Pencakar langit menghiasi sudut-sudut New Dubai. Bangunan tinggi, hotel mewah, museum berlapis emas bisa ditemukan dengan mudah di kota ini.
Irama di kota ini terasa kencang seperti mobil-mobil modern yang melaju di jalanan. Dubai tak mau berhenti untuk terus maju dalam inovasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu destinasi yang bisa jadi tempat melihat masa lalu Dubai adalah Dubai Museum. Berada di kawasan Old Dubai, Dubai Museum memilih sebuah bekas benteng sebagai tempat menyimpan masa lalu, Al Fahidi.
![]() |
Kegagahan Al Fahidi sebagai bekas benteng terlihat dari meriam-meriam hitam yang masih diletakkan di depan pintu masuk. Gaya bangunan lama sengaja dibiarkan agar menambah kesan nostalgia akan masa lampau Dubai.
Begitu masuk ke museum ini, wisatawan akan dibawa ke area outdoor. Kawasan ini adalah gambaran pemukiman masyarakat Dubai di masa lalu. Rumah dari pelepah pisang dan sumur jadi wajah tradisional dari emirati.
Lewat dari area ini, wisatawan akan diajak untuk masuk ke ruang bawah tanah. Suasana yang gelap membuat pengunjung bertanya, kejutan apakah yang akan diberikan oleh Dubai Museum?
![]() |
Remang lampu berwarna violet mulai nampak. Dari sini tampak kehidupan nelayan yang dilalui warga emirati saat itu. Diorama ini didukung dengan audio air dan perbincangan para nelayan.
Lewat dari kehidupan nelayan, ada diorama pasar yang ditampilkan. Selain menjadi nelayan, masyarakat Arab di sini juga berdagang rempah-rempah sampai mutiara laut.
Menyambung dari diorama nelayan, masyarakat pesisir juga menyelam untuk mencari mutiara. Mutiara tersebut kemudian dijual ke pasar.
Meski nelayan mutiara, namun kehidupan orang emirati terbilang miskin. Mata uangnya saja pernah berganti menjadi rupee.
![]() |
Berjalan terus ke ruangan selanjutnya, ada diorama kehidupan pendidikan saat itu. Tak ada pendidikan formal yang di ditempuh masyarakat sampai tahun 1959. Pendidikan yang diberikan hanya lewat pengajian. Sekitar tahun 70an barulah Dubai disentuh dengan pendidikan formal.
Melewati diorama perempuan-perempuan Arab, mereka semua berpakaian panjang dengan penutup wajah atau topeng. Topeng ini digunakan untuk melindungi wanita saat itu.
Masuk ke diorama kehidupan gurun, ruangan dialasi dengan pasir gurun asli. Ruangan ini memberikan pengetahuan tentang Suku Bedouin (Badui) yang mengembara di gurun pasir.
![]() |
Untuk membantu perburuan di padang gurun, suku ini memakai burung alap-alap atau falcon sebagai mata. Burung falcon akan dilatih untuk berburu kelinci, kemudian hasilnya untuk dimakan oleh suku Bedoiun. Ini mengapa falcon menjadi lambang dari Uni Emirat Arab.
Di ujung pameran ada toko suvenir dan ruangan khusus untuk benda-benda antik. Keluar dari museum ini, wisatawan disambut dengan pameran kapal besar untuk foto-foto.
(bnl/bnl)
Komentar Terbanyak
Aturan Baru Bagasi Lion Air, Berlaku Mulai 17 Juli 2025
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Viral Keluhan Traveler soal Parkir Jakarta Fair 2025: Chaos!