, kota ini begitu menyenangkan. Masuk ke musim dingin, kota ini malah makin romantis dengan guguran daun pohon dedalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak jauh dari kota, terdapat sebuah legendaris bernama Yangjiabu. Desa ini dulunya ditempati oleh keluarga China bermarga Yang. Kini desa ini dibuat menjadi kawasan wisata dengan grade AAAA.

Dari desa inilah dulu lahir layangan pertama dan kertas Tahun Baru di China. Usaha ini terus dilanjutkan dari generasi ke generasi. Salah satu pekerja Kertas Tahun Barunya bernama Yang Mei Jie.

Yang Mei Jie lahir tahun 1963, kini usianya 65 tahun. Yang Mei mulai melanjutkan usaha ini sejak usia 20 tahun. Kalau dihitung, Yang Mei sudah mengabdi selama sekitar 40 tahunan.

 (Bonauli/detikTravel) (Bonauli/detikTravel)


Ini membuatnya begitu terampil dalam pembuatan Kertas Tahun Baru. Ia sanggup mengerjakan 100 kertas dengan 6 kali pengulangan proses pewarnaan dalam sehari. Kalau ditotal, Yang Mei mengerjakan 600 kali proses pewarnaan. Wah!

Saat itu hanya Yang Mei yang terlihat berkerja di workhop Kertas Tahun Baru Yangjiabu. 2 Orang lainnya sedang cuti. Yang Mei terlihat begitu luwes dalam membalikkan dan mewarnai Kertas Tahun Baru.

Dalam kesehariannya, Yang Mei bekerja dari pagi hingga malam untuk penghujung tahun. Namun di hari biasa, Yang Mei hanya bekerja setengah hari.

(Bonauli/detikTravel)(Bonauli/detikTravel)


Teman pengrajin lainnya pun demikian. Mesti sedang libur, diketahui bahwa pengrajin lainnya berumur tak jauh dari Yang Mei.

"Bisa dilihat semua pekerja di sini, pengrajin Kertas Tahun Baru dan layangan biasanya adalah orangtua," ujar Dennis dari China Internasional Travel Service (CITS).

Hal ini dikarenakan sudah sangat jarang pemuda yang mau melanjutkan usaha ini. Biasanya pemuda dari desa ini akan keluar kota untuk mencari pekerjaan yang lebih menjanjikan.

Situasi ini bukanlah hal yang baru. Sehingga kian kemari, Desa Yangjiabu hanya diisi oleh orang-orang tua.

"Para pemudanya menginginkan pekerjaan yang lebih baik ke kota, biasanya Beijing atau Shanghai," jelas Dennis yang menjadi penerjemah.

Di balik persaingan grade pariwisata yang ketat, Desa Yangjiabu harus tetap bertahan dan mulai ditinggalkan oleh generasi muda.

Semua hasil dari penjualan Kertas Tahun Baru dikembalikan untuk pelestarian desa wisata. Mereka menjualnya langsung atau melalui pemasaran ke berbagai kota.

(Bonauli/detikTravel)(Bonauli/detikTravel) Foto: undefined



(bnl/fay)

Hide Ads