![]() |
Shinkansen jadi panutan
Shinkansen jadi panutan perkembangan sejarah kereta api awal Jepang. Daripada ukuran 1,5 meter, yang jadi standar kereta di Amerika Utara dan Eropa, ukuran kereta api biasa di Jepang lebih sempit yakni 1,1 meter.
Lebih murah dan mudah pembangunannya karena melalui daerah pegunungan, tapi kapasitas keretanya terbatas dan berkecepatan rendah. Empat pulau utama Jepang membentang sekitar 2.896 kilometer dengan jalur berliku antar kota-kota utamanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Permintaan jaringan kereta api sebagai standar dimulai pada abad ke-20. Pada tahun 1940-an dimulai pembangunan proyek 'loop line' yang ambisius di Asia. Jalurnya menghubungkan Jepang, Korea dan Rusia melalui terowongan di bawah Samudera Pasifik.
Kekalahan dalam Perang Dunia II menunda rencana pembangunan jalur baru sampai pertengahan 1950-an. Ketika ekonomi Jepang pulih, mereka mulai membangun kembali komunikasi antar kota-kota utamanya.
Sebagian besar jaringan kereta melayani wilayah Honshu yang paling padat penduduknya, pulau terbesar di Jepang. Terowongan bawah laut memungkinkan kereta peluru berjalan ratusan kilometer hingga Kyushu di ujung selatan dan Hokkaido di utara.
Topografi Jepang memang menantang dan iklimnya pun variatif. Musim dingin yang membeku di utara hingga suhu tropis di bagian selatan membuat para insinyur kereta api Jepang menjadi pemimpin dunia dalam menemukan solusi untuk masalah baru saat mereka menjajal teknologi mencapai batasnya.
Jepang sering megalami aktivitas seismik. Kawasan negara ini merupakan salah satu tempat paling tidak stabil secara geologis di planet ini, rawan gempa bumi dan tsunami, dan memiliki 10% gunung berapi dunia.
Gambaran di atas memberitahu kita bahwa mengoperasikan Shinkansen di sana pastinya lebih sulit. Meski ada faktor-faktor itu, nayatanya tidak ada satu penumpang pun yang terbunuh atau terluka di jaringannya selama 55 tahun dalam sejarahnya.
Generasi kereta peluru berikutnya, yang dikenal sebagai ALFA-X, saat ini sedang diuji pada kecepatan hampir 400 kph. Namun dalam layanannya nanti hanya berkecepatan maksimum 362 kph. Fitur yang menentukan dari Shinkansen baru-baru ini adalah hidung yang sangat panjang, dirancang bukan untuk meningkatkan aerodinamika tapi untuk menghilangkan ledakan suara sonik.
Ledakan itu disebabkan oleh 'efek piston', yakni saat kereta memasuki terowongan dan memaksa gelombang kompresi keluar dari ujung lainnya di kecepatan supersonik. Ini adalah masalah khusus di daerah perkotaan yang padat penduduk, di mana kebisingan dari jalur Shinkansen telah lama menjadi sumber keluhan.
Kereta ALFA-X juga dilengkapi teknologi keselamatan terbaru yang dirancang untuk mengurangi getaran dan kebisingan hingga mengurangi kemungkinan tergelincir saat ada gempa bumi skala tinggi. Kini, Shinkansen telah melayani lebih dari 10 miliar penumpang.
Komentar Terbanyak
Penumpang Hilang HP di Penerbangan Melbourne, Ini Hasil Investigasi Garuda
Turis Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Itu Sudah Tidak Bergerak
Keluarga Indonesia Diserang Pria di Singapura, Anak Kecil Dipukul dengan Botol