Di Turki, istilah ini mengacu pada sistem bayar di muka -- bayar dua kali lipat sekarang untuk "menabung" di kemudian hari. Tradisi askida ekmek, yang secara spesifik mengacu pada pembayaran menggunakan roti, sudah berlangsung selama berabad-abad.
Sebagaimana dirangkum dari BBC, askida ekmek berarti roti "di gantungan" atau "roti yang ditangguhkan". Askida ekmek rupanya berasal dari ajaran Islam, yang memang banyak dipeluk oleh masyarakat Turki.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas, bagaimana cara kerja dari askida ekmek ini? Ketika datang ke sebuah toko roti, masyarakat setempat akan membayar seharga dua potong roti walaupun cuma membeli satu. Ketika membayar, mereka memberitahu penjualnya kalau satu dari dua roti yang dibayar adalah askida ekmek.
askida ekmek ini turut dipandang sebagai sebuah kontribusi bagi sesama, di mana kontribusimu dan orang-orang lain akan dikumpulkan sehingga bila suatu hari ada orang yang datang ke toko dan bertanya, "askida ekmek war mi? (apakah ada roti yang ditangguhkan?), mereka bisa mendapatkan roti gratis.
Kendati telah berlangsung sekian lama, tidak jelas kapan dan bagaimana praktik ini dimulai. Yang jelas praktik ini erat kaitannya dengan budaya dan agama lokal. Febe Armanios, profesor sejarah dari Middlebury College, Amerika Serikat, menjelaskan askida ekmek mirip dengan konsep zakat.
"(Askida ekmek) adalah sebuah budaya yang berasal dari masa Ottoman dan dihubungkan dengan konsep zakat, salah satu rukun Islam yang berfokus pada berbagai kegiatan amal," katanya.
Ada lima perkara dalam rukun Islam dan muslim harus memenuhinya untuk menjalani kehidupan yang baik. Persyaratan zakat dapat dipenuhi dengan memberikan uang atau ketentuan tertentu. Profesor Armanios, yang fokus meneliti hubungan Kristen dan Islam di Timur Tengah dan sejarah makanan ini, menjelaskan bahwa pemberian ekmek (roti) sangat penting di Turki karena dalam Islam, roti menopang kehidupan, dan perlindungan akan kehidupan itu adalah sebuah hal suci.
"Roti sangat penting untuk dimakan dan mewakili rasa lapar atau penderitaan," kata Armanios.
Disebutkan pula bahwa roti adalah nimet alias karunia Allah. Roti yang jatuh ke tanah harus segera diambil dan diletakkan di tempat yang tinggi. Di Turki sendiri roti amat berharga. Kita bisa melihat bagaimana setiap makanan di Turki selalu didampingi roti. Sisa roti juga tidak dibuang tetapi diolah kembali. Roti yang sudah lama juga kerap dimasukkan ke kantong plastik dan digantungkan di pagar, siapapun boleh mengambilnya atau dijadikan makanan hewan.
![]() |
Menurut Arminos, Sultan Ottoman bahkan sampai mengecek ketersediaan dan kualitas roti di Turki. Pembuat kebijakan mengenai pasar yang disebut muhtasib akan mengatur harga roti dan memastikan bahwa roti tidak dibuat dari bahan seperti tepung murahan.
Kesultanan Ottoman juga mendorong masyarakat yang mampu membeli roti untuk berbagi dengan mereka yang membutuhkan. Konsepnya sama seperti zakat, sehingga yang miskin tidak perlu malu jika identitas mereka diketahui, demikian pula sebaliknya.
Pada masa sekarang, askida ekmek juga bisa dilakukan secara online melalui situs yemek.com. Situs ini meminta pembaca untuk merekomendasikan toko yang mempromosikan askida ekmek. Tujuannya supaya orang mendapatkan lebih banyak informasi mengenai toko roti yang menerapkan ini. Slogan mereka adalah "mari kita bantu orang yang hidup di jalanan yang tidak mampu membeli roti".
Askida esmek merupakan salah satu cara untuk membantu sesama tanpa mengharapkan imbalan atau pengakuan sehingga penerimanya dapat mempertahankan martabat dan meningkatkan kehidupan mereka.
(krs/bnl)
Komentar Terbanyak
Bangunan yang Dirusak Massa di Sukabumi Itu Villa, Bukan Gereja
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!