Kerja di kantor dari balik kubikel selama delapan jam masih menjadi konsep kerja umum di Indonesia. Hanya seiring dengan menjamurnya startup dan kaum milenal yang kian mobile, perlahan pekerjaan mulai dikerjakan secara mobile.
Konsep kerja yang fleksibel itu pun mulai diikuti oleh institusi sekelas negara seperti Badan Kepegawaian Negara (BKN). Baru-baru ini institusi tersebut sempat mewacanakan agar PNS boleh bekerja mobile dari rumah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir detikcom dari situs BBC, Selasa (13/8/2019), Finlandia merupakan negara yang memiliki banyak perusahaan IT atau teknologi. Tidak heran kalau konsep kerja mobile atau fleksibel cukup populer di sana.
Diketahui, konsep kerja seperti itu telah berlangsung selama lebih dari dua dekade. Berawal dari Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Ekonomi Finlandia tahun 2011 tentang aturan jam kerja, para pekerja diperkenankan menyesuaikan jam kerja mereka dengan mulai atau pulang lebih awal tiga jam atau setelahnya.
![]() |
Perlahan, konsep kerja itu mulai diadopsi oleh sejumlah perusahaan dan negara lain di dunia. Sejumlah nama perusahaan global ternama seperti Virgin group, PwC hingga Dixon Carphone mulai ikut menerapkaanny. Termasuk negara persemakmuran seperti Australia dan Inggris.
Hanya tidak berhenti sampai di situ, Finlandia juga telah memperbarui aturan kerja mereka. Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Ekonomi Finlandia terbaru, terhitung tahun 2020 para pekerja tetap akan mendapat kebebasan untuk menentukan kapan dan dari mana mereka bekerja selama kurang lebih setengah jam kerja mereka.
"Ini adalah tentang bagaimana kita beradaptasi pada dunia modern," ujar seorang PNS senior dari Kementerian Tenaga Kerja dan Ekonomi Finlandia yang ikut menyusun aturan tersebut, Tarja Kroger.
Melalui aturan baru tersebut, dalam seminggu para pekerja diharapkan dapat bekerja selama total 40 jam. Total waktu bekerja itu pun dapat diselesaikan baik dari kantor, kedai kopi maupun di rumah sambil mengurus anak.
![]() |
Hal itu pun didukung oleh ketersediaaan wiFi dan teknologi cloud yang memungkinkan setiap orang untuk bekerja dari mana pun seperti bekerja di kantor.
Efektif atau tidak?
Konsep kerja fleksibel seperti Finlandia dijelaskan Tarja dapat meningkatkan efisiensi sekaligus kualitas hidup yang lebih baik bagi para pekerjanya.
"Para pekerja jadi lebih produktif dengan konsep kerja seperti itu, di mana mereka dapat mengatur waktu mereka di kantor dan di rumah. Termasuk menyesuaikan dengan berbagai keperluan lain," ujar Tarja.
Menurut laporan dari perusahaan teknologi Inggris HSBC, sekitar 9% responden mengaku kalau konsep kerja fleksibel jadi motivasi bagi mereka untuk meningkatkan produktivitas mereka.
![]() |
Sedangkan menurut penelitian dari perusahaan riset AS TINY Pulse tahun 2016, para pekerja mobile cenderung merasa lebih bahagia dan dihargai ketimbang pekerja kantoran tradisional.
Sebuah bentuk kepercayaan
Konsep kerja fleksibel juga turut tercipta sebagai hasil dari tingginya budaya percaya yang dianut masyarakat Finlandia. Baik dari tingkat negara, kantoran hingga kelas pekerjanya.
Study dari Eurobarometer menyebutkan, kalau rasa percaya orang Finlandia pada masyarakatnya lebih tinggi dari negara manapun di Eropa. Menurut Profesor Eero Vaara dari Universitas Bisnis Aalto, budaya itu tercipta dari kesetaraan dan keamanan finansial yang mengakibatkan tingginya rasa percaya diri institusi.
"Hal itu berakar pada sejarah, sesuatu yang orang terbiasa. Bukan sesuatu yang tiba-tiba muncul selama dekade terakhir atau terkait perubahan pada pola kerja kami," terang Eero.
Dalam dunia kerja, rasa percaya itu berbuah pada izin kerja bagi karyawan yang ingin bekerja dari rumah atau pada waktu berbeda. Tentunya hal itu juga didasari rasa percaya, kalau pekerja bersangkutan tidak akan mangkir dari kerjaan.
BACA JUGA: Jepang, Si Negara yang Kurang Tidur
Itu sedikit cerita dan latar belakang tentang konsep kerja fleksibel dari Finlandia. Di Indonesia, konsep kerja fleksibel mulai digemari dengan menjamurnya Coworking Space dan kedai kopi.
Apabila pola kerja seperti ini luas diterapkan di Indonesia atau Jakarta untuk lingkup yang lebih kecil, bukan tak mungkin kalau nantinya jalanan akan sepi karena pekerjanya banyak bekerja dari rumah. Mungkin juga langit Jakarta akan biru kembali seperti sediakala atau seperti saat momen Lebaran.
(wsw/aff)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Brasil Ancam Seret Kasus Kematian Juliana ke Jalur Hukum